Sebenarnya cerita ini sudah cukup lama berlalu, tapi rasanya masih terus terkenang dalam ingatan saya. Beberapa waktu yang lalu saya menghadiri acara halal bihalal yang diadakan salah satu lembaga zakat infaq di Surabaya.
Tamu yang datang sangat banyak, mungkin karena salah satu pembicaranya ustadz muda gaul yang sering tampil di televisi, ditambah bintang tamu artis sinetron yang cukup terkenal di kalangan ibu-ibu. Acara berjalan seperti umumnya halal bihalal di tempat lain, penuh keakraban dan silaturahmi.
Saya bersyukur tinggal di negara yang mempunyai budaya halal bihalal, karena cukup banyak teman dan sahabat yang sudah setahun lebih tak berjumpa akhirnya tersambung kembali silaturahmi karena acara ini.
Ada satu hal yang sangat menyentuh hati ketika panitia mengumumkan akan dibagikan reward untuk koordinator donatur dan mustahiq (orang yang berhak menerima zakat). Lembaga zakat ini memang sangat tergantung kepada koordinator donatur yang dengan sukarela tanpa pamrih bersedia mengkoordinir sumbangan dari donatur di lingkungan kantor, perumahan, bahkan di atas kapal ferry penyeberangan Surabaya – Madura pun ada.
Bagaimana repotnya mengambil infaq keliling dari satu ruang ke ruang yang lain dalam satu kantor, harus naik turun tangga, belum lagi kalau donatur ternyata belum menyiapkan dananya sehingga besok harus keliling lagi sampai seluruh donasi selesai terjemput.
Untuk yang di perumahan lebih repot lagi, karena jarak yang lumayan jauh tak jarang seorang ibu rumah tangga harus naik sepeda keliling komplek untuk mengumpulkan donasi, sungguh… seandainya bukan karena ingin dicintai Allah pasti tak ada orang yang mau repot-repot melakukan hal ini, karena itu pantaslah jika para koordinator ini mendapat reward.
Lalu siapa koordinator terbaik yang berhak mendapatkannya? ternyata seorang bapak yang setiap bulannya mengkoordinir sumbangan dari 810 orang donatur!!… subhanallah… semoga Allah Yang Maha Memperhitungkan memberi ganjaran pahala yang terbaik atas keikhlasan bapak ini berjuang di jalan Allah.
Selain koordinator, para mustahiq juga tidak ketinggalan mendapat reward. Mereka adalah kaum dhuafa yang tak kenal lelah berjuang menjemput rezeki halal dengan cara yang diridhoi-Nya, meskipun harus menjadi pemulung, tukang sapu jalanan, tukang becak, setidaknya mereka masih punya harga diri untuk tidak menjadi beban bagi saudara-saudaranya dan tidak tergoda untuk mengambil jalan pintas menjemput rezeki dijalan yang dibenci Allah.
Dan ketika reward untuk mustahiq dibagikan, saya hampir tidak dapat menahan genangan air mata karena ternyata penerima reward adalah seorang bapak yang sangat spesial. Dengan tertatih-tatih bapak yang sudah cukup berumur ini berjalan di tengah-tengah hadirin menuju panggung diiringi ratusan pasang mata yang memandang dengan takjub.
Bagaimana tidak, bapak ini berjalan dengan posisi membungkuk seperti sedang rukuk dalam sholat, tapi tahukah anda bahwa dengan segala keterbatasannya beliau adalah perintis sebuah lembaga pendidikan untuk dhuafa mulai jenjang kelompok bermain sampai SMU di sebuah kota kecil di Jawa Timur, dan semua ini beliau rintis dari NOL dimulai dari sebuah TPA (taman pendidikan Al-Quran). Dengan kerja keras tak kenal lelah serta dukungan dari para donatur yang menyalurkan infaqnya ke lembaga zakat inilah akhirnya beliau kini dapat memetik hasilnya.
Sungguh saya malu dengan diri saya sendiri yang belum menghasilkan karya apapun untuk orang lain. Saya masih sibuk berkutat dengan urusan saya sendiri, sibuk menjemput rezeki untuk diri sendiri dan baru sedikit sekali yang bisa saya berikan untuk membantu orangtua.
Ya Allah… berikan hamba kekuatan untuk terus berusaha menjadi hamba yang lebih baik di mata-Mu, agar kehadiran hamba yang dhoif ini bisa memberi manfaat bagi orang-orang di sekitar hamba.