Students Immersion, sebuah program seperti pertukaran pelajar dari satu negara ke negara lain, tetapi hanya dilaksanakan paling lama sebulan saja. Program ini diikuti anakku yang brusia 16 tahun, setelah dipilih dari 110 anak, terpilih 5 anak untuk mengikuti program pertukaran pelajar ke sebuah negeri barat.
Pada saat itu, ketika dia sedang mengikuti pelajaran dalam sebuah kelas yang semuanya anak laki-laki, di kelas tersebut (di Australia), dalam sebuah pelajaran, ada buku yang dibagikan. Diantara salah satu buku yang dibagikan ada yang terbungkus plasik rapi. Ternyata terdapat sebuah hadiah, dan ketika iseng dibuka, ternyata hadiah tersebut berupa kantung plastik berwarna yang kemudian diketahuinya bernama kondom.
Rasa kagetnya kemudian bertambah ketika dia masuk ke sebuah universitas terkenal di negeri itu, salah satu kantinnya tepat di sebelah tempat penjualan hamburger dan minuman softdrink, terdapat semacam mesin atm yang kemudian dikenalnya sebagai vending machine yang ketika dilihat ada beberapa orang laki-laki dan wanita muda sedang mengantri dan menarik sesuatu. Setelah itu terlihat ada kantung plastik yang berisi kondom, harganya sangat murah hanya 20 sen saja, dan anakku membaca, “using … as ur safety.” Bisik anakku, dalam hati, “bila saja Islam masuk negeri ini, seharusnya ditulis, “la taqrobbu zina” atau zina adalah haram.
Ketika membaca email anakku, aku jadi teringat sebuah artikel yang ku baca di sebuah harian ibukota. Di dalam surat kabar itu terdapat sebuah tulisan mengenai seorang laki-laki yang berinisiatif mengajak masyarakat atau siapapun untuk, jangan bugil di depan camera. Ajakannya sangat bagus dan lucu, namun rasanya belum tuntas, seharusnya bukan depan kameranya yang disorot, kalau begitu sekaan-akan berzinanya diperbolehkan asalkan jangan disorot camera. Seharusnya ajakan untuk manjauhi zina adalah “jauhi zina dari sekarang” yang bisa juga disingkat menjadi JZS. Bukan hanya JBDK atau “jangan bugil depan kamera.”
Masih ingat slogan meanggulangi Aids adalah dengan menggunakan kondom, jangan berganti-ganti pasangan, namun esensinya yang utama yaitu “jangan berzina,” tidak pernah dislogankan apalagi menjadi slogan nasional. Seharusnya disaat kerusakan melanda negeri ini, slogan utama untuk hal itu hanyalah satu, jangan berzina… TITIK !!!
Jakarta, June 2010
Musim Semi