Opick Mencari Rezeki

"Tok, tok, tok…tok, tok, tok…" Ibu mengetuk kamar Opick cukup keras sambil memanggil namanya.

"Piiiick, Opiiiick!! Bangun Nak sudah jam 6, nanti ketinggalan kereta malah telat masuk kantor nanti."

"Cepat bangun!! Mandi sana nanti keduluan ayahmu."

Hal ini biasa terjadi jika sampai jam 5.30 pagi ibu masih mendapati Opick masih tertidur di dalam kamar. Maklum, semalam dia sampai di rumah sekitar jam 23.00 malam sehabis lembur di tempat ia bekerja karena dari kantor ke rumahnya menempuh jarak sekitar 2 jam perjalanan. Tapi Alhamdulillah Opick tidak pernah ketinggalan Sholat Shubuh, karena seperti biasa sebelum adzan berkumandang, ibu atau ayahnya selalu membangunkan Opick dan adik-adiknya. Terkadang cara membangunkan mereka agak keras jika Opick dan adik-adiknya belum juga bangun.

Shalat berjamaah di masjid untuk laki-laki khususnya, adalah hal yang sangat ditekankan oleh Nabi Muhammad SAW karena banyak keutamaan-keutamaan didalamnya. Namun Opick masih angot-angotan menjalankannya tidak seperti ayahnya. Kadang Opick pergi ke masjid kadang hanya sholat di rumah. Nasehat ayahnya pun hanya dijawab iya dengan datar saja tanpa ada kelanjutannya. Satu lagi kebiasaan buruk Opick, sehabis shalat shubuh dia kembali tidur.

"Lumayan walau cuma 1/2 jam," ucapnya. Tapi ibu dan ayahnya tetap terjaga.

"Assalamu’alaikum," ucap Opick sambil berjalan keluar rumah untuk berangkat kerja setelah mencium tangan ayah dan ibunya. "Wa’alaikumsalam Wr. Wb., hati-hati di jalan," jawab mereka. Opick pun bergegas pergi.

Seperti biasa kereta penuh sesak, namun bersyukur Opick masih kebagian tempat duduk. Dia bersandar di bangku kereta sambil sesekali matanya melihat sekeliling. Tepat di depannya berdiri seorang laki-laki berumur sekitar 25 tahunan, berpenampilan bersih dan rapih, terlihat sekali bahwa orang ini mapan dan terpelajar. Apa mungkin karena kacamata yang dikenakannya ya? Mungkin.

Sekilas Opick sempat berkata dalam hati, "Aku akan mapan seperti dia suatu saat nanti!"

Opick masih fresh-graduated yang tidak secara kebetulan Allah mentakdirkannya untuk bekerja di salah satu perusahaan retail di kota Jakarta hanya 3 minggu setelah dia lulus SMA. Opick ingin sekali segera kuliah. Namun dia tidak mau membebankan orangtuanya yang hanya pegawai negeri biasa golongan rendahan yang masih punya tanggungan ke tiga adiknya yang semuanya masih duduk di bangku sekolah.

"Aku harus membiayai kuliahku sendiri suatu saat nanti," ucapnya pasti.

Laki-laki itu lalu mengeluarkan sebuah surat kabar kenamaan edisi terbaru dari tasnya untuk dibaca. Karena iseng Opick jadi ikut membaca bagian belakang surat kabar tersebut dengan posisi wajah agak sedikit mendongak ke atas.

Salah satu artikelnya yang sempat membuat matanya terpaku adalah artikel dengan judul ‘TOP 10 Orang Terkaya Sejagad 2010′ versi majalah bisnis Amerika. Judulnya cukup membuat Opick penasaran. Isinya mengulas tentang 10 orang terkaya sejagad. Bahwa dari sekitar 6 Miliar penduduk dunia ternyata ada 10 manusia terkaya dengan posisi pertamanya memiliki total kekayaan mencapai 53,5 Miliar US Dollar.

Uang segitu banyak jika dirupiahkan dan dibelikan keripik singkong maka akan sangat sangat sangat mengangkat nadi perekonomian para petani singkong di Indonesia. Kesepuluh orang tersebut yang pasti bukan orang Indonesia, 40% diantaranya berasal dari negeri Paman Sam.

Sayang sekali ya.

***

Opick turun dari kereta jam 08.05 pagi. Seperti biasa dia berjalan kaki menuju kantornya yang berjarak sekitar 150 meter melewati rumah-rumah toko yang sebagian masih tutup dan sebagian lagi sedang bersiap-siap membukanya. Tepat di depan salah satu toko yang masih tutup ada seorang Ibu yang sedang merapihkan beberapa lembar kertas kardus yang sepertinya baru saja dijadikan alas tidur. Jaraknya hanya beberapa langkah saja dari tempatnya berjalan.

Tiba-tiba… ”aduh” teriak Opick.

Ternyata, dari arah belakang seorang anak kecil sekitar umur 6 atau 7 tahun, mengenakan rok warna putih yang sudah tidak putih, dan kaos lusuh berwarna merah muda yang lengan kanannya sedikit bolong, berlari melewati Opick, memotong dan berbelok didepannya. Kakinya yang tanpa alas sedikit menginjak sepatu Opick yang masih terlihat bersih dan kinclong. Anak itu terus berlari tanpa menghiraukan Opick lalu menghampiri ibu-ibu yang terlihat di depan toko. Anak itu ternyata menangis, merengek sambil menarik-narik baju ibu-nya.

"Kenapa toh nduk?" Tanya ibunya.

"Aku ingin pake baju itu Bu, aku ingin sekolah seperti mereka," anak itu menunjuk ke arah sekitar 5 orang anak SD yang terlihat ceria berjalan.

Anak itu merengek menjadi-jadi.

Sesaat langkah Opick terhenti, memperhatikan apa yang terjadi.

"Nanti ya Nduk, sedikit lagi uangnya terkumpul. Kamu pasti sekolah," Mata ibu itu berkaca-kaca.

"Kamu harus ngerti ya Nduk, kamu dah ga punya Bapak. Kasian ibumu ya Nduk," ucap ibu itu sedikit lirih menahan sedih.

Terlihat jelas bahwa Ibu itu sedang berusaha tegar di depan anaknya. Tangannya mengusap kepala anak itu lalu mengusap air mata yang menetes di pipinya. Anak itu seperti terobati oleh kata-kata ibunya, lalu menganguk tanda mengiyakan. Anak itu masih terisak-isak ketika sang ibu menuntunnya pergi meninggalkan tempat itu. Selangkah demi selangkah mereka pun pergi.

Opick melihat beban dalam kehidupan mereka dan mulai bertanya, siapakah mereka? Setiap pagi aku lewat jalan ini, kok aku ga pernah lihat mereka ya? Kenapa mereka di situ? Apa mereka tidak mempunyai rumah? Bagaimana mereka melewati hidup? Apakah bisa anak itu bersekolah? Ah, kasihan. Sambil melanjutkan perjalanan menuju kantor Opick mendoakan mereka semoga hanya kebaikan yang akan menghampiri mereka.

***

Malam hari sebelum tidur, Opick memikirkan kejadian-kejadian yang dia alami tadi pagi. Opick mencoba mencari hikmah di dalamnya.

"Alangkah jomplang sekali dunia ini. Dalam sekejap saja aku melihat gambaran dunia yang sangat jauh perbedaannya. Si kaya, bahkan sangat kaya di satu sisi dan si miskin di sisi yang lain. Jika saja tangan si kaya itu bisa menjangkau si ibu miskin dan anaknya maka lain ceritanya bagi si ibu dan anaknya," ucapnya dalam hati.

Opick tiba-tiba teringat bahwa sepertinya dulu dia pernah melihat salah satu majalah milik ayahnya yang membahas tentang rezeki. Rasa penasaran menuntunnya untuk mencari majalah tersebut dalam lemari berisi kumpulan buku-buku milik ayahnya.

"Ini dia!" ucapnya.

Opick membuka halaman demi halamannya dan dalam sekejap artikel yang dimaksudpun ketemu. Opick tiba-tiba saja jadi ingin membaca berbeda dengan Opick sebelumnya yang lebih mirip ‘alat scanner’ di supermarket dalam memperlakukan buku-buku. Memang Allah punya cara sendiri dalam memudahkan jalan bagi hamba-Nya dalam meraih ilmu.

"Seandainya dunia ini di sisi Allah senilai harganya dengan sayap nyamuk niscaya Allah tidak akan memberi minum barang seteguk sekalipun kepada orang kafir." (HR. Tirmidzi)

Itulah salah satu petikan dalam artikel tersebut. Hati Opick terhentak. Qolbu-nya bergetar. Opick sekarang mengerti bahwa alangkah tidak berharganya dunia. Ternyata di sisi Allah sayap nyamuk lebih berharga daripada dunia. Namun kebanyakan manusia justru jatuh dalam kenikmatan semunya.

"Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu." (QS. 57:20)

Opick meratapi diri dan kelakuannya selama ini. Mobil mewah, rumah bak istana, kedudukan yang tinggi dimasyarakat, banyak uang, banyak pengikut dan lain sebagainya kemegahan dunia tidak menjadi jaminan bahwa Allah Ridho terhadap mereka.

Opick menyadari bahwa selama ini rasa syukurnya kurang terhadap Allah. Dia terkadang lebih sering menyalahkan Allah atas kejadian-kejadian yang tidak mengenakkan yang dia alami, jarang mencari hikmah dibalik setiap kejadiannya. Dia jarang memenuhi panggilan Allah ketika adzan sudah berkumandang, lebih banyak lalai dengan sibuk akan urusan duniawi. Dia lupa bahwa kemuliaan adalah dekat dengan orang-orang yang memuliakan Allah dan Rasul-Nya. Kemuliaan ada di rumah-Nya dan orang-orang yang memuliakannya.

"Sangat mengagumkan urusan seorang mukmin. Sesungguhnya semua urusannya adalah baik baginya. Dan hal itu tidak didapatkan kecuali pada diri orang mukmin. Apabila dia mendapatkan kesenangan maka dia bersyukur. Dan apabila dia mendapatkan kesusahan maka dia akan bersabar." (HR. Muslim)

Opick tertunduk malu dan berdoa,

"Terimakasih ya Allah, Engkau telah menjamu dengan nikmatnya hidayah-Mu. Ampuni kealpaan hamba-Mu ini. Wafatkan Aku dengan ke-Ridhoan-Mu. Tutuplah mata ini dengan rasa syukur atas nikmat-Mu. Hentikan detak jantung ini dengan keikhlasan menerima ketentuan-Mu. Hingga Engkau memenangkan aku dengan syurga-Mu. Amiin."

Opick mengusap wajahnya.

Muhammad Ridha Pratama

Jakarta, Juli 2010