“Lih, handphonenya ganti dong. Ya… minimal N series-lah.”
“Bos, ganti motornya.”
Dua komentar tersebut kerap aku terima di sela-sela obrolan dengan teman-teman kantor ataupun dengan yang bukan satu kantor. Motor dan hp telah menjadi kebutuhan mutlak bagiku. Kedua benda tersebut telah banyak membantu diriku dalam mengerjakan aktivitas-aktivitas harianku. Akan ada yang hilang rasanya jika salah satunya tidak menemaniku meski hanya sehari.
Jika dibandingkan dengan beberapa teman kantor, motor dan hpku memang kalah bersaing, bahkan dengan operator sekalipun. Aku akui yang mereka miliki umumnya motor dan hp keluaran terbaru. Berbeda dengan motor kepunyaannku yang secara fisik memang sudah tidak standar lagi. Bodi motor yang sudah banyak baretnya, pelek depan yang agak penyok akibat tabrakan dengan sesama motor, dan penyakit – penyakit yang lain yang menyerang sebagian fungsi yang terdapat di motorku. Begitu juga hp yang aku miliki, hanya berupa hp yang cukup memiliki kamera 1.3MP dan ada MP3 tanpa eksternal memori.
Beberapa temanku ada yang merasa heran dengan dua benda yang aku miliki tersebut. Menurut mereka aku ini seharusnya bisa memiliki yang lebih dari itu karena mereka menganggap aku termasuk karyawan yang berada zona eksklusif ditambah masih bujangan lagi. Seperti biasa aku menanggapinya dengan senyum saja dan sebuah kalimat singkat, ”Tenang saja, lihat saja nanti, ” begitu jawabanku.
Mereka mungkin membandingkan diriku dengan beberapa karyawan yang masuk kerja dibelakangku. Ada di antara mereka yang sudah membawa sedan, ada yang sudah memakai komunikator atau minimal motor keluaran terbaru. Kenapa diriku tidak?
Aku memang jarang menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dengan jujur alias hanya berupa jawaban basa-basi saja. Obrolan seperti ini hanya membuat hatiku penuh dengan penyakit saja terutama penyakit iri dan sikap tidak bersyukur. Yang namanya manusia, terutama diriku yang masih lemah keimanannya, jika semakin digosok akan semakin lupa diri.
Kalau mengikuti nafsu sebenarnya aku pun memiliki keinginan untuk mengganti motor dan hp yang ada sekarang. Selain sudah kurang nyaman dipakainya, terutama motor, juga sering bermasalah entah itu dari mesin atau yang lainnya. Sehingga terkadang jika melihat kepunyaan teman yang masih baru pernah berfikir mungkin enak sekali mengendarai motor baru yang suara mesinnya masih halus.
Tapi perasaan tersebut sirna jika aku malihat adikku, sepupu dan saudaraku yang lain. Untuk seusiaku aku berfikir harus lebih bijak dalam membelanjakan pengeluaran. Saat ini aku berbeda dengan teman-teman kantor yang sama-sama masih bujangan. Mereka wajar lebih unggul dari sisi materi dari diriku karena memang mereka itu bujangan tulen. Sedangkan diriku adalah bujangan yang berkeluarga yang harus lebih memperhatikan keluarga. Tapi bukan hanya itu alasannya.
Berlomba dalam materi hanya untuk aktualisasi diri bukanlah sifat yang aku sukai. Aku hanya merasa sayang saja menghabiskan uang untuk perkara-perkara yang tidak bersifat pokok sementara ada hal-hal pokok yang belum terpenuhi. Ah, tapi itu hak mereka kok, sudut pandang tidak akan selalu sama.
Dengan motor dan hp yang aku miliki saat ini saja aku masih sering merasa malu pada diri ini. Dengan kedua benda tersebut tidak banyak prestasi yang aku buat untuk hidup ini. Ini berarti aku belum memaksimalkan apa yang sudah Tuhan berikan kepada diriku. Logikanya bagaimana Tuhan akan memberikan yang lebih baik jika dengan apa yang ada saja aku tidak maksimal memanfaatkan. Manfaat di sini aku mengartikannya apakah sudah bermanfaat untuk orang-orang di sekitar aku.
Alasan inilah yang membuatku tetap mempertahankan motor dan hp yang ada sekarang. Biarlah kedua benda itu tetap menjadi teman yang setia untuk saat ini yang penting masih bisa berfungsi. Bagaimana mungkin aku berfikir untuk membeli hp yang baru jika aku melihat tas adikku yang sudah robek masih tetap dipakainya untuk sekolah? Bagaimana mungkin aku mengambil kredit motor yang DP-nya sampai jutaan ketika sebuah sms masuk yang mengabarkan ada keluargaku yang tidak lagi sanggup membeli beras untuk memenuhi kebutuhannya?
Bahkan aku sering dibuat tidak nyaman dengan kedua benda ini ketika pulang ke kampung halaman. Ada beberapa keluargaku yang merasa minder dengan diriku. Mereka menganggap aku ini seperti seorang yang berada pada kasta brahma dan mereka kasta sudra. Tidak, aku tidak menginginkan hal itu. Aku berfikir materilah yang menyebabkan terjadinya kesenjangan itu.
Setiap orang memang mempunyai cara tersendiri untuk mengaktualisasikan dirinya atau menunjukkan status sosialnya. Ada yang dengan membeli mobil mereka merasa puas, ada yang membeli motor atau mengganti hp yang baru. Aku tidak akan berkata benar atau salah karena setiap orang mempunyai cara pandang dan kebutuhan yang berbeda. Tapi bagiku dengan berbagi itulah cara mengaktualisasikan diri yang benar-benar dapat memberikan kepuasan.
Aku akan merasa bahagia ketika aku dapat mengantarkan ibu dengan sepeda motor ini berkeliling untuk bersilaturahmi atau ketika hp ku digunakannya untuk berkomunikasi dengan sanak famili. Aku akan merasa menjadi manusia lemah yang dapat memberikan manfaat ketika aku bisa membeli hp baru tapi aku alihkan untuk meringankan biaya sekolah sepupu-sepupuku. Cukuplah untuk saat ini kedua benda ini asalkan aku dapat berbagi senyum dengan orang-orang yang aku cintai, asalkan aku dapat mengurangi lara mereka. Aku hanya memohon kepada Tuhan agar apa yang diberikan-Nya bermanfaat bagi orang banyak meski hanya berupa motor butut dan hp yang tidak begitu canggih.