Aksi "Sii Daeng" Yang Meresahkan

Bismillah,

Sudah memasuki hari ke-9 Negeri Gajah Putih digemparkan lagi oleh aksi “sii daeng” atau warna merah. Melewati satu minggu aku kira aksi ini akan mereda tapi ternyata justru semakin membara. Hari ini massa merah semakin menyemut dibandingkan hari-hari sebelumnya apalagi hari ini Sabtu, banyak kantor yang tutup sehingga memungkinkan berbagai kelompok ikut bergabung.

Daerah Pratunam tempat kami tinggal memang terkenal dengan daerah bisnis sehingga kemacetan sangat lazim dijumpai bahkan menjadi makanan sehari-hari. Aneh rasanya kalau tidak ada kata macet. Namun walaupun di hari-hari biasa jalanan selalu macet, suara klakson mobil nyaris tidak terdengar setiap harinya. Para pengendara mobil di sini boleh dibilang cukup sabar. Sangat berbeda memang dengan keadaan di Jakarta yang selalu meriah dengan aneka bunyi klakson.

Jam menunjukkan pukul 10.20 pagi hari, aku dikejutkan dengan suara-suara bervolume tinggi. Kebisingan yang tidak seperti biasanya ini mengundangku untuk berlari menuju teras apartemen tempat kami tinggal untuk mencari tahu seberapa banyak massa merah berkumpul melewati daerah Pratunam.

Dari lantai 11 teras apartemen dengan cukup jelas aku dapat menonton pawai “sii daeng” di atas motor, mobil pribadi, mobil bak terbuka, taksi, dan tuk-tuk (sejenis bajaj) membuat barisan merah di sepanjang jalan ini. Tak kusangka, massa begitu membludak sudah lebih dari 3 jam lamanya iring-iringan merah tak kunjung berhenti.

Terdengar klakson-klakson mobil nyaring dibunyikan disertai gemuruh teriakan dan nyanyian para pendemo meminta perhatian orang lain bahkan tak mau kalah ada pula yang memasang toa (pengeras suara) untuk berorasi atau sekedar memutar lagu-lagu berbahasa Thai. Ruas jalan 90% diambih alih oleh rombongan merah yang merasa jalanan saat ini adalah milik mereka. Mobil-mobil di perempatan jalan lain harus rela berhenti menunggu pawai merah melintasi jalanan. Lalu lintas menjadi sangat kacau sehingga pilihan untuk tetap di rumah kali ini menjadi pilihan terbaik bagi kami rasanya.

“Sii daeng” yang pro Thaksin merasa tak puas dan meminta Abhisit (PM sekarang) untuk mundur dari jabatannya. Melihat beberapa aksi “sii daeng” terdahulu mampu membuat bulu kudukku bergidik. Yang namanya demo hampir selalunya diakhiri dengan bentrok atau kekerasan apalagi jika massa yang berkumpul jumlahnya sangat banyak. Aksi mereka beberapa hari silam pun boleh dibilang sangat nekat.

Ya, jelas-jelas nekat menurutku. Bayangkan, setiap pendukung merah menyumbangkan darahnya sebanyak 5 cc, darah itu dikumpulkan dalam botol-botol minum galon air. Darah yang terkumpul itu disiram ke rumah perdana menteri Thailand yang saat ini memegang jabatan dan ke beberapa instansi pemerintah. Tentu saja banyak yang menentang kejadian ini mengingat betapa berharganya darah bila disumbangkan kepada orang yang membutuhkan. Ah, membuat perutku mual jadinya. Begitulah yang terjadi, jika nafsu mengalahkan akal sehat.

Aku hanyalah seorang ibu rumah tangga yang tidak pandai dan tidak suka berpolitik. Yang ada dalam benakku jika seorang anak manusia begitu berambisi meraih suatu kedudukan maka politik bisa menjadi salah satu jalan yang sangat kejam dengan menghalalkan berbagai cara untuk mencapai ambisinya. Namun keadaan sekarang mau tak mau, suka tak suka memaksaku untuk ikut andil membaca situasi sekitar terutama keamanan bagi anak-anakku. Duh, kapankah ini akan berakhir? Aku menjadi gelisah dan ketakutan. Sunggu sebuah kedamaian, keamanan dan ketenangan menjadi barang yang sangat mahal saat ini.

Ya Rabbul ‘Alamiin, Penguasa dan Penggenggam setiap jiwa…..lindungilah aku, suamiku, anak-anakku, teman-teman dan sahabat-sahabatku serta seluruh warga Indonesia yang ada di Thailand juga saudara-saudara muslim/ah dari segala macam bencana dan mara bahaya. Sesungguhnya Engkaulah Dzat Yang Maha Kuat. Kami pasrahkan hidup kami hanya kepada-MU.

“A’uudzu bikalimaa tillaahit taaammaati min syarri maa kholaqo”

Artinya : Aku berlindung dengan Kalimatullah yang sempurna dari keburukan yang Dia ciptakan 3x. (do’a al-ma’tsurat)

“Bismillaahi tawakkal-tu ‘alallaahi laa haula wa laa quwwata illaa billaah”

Artinya : Dengan nama ALLOH, aku berserah diri kepada-NYA, dan tidak ada daya dan kekuatan melainkan dengan pertolongan ALLOH. (HR Abu Daud dan Tarmidzi)

Wallohu’alam bishshowaab

(mkd/bkk/20.03.2010)