Masa akil baligh pastinya dialami oleh setiap manusia, baik pria maupun wanita yang telah dewasa. Tentunya, kita sebagai orang tua telah melewati masa akil baligh belasan bahkan puluhan tahun silam.
Tibalah masanya bagi kita para orang tua untuk memperkenalkan masa akil baligh kepada anak-anak kita yang akan menginjak remaja, baik anak kandung sendiri maupun anak didik jika kita berprofesi sebagai guru. Mereka sangat membutuhkan penjelasan kita tentang apa saja yang akan mereka alami dan apa-apa pula yang harus mereka lakukan bila masa akil baligh itu tiba waktunya.
Masa akil baligh bagi seorang anak laki-laki biasanya diawali dengan peristiwa ‘mimpi’. Sedangkan bagi seorang anak perempuan masa akil baligh dimulai dengan terjadinya menstruasi.
Sangatlah patut dan bijaksana jika para orang tua mau tahu dan turut berperan serta menjelaskan peristiwa akil baligh kepada anak-anaknya sendiri dan tidak sekedar menyerahkan kepada pihak sekolah atau guru kelasnya saja apalagi kepada orang lain yang tidak paham dan tidak ada sangkut-pautnya dengan anak-anak kita.
Masalah akil baligh bukanlah masalah yang harus ditakuti atau dianggap tabu untuk diperbincangkan. Justru seyogyanya peristiwa akil baligh adalah peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan seorang anak manusia.
Alhamdulillah aku dan suami berada di samping Fahri (anak sulung kami) saat ia mengalami peristiwa akil baligh, mengarungi masa kanak-kanak menuju masa remajanya.
Semula aku agak ragu dengan perubahan pita suara Fahri. Namun aku pun menjadi semakin yakin ketika salah seorang sahabatku mengatakan bahwa suara Fahri memang sudah mulai berubah. Ya, sejak saat itu aku menjadi lebih perhatian dengan perubahan emosi Fahri maupun fisiknya.
Fahri adalah seorang anak laki-laki, karena itu suami berperan mengambil porsi yang lebih banyak untuk menjelaskan kepada Fahri tentang apa-apa saja yang akan ia alami dan harus ia lakukan khususnya sebagai hamba Alloh SWT. Awalnya ia terlihat segan dan malu-malu untuk berdiskusi dengan ayahnya.
Perlahan dan pasti, kami yakinkan kepadanya bahwa ayah-bunda justru merasa bahagia dan sangat bersyukur dengan perubahan yang akan ia alami. Setiap manusia yang mengalami peristiwa akil baligh, menjadi pertanda bahwa ia termasuk manusia yang normal dan inshaAlloh akan memiliki keturunan setelah menikah nanti.
Hampir setiap hari aku tak bosan menanyakan kepada Fahri tentang datangnya ‘mimpi’. Akhirnya, saat yang ditunggu itupun tiba juga. Tanpa ditanya, Fahri mengatakan langsung kepadaku bahwa ia telah ‘bermimpi’ dan alhamdulillah berkat kedekatan dan keterbukaan di antara kami, ia telah melakukan tanggung jawabnya dengan benar sesuai syari’ah seperti yang telah dijelaskan ayahnya tempo hari.
Fahriku sudah menginjak remaja. Jakun mulai tumbuh membesar di lehernya. Suaranya yang semula cempreng kini mulai menyerupai suara laki-laki dewasa. Badannya kini terlihat tegap dan gagah. Alis matanya terlihat tebal dan tegas. Fahri tampak sangat ganteng di mata kami, orang tuanya. Aku terkesima dan terharu dengan perubahan yang dialami anakku. Sungguh, Alloh Maha Pencipta Yang Sangat Sempurna. Subhanalloh.
Kupeluk Fahri penuh kasih sayang, kubisikkan di telinganya : "Selamat ya sayang, lembaran catatan amalmu telah dibuka. Isilah bukumu dengan goresan yang penuh dengan amal kebajikan. Buatlah sibuk malaikat Raqib menorehkan tintanya di sebelah kananmu dan biarkanlah malaikat Atid di sebelah kirimu beristirahat dan bersantai dengan tugasnya. Ayah-bunda selalu mendo’akan yang terbaik untukmu. Kami bangga kepadamu, Fahri."
Wallohua’lam bishshowaab
(Mkd/melbourne/27.06.2011)