” Lebaran nanti, aku sekeluarga silaturahim ke rumahmu ya…, ” kata seorang rekan kerja, ketika bertemu denganku di depan mesin absensi saat akan pulang dari tempat kerja. ” Oke, aku tunggu…, ” jawabku singkat sambil bergegas menuruni tangga kantor menuju ke tempat parkir kendaraan. Hari sudah senja, waktu maghrib untuk berbuka puasa tinggal setengah jam lagi.
Lebaran tinggal sedikit hari lagi. Bisa berkumpul dengan keluarga, dan bersilaturahim dengan tetangga maupun kerabat. Hari kemenangan yang membahagiakan. Aku teringat ceramah menjelang sholat tarawih semalam di masjid Baiturrahman. Sebuah masjid yang terletak di dalam kompleks perusahaan di Bontang. Penceramah menyampaikan bahwa pada hari-hari akhir Ramadhan, Rasulullah SAW dan para sahahat sering berlinang air mata merasa sedih. Karena, bulan Ramadhan yang penuh hikmah akan segera meninggalkan mereka. Di samping itu mereka semakin intensif beribadah. Rasulullah SAW sebagai panutan kita telah memberikan contoh bagaimana seharusnya kita bersikap menghadapi perginya Ramadhan dan datangnya Idul Fitri.
Memperoleh kesempatan untuklibur bekerja, berkumpul bersama keluarga dalam keadaan sehat, bersilaturahmi dengan tetangga dan kerabat di hari Lebaran merupakan saat-saat yang menyenangkan. Karunia nikmat Allah SWT yang harus disyukuri. Bukan hanya mengucapkan: ” Alhamdulillah”. Esensi syukur adalah menggunakan karunia nikmat tersebut di jalan yang diridhai-Nya. ”Bila kalian melihat Allah memberi nikmat kepada hamba-Nya yang selalu berlaku maksiat (durhaka), ketahuilah bahwa orang itu telah di-istidraj-kan (diberi tapi tidak diridhai) oleh Allah SWT. ” (HR Tabrani, Ahmad dan Baihaqi).
Hadis tersebut menerangkan bahwa Allah SWT memberi karunia nikmat kepada orang yang berlaku maksiat, jika dikehendaki-Nya. Hanya saja mereka tidak mendapat ridha dari Allah SWT atas nikmat yang mereka peroleh. Karena, mereka tetap melakukan kemunkaran dan sama sekali tidak bersyukur.
Apakah terbayang dalam benak kita, bagaimana saudara-saudara kita yang menyambut Idul Fitri dalam kondisi yang tidak kondusif? Berada di tempat pengungsian korban bencana alam. Di tengah suasana penjajahan di Irak dan Palestina. Kaum dhu’afa yang dihimpit oleh kesulitan hidup. Islam telah memberikan solusi berupa zakat fitrah untuk membahagiakan mereka. Berfungsi juga sebagai penyempurna ibadah Ramdhan bagi yang memberikan zakat fitrah.
Apakah juga terbayang dalam benak kita, saudara-saudara kita yang saat Idul Fitri harus tetap bekerja menjalankan tugas. Tetanggaku, seorang supervisor pabrik yang bekerja shift harus masuk kerja saat Lebaran. Dia bekerja di perusahaan yang memproduksi pupuk urea. Pabrik pupuk urea harus dioperasikan 24 jam. Pupuk urea merupakan pendukung utama sektor pertanian yang menghasilkan bahan pangan. Dokter jaga, petugas medis rumah sakit, karyawan perusahaan air minum, karyawan perusahaan listrik, karyawan kilang minyak, karyawan perusahaan jasa transportasi, karyawan perusahaan jasa komunikasi, polisi lalu lintas dan berbagai profesi lain harus tetap bertugas pada saat Lebaran. Dengan penuh ketulusan mereka semua tetap bekerja untuk memberikan manfaat berupa kenyamanan kepada pengguna produk dan jasa.
Rasulullah SAW bersabda: " Khoirunnasi anfa’uhum linnas” yang artinya: sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya (HR Daruquthni). Dalam pandangan Islam, bekerja adaah ibadah untuk mendapat ridho Allah SWT. Dalam Al-Qur’an, ditegaskan perintah untuk bekerja. ” Dan katakanlah:bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. ” (QS At-Taubah [9]: 105).
Setelah berpuasa Ramadhan sebulan penuh, kita harus bekerja lebih giat dan lebih produktif sesuai profesi dan keahlian masing-masing. Ibarat kupu-kupu yang awalnya berupa ulat yang merugikan. Memakan daun pepohonan dengan ruang gerak terbatas, pindah dari daun ke daun. Setelah menjalani puasa, ulat mengalami metamorfosa menjadi kupu-kupu yang indah. Bisa terbang ke mana-mana. Bukan hanya untuk menghidupi dirinya. Namun juga memberi manfaat dengan membantu penyerbukan bunga untuk proses perkembang biakan tanaman. Taqabalallahu minna wa minkum……..
Bontang, 28 Ramadhan 1428 H/ 10 Oktober 2007