Kursus hari ini di kouminkan, sebutan untuk balai warga di Jepang, aku bawa pulang pelajaran baru. Bukan hanya pola kalimat dan kosa kata baru Nihon go (bahasa Jepang) saja, itu mah biasa. Tapi sebuah bentuk kebiasaan baik….
Pagi tadi Uneyama Sensei memberikan tema bacaan yang cukup menarik. Kertas foto copy yang beliau bagikan bercerita tentang kebiasaan orang Jepang mengadakan acara spesial dalam keluarga inti mereka setiap tanggal 1 bulan Januari tiap tahunnya. Di dalam bacaan itu dikisahkan seluruh anggota keluarga berkumpul menyambut tahun baru bersama. Setelah mereka memakan santapan khas tahun baruan Osechi yang berupa macam-macam makanan yang disusun dalam juubako (wadah bentou yang bertingkat-tingkat) , dilakukanlah presentasi kecil antara mereka.
Sang otoosan (ayah) ingin berhenti merokok tahun ini. Walaupun tahun lalu itu sudah menjadi rencananya, tapi karena kantornya mulai memberlakukan larangan merokok. Juga ia menyadari pengaruh rokok pada kesehatan sementara usianya sudah masuk 50 tahun dan keluarga tercintanya pun tidak suka pada rokok, maka tahun ini ia akan sungguh-sungguh menepati komitmen barunya itu.
Sang okaasan (ibu) ingin mengambil SIM mobil. Ia yang hobby traveling, mau jalan-jalan sendiri ke tempat yang agak jauh dengan menyetir mobil. Oleh karena itu, okaasan minta kepada semua anggota keluarga memahami bila ia nanti akan jarang di rumah, dan ia minta pula agar mereka mau membantunya menjaga rumah.
Lain orang tua lain juga keinginan si anak. Di dalam cerita si kakak punya minat yang tinggi terhadap tari. Ia ingin sekali menguasai tari Bali. Untuk keperluannya itu tahun ini ia akan serius mempelajari bahasa Indonesia, bukan saja untuk cepat bisa menari, tapi ia berniat melakukan riset utk kesenian tersebut.
Sementara si Adik, yang masih kelas 5 SD ingin sekali bergabung di klub yakyuu (baseball). si adik yang merasa larinya cepat dan pukulannya kuat optimis, bahwa ia akan segera terpilih untuk mengikuti pertandingan antar klub. Ia meminta kepada keluarganya untuk menyaksikan pertandingan itu suatu saat nanti. Walaupun pr dari sekolah tahun kemarin sering dilalaikannya, tapi tahun ini ia berjanji akan sungguh-sungguh belajar disamping latihan yakyuu.
Setelah mencerna dan memahami bacaan tersebut, sensei bertanya padaku, "Saputa san, kotoshi nani wo shiyooto omotte imashuka (tahun ini rencana melalukan apa)?".
Sebentar saya berpikir. Hmm, memang saya dan suami sering juga membahas planning keluarga, kadang malah muncul ‘keributan’ kecil, saking serunya. Yang kita diskusikan adalah target-target diri dan anak-anak, langkah-langkahnya, dan menentukan PJnya. Lho koq PJ? Iya, karena anak masih kecil-kecil, mereka tentu tidak mengerti target dan rencana.
Misalnya, anak kami yang sulung, ia mesti lebih lancar membaca bahasa Indonesia dan membantu pekerjaan rumah tangga. Langkah-langkahnya harus rajin membaca buku berbahasa Indonesia, dan dilibatkan dalam pekerjaan rumah tangga. PJ yang nomer satu si Abi, dan yang ke-2 lebih pas adalah Ummi.
Anak nomer dua, sesuai dengan bakatnya, targetnya membaca dan menghafal al Qur’an sesuai tajwid. Ia juga senang olah raga bela diri. Maka ditentukan juga langkah-langkahnya dan ditunjuk pula siapa PJnya..
Begitu juga anak nomer 3 dan 4, masing-masing kami tetapkan dan tuliskan target-targetnya, langkah-langkahnya dan PJnya. Memang sering juga, sih ada target yang tak terpantau, langkah-langkah yang semrawut tidak sesuai juklak-juknis, timing yang terlewati, dan PJ yang lengah karena over loading. Namun, sepatutnya kami terus memperbaiki kebiasaan menyusun planning dalam keluarga. Jika anak-anak semakin besar nanti, tentu ini adalah hal yang mengasyikkan meski tetap menjadi beban. Karena mereka akan belajar menentukkan sendiri step-step hidupnya ke arah yang lebih baik. Kami, orang tua, walaupun sudah lengser jadi PJ, tetap selalu mensuport dan membimbing.
Oh, andai semua keluarga di Indonesia bisa melakukan hal ini…, yang di kota yang di pelosok, yang berpendidikan tinggi maupun yang biasa saja. Niscaya kemajuan dan keunggulan bangsa cepat teraih….
"Subarashii koto desunee (hal yang luar biasa, ya)…," ucap sensei dengan tepukan tangan ringan setelah mendengar uraian dari pikiranku tadi.