Rembulan bulat utuh putih cemerlang di langit Sya’ban. Bulan ini sudah habis setengahnya. Dua minggu ke depan akan kita jumpai Ramadhan mulia. Bulan suci yang kekhasannya senantiasa dirindukan muslimin sedunia.
Bulan yang khas, Ramadhan menyimpan nilai-nilai istimewa. Sebagian orang menyebutnya bulan suci. Yang lain lebih senang memanggilnya bulan perjuangan. Ada pula yang menjulukinya bulan kemuliaan dan bulan kemurahan. Sedemikian istimewanya, sehingga Ramadhan berhak menyandang nama-nama mulia itu.
Tetapi, rasanya jarang kita dengar orang menyebutnya bulan kemenangan. Kebanyakan orang lebih senang menggunakan kata kemenangan untuk menamai hari raya ‘Idul Fitri. Ramadhan bulan perjuangan dan ‘Idul Fitri hari kemenangannya setelah sebulan penuh berjuang.
Padahal kalau kita kembali menyimak sejarah, pada bulan Ramadhan telah terukir catatan-catatan kemenangan besar. Mulai dari kemenangan kaum muslimin dalam perang Badar Agung, kemenangan pasukan Islam dalam perang Khandak, dan peristiwa Revolusi Futuh Mekah, hingga Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 61 tahun yang lalu, semuanya terjadi pada bulan Ramadhan nan Agung.
Bukan hanya itu, pada bulan Ramadhan seluruh kaum muslimin diberi satu kesempatan yang sama untuk berhasil mencapai kemenangan (baca: ketakwaan), kewajiban puasa dan penglipatgandaan pahala. Di samping, limpahan rahmat dan pengampunan serta jaminan terjauh dari api neraka. Jika seorang muslim berkesempatan bertemu dengan Ramadhan lalu mengisinya dengan sepenuh keikhlasan dan pengharapan maka baginya Ramadhan menjadi bulan kemenangan. Firman Allah, “Wahai Orang-orang beriman, telah diwajibkna kepada kalian puasa agar kalian bertakwa.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 183). Sabda Rasulullah, “Barang siapa puasa Ramadhan dengan keimanan dan pengharapan, maka dia diampuni dari dosa-dosa masa lalunya.”
Maka, do’a yang diajarkan Rasulullah adalah, “Ya Allah, sampaikanlah kami pada bulan Ramadhan…” karena Ramadhan betul-betul menjanjikan kemenangan. Di lain kesempatan Rasulullah pernah mengamini malaikat Jibril yang berdo’a, “Celakalah orang yang sampai pada bulan Ramadhan tetapi ketakwaannya tidak bertambah!” Tetapi, Rasulullah juga memberi kabar gembira kepada para ahli puasa, bahwa mereka akan mendapatkan dua kebahagiaan: kebahagiaan setiap kali mereka berbuka dan kebahagiaan ketika mereka bertemu dengan Allah.
Akan tetapi, harus diingat bahwa kemenangan yang dijanjikan Ramadhan bukan kemenangan instan yang diberikan begitu saja. Sebulan penuh kita diwajibkan menahan kendali nafsu yang biasanya kita umbar sekehendak hati: nafsu perut, nafsu mulut, dan nafsu kemaluan. Sebulan penuh harus kita isi dengan segala jenis kebaikan yang telah dijanjikan pahala berlipat ganda dengan menjaga keikhlasan dan ketekunan dalam menjalankannya. Semoga Allah memberi kita kekuatan. Wallahu a’lam.