- Parade bisu itu mulai kembali, begitu tenang, sepi, tanpa bergeming. Saat-saat semua insan terlelap pulas dalam buaian nikmatnya berbaring, namun alarm iman mu bergetar tak henti-henti nya berdering, menghantarkan tubuh lemah mu tegak berdiri di sepertiga malam-Nya yang hening. Kini kau sayup dalam ringkik doa rintih mu bersama hamparan sajadah yang menempel di kening….
“ Ya Allah, berapa kali aku pada-Mu, keangkuhan ku membuat wajah ini berpaling…”
“ Betapa banyak kesalahan akan dosa-dosa ku perbuat pada-Mu yang terlampau sering…”
“ Ya Allah, sungguh Engkau maha Tahu betapa sesungguhnya hati ini kosong, gersang dan teramat kering…”
Waktu itu memang sekitar pukul. 02.00 wib pagi, semua tampak teduh bersama beribu-ribu harapan penuh, Saat-saat Muhasabah diri yang paling membuat hati tersentuh. hingga butiran-butiran air mata tak habis-habis nya terjatuh. mengingat semua langkah diri yang selama ini telah di tempuh. Seakan-akan Rabb-mu berbisik ketika alarm keimanan mu mengajak diri ini untuk selalu bersimpuh.
“ Hai Orang-orang yang berselimut, bangunlah ( untuk sembahyang ) di malam hari kecuali sedikit ( dari pada nya )” ( Q.s Al- Muzzamil : 1-2 )
“Lambung mereka Jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdo’a kepada Tuhan nya dengan rasa takut dan harap, dan mereka mengharapkan sebahagian dari rezeki yang kami berikan kepada mereka. ” ( Q.s As – Sajadah : 16 )
Mungkin kita juga sering kali berfikir betapa beruntung nya memang, di beri kesempatan untuk melakukan hal yang hampir semua orang hebat biasa lakukan, menjadikan 1/3 malam mereka Ibarat pelita-pelita di malam hari, bagai cahaya yang mengisi jiwa-jiwa yang kosong. “Harapan yang baik ,selalu di mulai dengan persiapan yang Baik” kata-kata yang selalu teringat dalam pikiran ini.
***
melemparkan tiap langkah dan masa yang telah berlalu dalam benak ini memang sudah menjadi bagian dalam setiap melakukan Muhasabah indah itu yang tak pernah berhenti selalu saya pertanyakan. Jadi teringat dan masih teringat dengan ucapan seorang sahabat yang dia pernah bertanya,
He : ‘ rul, coba kamu lihat pohon yang ada di sana (sambil nunjuk).’
me : ‘ kenapa memang akh?.’
He : ‘ menurut mu yang membuat tanaman itu tumbuh subur, terlihat indah dan sejuk di pandang karena apa?.’
me : ‘ Hmm…( diam sejenak ), jelas karena bibit nya lah akh.”
He : ‘ Tapi kamu harus ingat rul, ada yang lebih penting kamu ingat dan camkan baik-baik di pikiran mu itu.’
me : ‘ memang apa akh? ( mulai pasang wajah serius) ‘
He : ‘Jangan biarkan tanaman itu tidak punya tempat untuk tumbuh dan berkembang ( Sambil menepuk pundak saya dan tersenyum).’ Kita itu tanah nya rul, ‘
Me : ‘ Kita tanah nya akh?.’
He : ‘ iya rul, kita tanah nya. apa kamu pikir tanaman itu hanya akan tumbuh indah dan sejuk di pandang saat kamu berhasil memilih bibit yang bagus dan baik saja?, kamu jangan lupa tanah itulah tempat yang menumbuhkan nya, tempat menyimpan sari-sari makanannya, dan segala hal yang ia butuhkan untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Ketika tanah itu baik dan kamu bisa memenuhi segala kebutuhan dan keperluan yang tanaman itu butuhkan, maka ia juga akan menumbuhkan buah yang baik juga.’
sambung nya,
‘ Maka nya rul, kamu harus siapkan tanahnya dengan baik, kelak saat bunga indah mu itu datang, kamu bisa menjaga dan menghidupi nya dengan sebaik-baik nya. Jadilah juga seperti mentari yang bisa bermanfaat menerangi setiap sisi.
***
Buat sebahagian, kualitas hari hadir di saat kita memulai pagi, mempersiapkan diri. menyambut mentari adalah seperti halnya kita sedang menumbuhkan harapan di dalam hati. Bagaimana mungkin orang yang menginginkan sesuatu yang baik ia tidak mempersiapkan nya dengan baik. Sungguh betapa bersyukurnya mereka yang menjadikan Sang Khaliq sebagai pemilik, mereka tak pernah risau menjalani kehidupan ini yang semakin pelik. Mereka yang memilih akhirat dan meletakannya di hati, maka ia tak kan pernah Khawatir karena Allah.SWT akan mengurus hamba-nya tanpa kenal henti.
” Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya). tidak mengantuk dan tidak tidur,…” (Q.s Al-Baqarah : 255)
Taman-taman hati mereka selalu di penuhi sinaran mentari yang selalu terang benderang. Tak hilang terus membawa manfaat. Seperti cahaya pelita yang menembus kegelapan, seperti tanah yang menyuburkan dan menumbuhkan beraneka tanaman yang indah lagi lebat berbuah. Selama Allah.SWT yang selalu di hati sebagai Penerang, insya Allah kita pun juga akan di nanti di tengah manusia untuk menerangi mereka.
Lantas mereka yang menjadikan dunia nya yang selalu di letakan di hati. Sungguh kan kita fahami, betapa kiranya kita sangatlah merugi. Jika menjadikan makhluk sebagai yang lebih utama dan istimewa, maka suatu saat nanti kita akan merasakan kecewa. mengharapkan dunia sebagai mentari nya, maka kita semua akan sadar betapa itu semua tak lebih berarti.
Semakin kuat kita berlari mengejar mentari ( ke timur ), semakin itu pula ia tak akan pernah kita dapati bahkan semakin jauh berlari.
Semakin kita mendekati nya tanpa persiapan, semakin itu pula ia akan membuat gerah, panas dan seketika meleburkan.
Semakin kita memandangi dan menatap nya, semakin itu juga ia akan menyilaukan mu bahkan membutakan mata mu.
Maka sederhanakan lah, menjadikan dunia sebagai tujuan adalah kesalahan, tapi menjadikan dunia sebagai alasan adalah kekuatan. kekuatan untuk lebih dekat kepada-Nya. Baik adalah ketika kita mampu merespons sesuatu dengan baik.
maka bersyukur lah, mentari itu ada dan hadir untuk kita rasakan, sebagai anugerah dari Rabb yang Maha Pemurah. Lalu apa yang harus kita khawatirkan.
maka berikhtiar lah, karena mentari itu anugerah maka janganlah terus berada di bawah, karena semakin di bawah akan semakin banyak yang menghalangi semua itu yang terlihat indah. maka mendaki tinggilah terus naiklah, lantas bersandinglah.
Maka berdo’a lah, semoga mentari itu masih sama. dan menemani nya tenggelam sampai ke barat adalah pilihan. meskipun itu terasa berat, temanilah ia dengan sabar dan sholat, isilah hari-hari yang berlalu dengan kebaikan dan sesuatu yang bermanfaat, semoga Allah.SWT memasukan kita termasuk orang yang selamat, baik di dunia maupun di akhirat.
Mentari itu selalu terang dan tak berkurang, bersama berjuta pertanyaan masihkah aku punya tempat untuk pulang…
Mentari di Taman Hati…
Bagi yang ingin mendapatkan kumpulan karya oase Iman di rubrik eramuslim, bisa kunjungi link di bawah ini : Resensi Buku : Cerita yang Menjadi Guru, miliki Menembus Batas Logika, Kisah Terbaik Oase Iman…