Tak sedetikpun kita lewati waktu tanpa karuniaNya/ Tak sedetikpun arunia Allah terputus/ Tak sedetikpun nikmat Allah luput dari kita. Jantung yang berdetak/ Aliran darah yang mengalir ke seluruh tubuh/ Udara yang kau hirup sedemikian banyaknya/ Anggota tubuh kita yang berfungsi dengan amat baiknya/ Air yang melimpah untuk kita minum, mandi, mencuci/ Cahaya yang datang dari Matahari, Bulan, Bintang, lampu lisrik, api dan lain sebagainya.
Seluruh makanan dan berbagai jenis minuman, serta berbagai macam harta benda yang kita miliki adalah karunia Allah, yang tak sedetikpun berkurang kita terima setiap saat. Napas yang kita hembuskan/ Roh Illahi yang dihembuskan olehNya/ Jasad lahiriah yang tetap mampu bergerak adalah karunia Allah, yang tak sedetikpun lari dari kita.
Apa lagi yang mau dikeluhkan? Nikmat Allah yang mana lagi yang mau didustakan? Semuanya telah kita terima dariNya, tak sedetikpun karunia Allah terhenti. Dia telah memberikan segalanya untuk manusia, masihkah kita mengingkari karuniaNya?
Ruangan, kamar, lapangan, jalanan, pintu, jendela, istri, anak, tangga, salju, pohonan, kendaraan, gerakan, diam, jalan, berlari, duduk, bangun, berdiri, berbaring, tidur, mimpi, lelap, lelah, istirahat dan segalanya yang tak mampu kita tuliskan, karena begitu banyaknya nikmat Allah, semua itu karena ada karuniaNya.
Adanya ruang kosong adalah karunia Allah yang sangat besar, bayangkan seandainya di dunia tanpa adanya ruang kosong, kita tak aka bisa bergerak, karena semua mampet dan padat! Jadi ruangpun sebenarnya karunia Allah SWT yang sangat besar. Bayangkan kalau tak ada ruang kosong, apa jadinya, kemana kita bergerak?
Jangan lupa, tak ada kamar yang tak beruang, tak ada rumah yang tak beruang, tak ada kantor yang tak beruang, tak ada kendaraan apapun tanpa ada ruangan di dalamnya, mengapa? Ya karena dengan adanya ruangan itulah manusia bergerak, dan ini jarang disukuri manusia. Karena adanya ruangan dianggap biasa saja, padahal ruangpun adalah karuniaNya yang sangat besar yang wajib disyukuri!
Ruangan tamu, kamar tidur, kamar mandi dan WC, dapur, ruang sekolah, ruangan kantor, ruangan dalam mobil, ruangan dalam kereta, ruangan dalam pesawat, dan seribu satu ruangan adalah karunia Allah.
Tanpa ruangan tak ada gerak
Tanpa ruangan tak ada dinamika
Tanpa ruangan tak ada kemerdekaan
Tanpa ruangan tak ada kebebasan.
Di rumah, di kantor, di tempat kerja, di jalanan, di metro, di bus, di mobil, di toko, di pasar dan lain sebagainya perlu ruangan, ruangan juga karunia Allah yang sedetikpun terlewati oleh kita, semuanya telah kita gunakan, telah kita manfaatkan. Mari sadari itu, mari hargai itu, mari syukuri adanya ruangan itu, mari kita buka sama-sama ayat-ayat Allah yang ada di dalam raungan, ayat-ayat Allah yang tersebar dalam ruangan. Jangan lupa udara bergerak juga karena adanya ruangan, sehingga kita dapat bernapas dengannya. Tanpa ruang kemana udara bergerak?
Ruang dan waktu adalah karunia Allah yang sering dilupakan manusia, manusia yang bebas “ berlenggang kangkung” begeraka dari satu tempat ke tempat yang lain, baik dengan berjalan kaki, berlari, menggunakan kendaraan dari mulai sepeda, motor, mobil, kereta, pesawat udara sampai perjalanan pesawat ulang alik dari Bumi ke stasiun ruang angkasa, semua itu membutuhkan ruang dan waktu, bila tak ada ruang dan waktu, tak ada yang namanya gerak dan pergerakan!
Namun karena dianggap sudah biasa, hal biasa, sampai-sampai manusia tak menghargainya, bahkan mencelanya! Mana buktinya? Silahkan lihat saat kemacetan total di jalan raya atau saat banjir! Pergerakan manusia menjadi terhambat, pergerakan manusia yang menggunakan kendaraan juga terhambat, alias pergerakan menjadi macet! Saat itulah manusia baru menyadari perlu ruang gerak yang bebas tanpa hambatan, dan itu bisa dilakukan bila ada ruang dan ada waktu.
Mengapa? Tanpa ruang dan waktu, kita tak bisa bergerak kemanapun, termasuk artikel ini tak bisa dibuat tanpa ada ruang dan waktu di rumah. Karena setiap hurup yang diketik dalam artikel ini sudah menggunakan ruang dan waktu, dalam setiap menit dan detiknya! Dan pembacapun tak akan bisa membaca artikel ini tanpa ada ruang dan waktu, baik di rumah, di kantor atau saat di perjalanan, karena setiap kata atau kalimat yang dibaca dalam artikel ini, juga memerlukan ruang dan waktu dalam setiap detik dan setiap menit yang dilaluinya.
Begitu juga dengan usia kita, tahu-tahu sekarang sudah masuk pertengahan bulan Sya’ban, nisfu Sya’ban, dua minggu ke depan, insya Allah, kita akan menjalani ibadah puasa, perasaan baru kemarin kita puasa, perasaan baru kemarin kita berlebaran, tahu-tahu waktu sudah berlalu dan kita akan bertemu lagi dengan bulan ramadhan, bulan suci, bulan yang dinanti-natikan oleh setiap ummat Islam, dan selanjut berlebaran lagi, begitulah waktu yang dilalui, begitulah perjalan waktu, tak terasa.
Tahu-tahu usia kita “ bertambah” yang sebenarnya berkurang dari “ jatah” yang sudah ditentukanNya. Usia yang kita lalui, ruangan yang kita jalani terus saja bergulir. Kita terus bergerak dari satu ruang ke ruangan lain, kita terus saja bergerak dari waktu ke waktu, dan itu semuanya bisa terjadi hanya karena karuniaNya, nikmatNya yang diberikan kepada kita manusia, Alhamdulillah.
Jadi sekali lagi, tak sedetikpun usia kita berlalu tanpa karunia Allah. Tiap detik, bahkan sepersekian detik yang tak terhingga, roh kita tetap masih ada, jika tidak, tamatlah riwayat hidup kita alias kita meninggal, karena kematianpun hanya soal waktu, bisa cepat atau lambat. Kita kembali kepada yang punya karunia, Dialah Allah SWT. Yang tak sedetikpun lengah, lalai, ngantuk, tidur, lelah dan seterusnya, Maha Suci Allah dari sipat-sipat yang demikian. Jadi jika masih saja tak mensyukuri keberadaan ruang dan waktu, lalu misalnya, Allah SWT mengusir kita dari ruang dan waktu di Bumi, mau kemana kita pergi? Sedangkan semua ruang dan waktu adalah milikNya!
Moskow, 15 Sya’ban 1434 H/ 24 Juni 2013.