ٱلَّذِينَ يَتَّخِذُونَ ٱلْكَٰفِرِينَ أَوْلِيَآءَ مِن دُونِ ٱلْمُؤْمِنِينَ ۚ أَيَبْتَغُونَ عِندَهُمُ ٱلْعِزَّةَ فَإِنَّ ٱلْعِزَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا
(Yaitu) Orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah. (An Nisa 139)
Jalalain menjelaskan ayat ini: “Yaitu orang orang berhati nifak yang mengambil orang orang kafir sebagai temannya yang setia dan bukan orang orang mukmin karena dugaan mereka bahwa orang orang kafir itu mempunyai kekuatan. Apakah mereka hendak mencari kekuatan pada mereka itu? Ini pertanyaan bermakna sanggahan , artinya mereka tak akan menemukan hal itu padanya. Karena sesungguhnya semua kekuatan itu milik Allah baik di dunia maupun di akherat, dan tak akan tercapai kecuali oleh kekasih-kekasihNYA.”
Secara batas yang jelas, hanya ada dua macam ubudiyah atau penghambaan, Pertama, ubudiah secara total kepada Allah yang dengan demikian seseorang itu bakal mendapat keluhuran, kemuliaan, dan kebebasan. Kedua, adalah ubudiyah kepada sesama hamba Allah yang dengan demikian seseorang bakal menjadi hina, rendah dan terbelenggu.
Setiap jaman, ada saja oknum umat Islam yang rendah diri terhadap keyakinan agamanya, mereka miskin iman kepada Allah bahkan mereka terpukau dan terpesona oleh kekayaan yang dimiliki orang orang kafir. Karena terpukau dan ingin kecipratan harta akibatkan hatinya lebih suka dan lebih percaya menyerahkan pimpinan hidupnya kepada orang orang kafir, munafik dan fasik, dan bukan dari orang orang yang beriman.
Yang menjadi pertanyaan serius, Jika pimpinan diserahkan kepada orang orang kafir munafik fasik, kemanakah umat ini hendak dibawa oleh orang kafir tersebut? Jawaban pastinya adalah kepada arah kekafiran pula, bukan?
Sikap rendah diri dan iman lemah medorong sikap mereka menganggap yang datang dari kafir adalah baik, sedangkan yang datang dari Islam adalah buruk, walau secara zhohir mereka masih nyatakan diri beragama Islam.
Buya HAMKA katakan ketika di jaman jajahan lampau, banyak orang-orang nifak yang merasa lebih mulia bila ia berdekat-dekat dengan orang kafir dan pemerintahan penjajah kafir. Orang-orang ini pulalah yang menjadi penghalang besar kemerdekaan bangsa. Dan setelah merdeka , mereka pulalah yang menjadi penghalang kalau peraturan/syariat Islam dijalankan dalam masyarakat Muslim.
Sangkaan pendek mereka bahwa kemuliaan itu sejajar jika memiliki rumah yang mewah, kendaraan bagus, kekayaan melimpah serta jabatan tinggi disekitar orang-orang yang membenci Islam. Semakin Islamophobia seseorang maka peluang dapatkan jabatan tinggi semakin besar. Semakin konsekwen mempertahankan Iman dan berjuang menegakkan kehendak Allah, maka akan terpencil atau diisolasi banyak orang. Lantaran itu mereka terimalah segala tawaran yang menggoda dan menjilat kekuasaan pihak kafir, walau agamanya tergadai. Yang penting baginya dia dapati kemuliaan, walaupun palsu.
Berteman dengan orang kafir tidak terlarang, tetapi menyerahkan pimpinan atas umat Islam , yang pastinya akan menerpa kehormatan agama , itulah yang wajib ditentang!.
Bagaimana kondisi pemimpin dan situasi umat Islam di Indonesia saat ini? Anda pasti bisa menjawabnya… (Red)