17 Agustus adalah tanggal yang bersejarah bagi bangsa Indonesia. Hari lahirnya bangsa Indonesia, hari merdeka, hari dimana bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya. Bangsa Indonesia telah berjuang ratusan tahun untuk melepaskan diri dari belenggu penjajah. Banyak yang telah dikorbankan, berupa harta, nyawa, dan lainnya.
Kapankah seorang manusia dinyatakan merdeka?
Sesungguhnya setiap orang, setiap saat bertempur dengan penjajah. Musuh bebuyutan manusia. Pertempuran tidak akan pernah berhenti sampai manusia meniupkan nafasnya yang terakhir di dunia. Musuh itu adalah setan dan hawa nafsu. Manusia diserang dari segala penjuru dan arah. Manusia yang merdeka adalah yang dapat melepaskan dirinya dari belenggu hawa nafsu dan penjajahan setan atas dirinya. Ia tak lagi menjadi budak setan dan hawa nafsu. Ia telah sanggup memerintah dan mengontrol dirinya. Ia tak lagi dijajah.
Itulah kemerdekaan yang sesungguhnya, kemerdekaan jiwa dari belenggu hawa nafsu, kemerdekaan hati dan akal pikiran dari pengaruh setan. Untuk menjadi manusia merdeka bukanlah perkara mudah. Ia butuh perjuangan yang panjang dan terus menerus. Perlu banyak hal yang dikorbankan. Ia menuntut adanya semangat yang terus hidup dan tidak pernah padam.
Mari kita telusuri keadaan diri kita saat ini dan selama ini, apakah kita telah menjadi manusia merdeka dari belenggu hawa nafsu dan bisikan setan? Ataukah kita memang memilih menjadi terjajah? Kita lebih memilih tertawan oleh bujuk rayu setan dan hawa nafsu?
Sesungguhnya kita diciptakan hanya untuk mengabdi pada Allah. Untuk menjadi hamba Allah. Maka, membebaskan diri dari jajahan setan dan pengaruh hawa nafsu adalah suatu cita-cita yang harus kita capai. Tanpa itu, kita belum bisa menjadi seorang hamba yang total dalam pengabdian pada Pencipta kita.
Kenapa kita harus merdeka dari belenggu nafsu dan setan ? Karena setan dan hawa nafsu tidak pernah punya maksud yang baik pada manusia. Hawa nafsu dan setan selalu dan setiap saat menyuruh jajahan nya untuk melakukan perbuatan jahat dan buruk. Tidak ada kebaikan sedikitpun ketika jiwa dan diri kita dijajah oleh hawa nafsu dan setan. Orang-orang yang terjajah akan gelap melihat cahaya terang kebenaran, akan sulit untuk membedakan antara yang benar dan salah. Ia akan selalu diarahkan pada segala hal yang akan menyengsarakan dan membahayakan dirinya di dunia dan akhirat.
Firman Allah, “Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu wahai anak cucu Adam agar kamu tidak menyembah setan? Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagi kamu. Dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus. Dan sungguh, ia (setan itu) telah menyesatkan sebagian besar diantara kamu. Maka, apakah kamu tidak mengerti? ( Yasin [36] : 60-62)
Allah telah menjanjikan sorga bagi hamba-Nya yang menolak keinginan nafsunya, sebagaimana firman-Nya, “Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari (keinginan) hawa nafsunya. Maka sungguh, sorgalah tempat tinggal(nya). (an-Nazi`at [79] : 40-41)
Di ayat lain Allah menyebutkan bahwa orang yang beruntung itu ialah yang mensucikan jiwanya dengan ketaatan pada perintah Allah. Firman Allah, “Demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)nya. Maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya. Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu). Dan sungguh rugi orang yang mengotorinya” (asy-Syams [91] : 7-10)
Syaikh Muhammad `Ali ash-Shobuni dalam kitab tafsirnya, Sofwat at-Tafasir, menjelaskan maksud ayat di atas, “Sungguh menang dan beruntunglah orang yang mensucikan dirinya dengan ketaatan pada Allah, dan membersihkannya dari kotoran maksiat dan dosa. Dan sungguh merugi orang yang telah menghinakan dirinya dengan kekufuran dan kemaksiatan, memasukannya ke lembah kebinasaan, karena barangsiapa yang mematuhi kehendak hawa nafsunya, bermaksiat pada Tuhannya, maka ia telah keluar dari golongan orang-orang yang berakal, dan masuk pada golongan orang-orang bodoh.”
Menjadi manusia merdeka dari belenggu hawa nafsu dan setan membutuhkan pertolongan dari Allah. Karena musuh yang kita hadapi tidak bisa kita lihat. Ia bersembunyi dari kita. Ia lebih kuat. Namun sangat lemah dan tidak berdaya di hadapan orang-orang yang beriman, di hadapan orang-orang yang telah menjadikan Allah sebagai pelindungnya.
Sehingga, setiap saat kita selalu butuh bimbingan dan perlindungan dari Allah agar menjaga kita dari pengaruh, bujuk rayu, dan kejahatan hawa nafsu dan setan. Wallahul musta`an wa a`lam.
Salam dari Kairo,
www.marifassalman.multiply.com