Mengabaikan Syariat Berpakaian Untuk Mengikuti Senam Pagi

Pada suatu kampung, ada kegiatan rutin senam bersama (bagi ibu-ibu ) setiap hari Ahad pada pukul 06.00 pagi. Kegiatan positif ini adalah sebagian dari banyak kegiatan yang dilakukan oleh ibu-ibu di kampung tersebut. Patut diacungin jempol. Ibu-ibu yang aktif itu sebagian besar adalah ibu rumah tangga murni, alias tak bekerja di luar rumah. Kegiatan yang terarah, disebabkan adanya aktivis muslimah yang tinggal di sana. Jadi jangan heran, bila berkunjung ke kampung itu akan di dapati sebagian besar warganya (khususnya wanita ) punya kegiatan yang cukup lumayan Di antaranya pengkajian rutin per kelompok, majelis ta’lim per minggu, belajar Bahasa Arab, Tafsir, fiqih dan pendalaman untuk membaca Al-Qur’an. Ada masjid dan tentu saja Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) juga ada di kampung itu. Asyik khan?!

Saya menulis senam pagi bersama di hari Ahad, dikarenakan ada suatu kondisi yang membuat hati ini sedikit berdesir. Ada sebuah tanya yang saya simpan sampai saat saya menulis ini. Keinginan yang kuat dan keheranan yang dalam, selintas kadang mengganggu. Apakah itu?

Kegiatan senam memang bagus, karena Insya Allah akan membuat tubuh bugar. Merawat kesehatan merupakan salah satu hal penting yang harus kita lakukan dalam hidup ini, agar ibadah kita kepada sang Pencipta tak terganggu. Selain itu, juga akan mempererat tali silaturahim di antara peserta senam. Maklum, mereka punya jadwal harian yang berbeda. Hingga bila bertemu di saat senam itulah mereka bisa saling berbincang, mengeluarkan unek-unek atau apapun yang mereka anggap penting untuk dibagi. Pertemanan antar ibu-ibu yang sangat indah di setiap pagi Ahad.

Pelaksanaan senam dilaksanakan di tempat terbuka. Letaknya di samping rumah salah satu tokoh di kampung itu. Kegiatan senam itu kebetulan di koordinir oleh istri tokoh tersebut. Yang jadi masalah ketika dua orang wanita yang terkenal ketat dalam menjaga auratnya, ternyata saat senam memakai pakaian yang menurut pandangan ibu-ibu yang hadir pada saat itu tidak lazim. Mereka memakai celana panjang dan baju kaos yang agak pendek, hingga sebagian bentuk pantat kedua ibu itu kelihatan jelas bila melakukan gerakan senam. Astagafirullah!

Dari niat untuk sehat, tapi ternyata mengabaikan syariat. Padahal mereka telah istiqomah dalam menutup auratnya. Telah lama belajar Islam, dan mempunyai ilmu yang luas di banding ibu-ibu di sekitarnya, kenapa hanya karena senam pagi, mereka rela untuk melonggarkan diri dalam berpakaian? Apakah mereka telah lupa, ataukah mereka punya prinsip jika senam memakai pakaian yang sesuai? Ataukah mereka tak menyadari kekeliruannya? Karena manusia memang tempat salah dan khilaf. Sayangnya tak seorang pun yang berani menegur (termasuk saya!), dengan asumsi mereka berdua lebih tahu syariat. Kasihan juga ya?

Manusia pertama, Nabi Adam beserta istrinya Siti Hawa juga pernah tergoda syaitan. Hingga harus menjalani kehidupan di bumi ini. Maka hal yang manusiawi bila seorang yang kuat dalam memegang syariat, di suatu waktu lepas kendali. Pada saat lupa itulah, seharusnya orang terdekat maupun lingkungan tempat tinggalnya untuk mengingatkan. Bukan malah berbuat bisik-bisik tetangga. Khan jadi gossip yang tidak diinginkan. Padahal jelas sebagai saudara muslim, kita harus  ”Selalu memberi nasihat dalam kebaikan dan menasihati untuk tidak melakukan kemungkaran.”

Memang hal yang sangat sukar dilakukan, bila orang memandang orang lain itu lebih tahu. Padahal kekuatan sebuah persaudaraan dalam Islam karena kedekatan mereka untuk selalu saling menjaga dan melindungi dari hal yang tidak di inginkan oleh Allah SWT. Kekuatan persaudaraan yang lebih kuat dari jalinan saudara sedarah maupun serumpun. Persaudaraan yang berdasarkan pada kekuatan yang kokoh, yaitu ISLAM.

Halimah Taslima

Forum Lingkar Pena ( FLP ) Cab. Sengata

[email protected]