Eramuslim.com – Para ulama mengakui Malik bin Dinar sebagai seorang ulama besar dan shaleh di masa tabi’in. la termasuk salah seorang ulama ahli Hadits yang dipercaya. Ia juga dikenal sebagai kaligrafer al-Qur’an yang mumpuni.
Sebelum menjadi orang yang salih, Malik bin Dinar seorang yang suka hidup berfoya-foya. Tiada hari tanpa berbuat maksiat dan zalim kepada orang lain sehingga orang di sekitarnya manjauhinya.
Kisah pertobatannya dimulai ketika ia ingin berkeluarga. Setelah menikah ia dikarunia seorang putri yang ia beri nama Fatimah.
Setiap anaknya bertambah besar, keimanannya terus bertambah dan kemaksiatannya berkurang. Sewaktu Fatimah berusia dua tahun seringkali ia membuang minuman arak miliknya.
Ini yang membuat Malik bin Dinar semakin dekat dengan Allah. “Seakan Allah mengatur seperti itu,” katanya. Namun kemudian Allah menberikan cobaan dengan mengambil Fatimah pada usia tiga tahun.
Ternyata kematian itu membuatnya lebih buruk dari sebelumnya. “Aku sangat kecewa dan terpukul dengan kematian Fatimah,” tuturnya.
Untuk mengobati kekecewaannya itu, hampir tiap malam ia minum arak sampai mabuk. Hingga pada suatu malam, ia bermimpi yang membuatnya sadar.
la bermimpi dirinya di hari Kiamat. Manusia berbondong-bondong, termasuk dirinya menghadap pada Yang Maha Kuasa
Masing-masing orang dipanggil sesuai namanya agar menghadap Allah. Ada yang wajahnya berubah menjadi hitam karena ketakutan.
Akhirnya ia mendengar namanya dipanggil. Anehnya, manusia yang ada di sekelilingnya hilang. Seakan tiada seorang pun di padang Mahsyar itu.
“Lalu aku melihat ular yang sangat besar lagi ganas berjalan mendekatiku sambil membuka mulutnya. Akupun berlari sehingga aku menemui seorang lelaki tua yang lemah. Aku berkata padanya, “Tolonglah aku dari kejaran ular itu!.
Namun lelaki itu menjawab: ‘Aku lemah anakku, aku tidak mampu menolongmu. Larilah ke arah sana mungkin kamu akan selamat.”
la berlari sekuat tenaga ke arah yang ditunjukkan orang tua itu. Namun si ular terus mengejar sampai di belakangnya dan neraka di depannya.
Kemudian ia berlari kembali ke arah lelaki tua tadi dan minta tolong. Lagi-lagi orang tua
tersebut menjawab tidak mampu menolongnya.
Tapi dia menyuruh Malik pergi ke arah gunung. la pun kemudian lari ke sana.
Dalam ketakutannya ia melihat di puncak gunung ada anak-anak kecil yang berteriak, “Wahai, Fatimah temuilah ayahmu, tolonglah ayahmu!” Fatimah pun menolong Malik bin Dinar dengan mengusir ular tersebut.
Dalam mimpi tersebut Malik seakan bertemu anaknya yang meninggal dalam usia 3 tahun.
Anaknya kemudian berkata kepadanya, “Belum tibakah waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk menundukan hati mereka mengingat Allah” (Al-Hadid [57]: 16).
Malik bertanya pada anaknya, “Ceritakanlah padaku tentang ular besar itu!” Kemudian Fatimah bercerita bahwa ular itu adalah amal buruknya. Sedang orang tua itu adalah amal baiknya.
Namun ia tidak mampu menolongnya karena dilemahkan sendiri oleh Malik. Kemudian Fatimah berkata, “Seandainya engkau tidak melahirkan aku dan meninggal sewaktu masih kecil dahulu niscaya tidak ada yang menjadi penolong buatmu.”
Setelah itu, Malik bin Dinar terbangun dari tidurnya. Sejak itu ia bertobat.
Hampir setiap waktunya dihabiskan di masjid untuk belajar Islam kepada para ulama dan beribadah kepada Allah Taala.
Kelak, ia menjadi seorang ulama besar yang saleh
(Hidayatullah)