Hari berganti dari detik ke menit, dari menit ke jam, dari jam ke hari, dari hari ke minggu, dari minggu ke bulan, dari bulan ke tahun, begitu seterusnya bumi berputar, dan ajaibnya bumi yang berputar, usia manusia yang berkurang, kalau dilihat dari atas waktu yang ditentukan dan bertambah kalau dilihat dari titik nol, saat kelahiran manusia.
Manusia menyangka kalau hari yang dilalaui sama saja, padahal setiap waktu yang dilaluinyanya adalah beda, dalam hitungan detik yang berlalu, tak seorang manusiapun yang mampu mengembalikan waktu yang telah dilaluinya. Jadi bila dilihat dari sisi waktu ini, setiap manusia, siapapun orangnya selalu dalam keadaan baru, selalu lahir manusia baru, dari orang yang sama!
Aneh memang kedengarannya, bagaimana bisa manusia yang sama setiap saat lahir? Oke , coba teliti, manusia sebenarnya adalah selalu dalam keadaan baru, karena dalam hitungan detik, kalau sudah ajal menjemput, manusia akan mati! Jadi kalau seorang manusia sampai saat artikel ini ditulis dan kemudian dibaca lalu tersimpan di dunia maya, maka bersukurlah, itu berarti yang menulis dan yang membacanya masih hidup! Padahal bisa saja yang menulis dan yang membaca pada saat yang sama, bila memang ajalnya sudah tiba, akan mati dalam waktu bersamaan, di tempat yang berbeda.
Hari berlalu demikian cepat, dari kelahiran menuju kematian, dari masa anak-anak,muda, dewasa, tua dan maut sedang menanti. Tak jauh-jauh, tak usah belari mengghindar dari maut, tak usah menjemput kedatangan maut, dihindari dan dijemput sama aja bagi sang maut.
Dia datang bukan atas permintaanmu, dia belum hadir bukan atas kemauanmu, satang atau tidaknya sang maut ada dalam catatanNya, ada dalam genggamanNya, dan bila saatnya tiba Dia datang tanpa kau pinta, Dia hadir tanpa kau sadari, dan tiba-tiba kau mati!
Lalu kuburan ada di hadapanmu, jasadmu akan berada di dalamnya, jasadmu akan menjadi santapan cacing-cacing tanah atau belatung-belatung yang “berpesta” memakan dagingmu, hingga tak bersisa sedikitpun, lalu tulang belulangmu hancur satu demi satu dan kemudian lenyap bersama tanah.
Kuburan menjadi tempatmu bersinggah sementara, sebelum kiamat tiba. Akankah kau dapat nikmat kubur atau azab kubur? Dunialah tempat persemainnya, dunialah ladang amalnya, dunialah tempat menabung segala amal perbuatanmu.
Jika tidak, azab kubur akan kau dapatkan tanpa kau kehendaki, azab kubur akan menghancurleburkan tubuhmu, azab kubur akan menjadi tempat awal penyiksaan yang teramat pedih sebelum disiksa di neraka nanti, sudahkah kau siapakan dirimu menghadapi kuburan?
Di Kuburan kau akan sendirian, jika tak punya amal, di Kuburan Kau akan di azab, jika tak beriman dan tak beramal sholeh. Di Kuburan kau akan disiksa, jika hidupmu penuh dengan kemaksiatan. Jangan ceritakan neraka, di kuburan sudah cukup buat peringatan, bagi yang mau mengambil peringatan dan pelajaran.
Neraka bagi pembuat maksiat bukan apa-apa, neraka bagi orang kapir bukan sesuatu yang menakutkan,
neraka bagi penggelimang dosa bukan sesuatu yang perlu ditakuti, apa itu neraka? Bagi mereka neraka hanya cerita-cerita kosong , mati, selesai. Itu keyakinan orang-orang kapir!
Bagi yang beriman, jangankan neraka, siksa kubur sudah membuatnya ketakutan luar biasa. Apa lagi azab neraka, Ya Allah lindungi hamba dari azab kubur dan azab neraka, jangankan api neraka, api di duniapun sudah dapat mengancur leburkan daging dan tulang belulang hamba. Jangankan azab di neraka, azab kubur saja sudah menghancurkan tubuh manusia. Jangankan azab kubur, kebakaran di dunia saja sudah menghancurkan kehidupan manusia.
Maka betapapun panjang jalan yang kau tempuh, betapapun jauh perjalanan yang kau lalui, betapapun ilmu yang kau miliki, betapapun harta yang kau cari sebanyak-banyaknya, betapapun persahabatan yang kau bina sebaik-baiknya, betapapun persaudaraan yang kau jaga keutuhannya, pada akhirnya semuanya kamu tinggalkan.
Pada akhirnya semua fana, pada akahirnya semuanya nol, pada akhirnya semuanya tiada, Pada akhirnya tubuhmu yang kau jaga juga akan lenyap, pada akhirnya kematianlah kenyataan itu.
Dengan izinNya satu-satunya kepastian yang tak dapat kau elakan yaitu kematian! Dan kematian datang tiba-tiba, begitu saja, baru saja bercengkrama dengan para sahabat, baru saja bersenda gurau dengan keluarga, baru saja bercanda dengan sanak pamili, tiba-tiba maut datang begitu saja.
Jadi, sejauh-jauhnya kau berjalan, yang ada dihadapanmu adalah kefanaan, kematian, kenolan, kelenyapan, ketiadaan! Jadi, sejauh-jauhnya kamu merantau, ke luar dari negerimu, ke ujung dunia sekalipun, di hadapan Allah SWT. Tak seincipun kamu bergerak, kemanapun kamu, berjalan, berlari atau terbang sekalipun, kau tetap di dalam Tuhan, karena Dialah awal dan akhir parjalanan hidupmu, karena dari Dialah dan ke Dialah tujuan hidupmu.
Untuk itu mari lihat bait-bait berikut ini, http://fiksi.kompasiana.com/puisi/2013/04/26/selamat-jalan-wahai-engkau-lelaki-yang-terpanggil-554941.html, yang penulis tulis untuk: www.kompasiana.com/virays berkenaan dengan sebuah kematian dari yang tak terduga, tapi nyata dan diingat jutaan manusia Indonesia, karena baru saja terjadi pada hari Jum’at , 26 April 2013 lalu. Saya beri judul:” SELAMAT JALAN WAHAI ENGKAU LELAKI YANG TERPANGGIL”
Musim semi telah tiba dan saljupun hilang entah kemana/Hujan turun lebat sekali kemarin namun hanya sesaat/Matahari masih terkadang muncul/Dengan senyum malu-malu menyapa bumi.
Dari ujung sana pada sebuah titik di bumi/Angin membawa berita ke segala persada yang menghentak/Seorang hambaNya yang penuh warna/Tiba-tiba dipanggil menghadapNya di malam mulia.
Tak terduga/Tak disangka/Dalam usia yang kata orang hidup dimulai/Namun yang terjadi hidup itu diakhiri/Saat malam kelam di sebuah jalan/Pada suasana demikian malaikat berjubah hitam menjeputnya.
Saat roh pamit meninggalkan sang raga/Itu memang rahasiaNya/Tak ada mengetahui kecuali Dia/Tak ada yang bisa mencegah kedatangan/Sang malaikat berjubah hitam/Semua berjalan atas kehendakNya/Datang begitu saja/Dan kapan saja maunya.
Di musim semi saat hijau dedaunan mulai tersenyum/Saat itulah datang panggilan yang tak bersuara/Menjemputnya saat awan menutupi kegelapan malam/Derai air matapun ikut turun membasahi bumi/Menghantar kepergiannya/Menghantar kepulangannya menuju rumah terakhir.
Engkau sudah berbuat/Dan itu telah kau lakukan/Meninggalkan suaramu/Meninggalkan pesan-pesanmu/Meninggalkan gayamu yang membumi/Menarik hati-hati yang luka dan terobati.
Selamat jalan wahai engkau lelaki yang terpanggil/Selamat jalan wahai engkau lelaki yang penuh senyum/Selamat jalan wahai engkau lelaki yang dipilihNya/Selamat jalan wahai engkau lelaki yang berjalan dalam panji-panjiNya/Selamat jalan wahai engkau lelaki yang menyebarkan risalahNya/Doa kami mengiringi perjalanan terakhirmu/Menuju keabadian//.
Moskow, 27 April 2013.