Siang itu bacaan Tartil Qur’an mulai terdengar , bukan lagi sayup – sayup terdengar di telingaku ketika acara pertemuan dengan rekan-rekan kerjaku di Banjarmasin sudah hampir usai. Aku melirik jam dinding di ruang pertemuan yang sudah menunjukkan angka 11.30 .Alhamdulillah acara selesai tepat waktu . Aku tersentak ketika bacaan itu adalah surah ”ARAHMAN ” . Setiap kali Allah menegurku dengan kalimat
فَبِأَيِّ آلَاء رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Aku turun dari lantai 2 setelah salah satu temanku dengan ramahnya meminjamkan sepasang sandal jepit .Masjid Sabilal Muhtadin , masjid kebanggaan rakyat Kalimantan Selatan itu tampak kokoh dan megah di depanku.Halaman yang luas dan rimbun membuat mata semakin segar , apalagi dibawahnya beberapa kelompok santri kecil sedang menambah hafalan Al Qur’an nya kayaknya.Subhanallah …
Aku ambil jalan memutar untuk memasuki areal Masjid agung itu sekedar menghindari kemacetan lalulintas .Sebagian mungkin saat pulang kerja karena hari Jum’at bertemu dengan jamaah yang sangat padat untuk mengikuti sholat Jum’at. Tak terasa teguran Allah sebanyak 31 kali itu menghujam dadaku , aku berjalan lunglai dan memendam malu yang yang luar biasa . Betapa banyak nikmat Allah yang tidak aku syukuri selama ini . Sampai Allah menegurku sebanyak itu . Aku malu ya Allah ….
Aku malu , ketika sebagian besar muslimin berebut untuk dapat duduk di shaft terdepan dengan datang ke masjid lebih awal , aku masih sibuk dengan kerja dan duniaku . Dan nggak tahu lagi pada saat masuk masjid aku sudah berada di shaft ke berapa ? Padahal aku juga tahu rizki itu sudah ada kadarnya jadi nggak mungkin pindah ke orang lain. Pada saat hampir seluruh jamaah mengenakan baju muslim yang didominasi warna putih , aku bahkan masih harus mengenakan baju batik dengan aneka corak dan warna dengan tidak lagi mengenakan kopyah yang menurut beberapa ulama walaupun itu bukan keharusan namun itu adalah maruah ( kebanggaan ) bagi muslimin dan sebagi alat untuk mencegah agar rambut kita tidak menghalangi jidat kita pada saat sujud pada-Nya.
Belum lagi karena kecapekan kerja mungkin , beberapa kali Jum’at ternyata hanya jadi ajang untuk pelepas lelah .Bukan lagi kantuk yang datang , bahkan sering mendengarkan khotbah hanya awal dan akhir aja .Selebihnya pulas tertidur .Padahal sepulang sholat Jum’at harusnya aku membagi isi khotbah kepada istri dan keluargaku .Apa yang akan aku bagi , sementara aku sendiri nggak tahu persis isi khotbahnya Sementara beberapa jamaah yang sudah sepuh justru sangat antusias mendengarkan khotbah. Bagaimana aku nggak malu ya Allah ?
Sandal jepit pinjaman itu aku ”parkir” lurus tepat dengan pintu masuk untuk memudahkan saya mengingatnya. Maklum sandal pinjaman , kuatir tertukar dengan yang lain.Subhanallah , masjid ini indah dan luas sekali .Seperti perkiraanku semula , aku sudah harus menempati shaft ke 15 kayaknya .Setelah sholat tahiyatul masjid aku duduk lurus searah dengan tempat mimbar dengan harapan aku bisa konsentrasi pada saat mendengarkan khotbah Jum’at. Shaft terdepan diisi oleh para alim ulama Banjarmasin dengan jubah dan sorban putih yang menambah wibawa dan membuatku membayangkan para sahabat Rasulullah yang dengan seksama akan mendengarkan dan mentaati semua perintah Allah dan Rasulullah.
Jamaah yang duduk persis di depanku tiba – tiba berdiri dan meninggalkan shafnya , mungkin batal wudhu pikirku .Begitu dia keluar , salah seorang jamaah lewat di sampingku untuk mengisi shaft yang kosong tadi. Kali ini perhatianku justru bukan tertuju pada seorang pemuda yang mungkin berusia sekitar 20 tahunan itu, tetapi justru pada jaket yang ia pergunakan . Dibelakang jaket hitam itu terpampang tulisan yang cukup menyolok ” MAJELIS PECINTA RASULULLAH ”.
Kini perasaanku semakin campur aduk nggak karuan . Tulisan besar itu menggetarkan hatiku . Aku iri dengan umur segitu mereka begitu mencintai Rasulullah dengan caranya sendiri . Tidak semua orang berani dan berbangga hati dengan kecintaannya kepada Rasulullah . Apalagi kaum muda . Mereka lebih enjoy dan PD ketika memakai baju , kaos atau jaket yang bergambar artis atau bahkan nama tokoh sepakbola yang mereka idolakan . Bahkan ”seragam” seperti itu sudah biasa masuk masjid.
Bagai dikuliti rasanya badanku . Gemetar aku , teringat betapa aku mencintai Rasulullah mungkin baru sebatas pada ungkapan rasa cinta , belum menyentuh substansi dan ruh cinta itu sendiri.
Padahal Rasulullah tidak pernah berhenti memikirkan kita , umatnya. Bukan saja pada saat beliau sehat namun pada saat menjelang beliau wafatpun yang ditanyakan kepada malaikat Jibril adalah keadaan umatnya.Sebuah sosok agung yang tidak akan seorangpun dan mahkluk apapun bisa menandingi keluhuran budi Rasulullah.
Aku malu ya Rasul ..
Kalau selama ini aku baru mampu membaca sholawat atasmu kalau sedang melakukan sholat dan duduk tasyahud . Padahal aku juga tahu kalau sholawat terhadapmu bisa di ucapkan kapan saja baik di dalam sholat maupun di luar sholat .Begitu perhitungannya aku kepadamu , dan baru sampai segitu yang aku lakukan selama ini.Alangkah lucunya kalau bilang cinta tapi jarang atau bahkan tidak pernah menyebut dan memanggil namanya.
Bahkan beberap hari yang lalu aku sempat dibuat bingung oleh keponakanku yang berumur 4 tahun . Entah darimana setelah pulang bermain di dekat musholla tiba – tiba Muhammad Zaidan kecil itu nanya ke seisi rumah tentang lantunan sholatun bisalamil mubin… .Akhirnya setelah dipancing dengan beberapa pertanyaan ringan , terbukalah teka – teki itu. Rupanya pada saat bermain di rumah Ridho bersama semua temannya oleh orang tua si Ridho di putarkan vcd sholawat yang dilantunkan Habib Syeh dengan suara khas dan syahdu itu.
Alhadulillah ya Allah , mereka yang masih kanak – kanak itu sudah tertarik dengan sholawat dan pujian kepada Rasulullah yang tentu berbeda dengan pujian kepada-Mu ya Rabb. Mereka memuji keagungan akhlak Rasulullah walaupun dengan bahasa dan maksud yang belum mereka mengerti . Tapi aku yang usiaku sudah masuk waktu ” Asar ” atau bahkan menjelang Magrib ini masih malu -malu menyanjungmu , padahal syafaatmu sangat aku nantikan kelak pada saat semua orang membutuhkan itu apalagi diriku yang penuh dosa ini .
Bahkan bacaan sholawat Badar , maulid Habsyi atau kitab Al Barzanji yang dulu waktu kecil sering aku ikuti , saat ini entah kemana .Dulu waktu kecil dengan tidak tahu artinya saja aku begitu bersemangat kalau malam Jum’at diisi pembacaan sholawat dan Al Barzanji . Kini justru dengan semakin mengertinya aku bahwa disana ditulis sejarah kelahiran nabi , silsilah dan perjuangan nabi justru aku mulai melupakannya . Walaupun kadang – kadang pada saat dengar maulid itu dibacakan air mataku deras mengalir karena menahan kerinduan .
Aku sangat malu ya Rasul ….
Pada saat engkau ajarkan kepada kami bagaimana akhlakmu bertetangga yang aku ketahui dari beberapa hadits pada saat yang sama aku masih sering membuat jengkel tetangga kanan kiriku . Padahal aku tinggal ditengah – tengah mereka . Bahkan aku masih lebih suka meyimpan makanan yang di olah oleh istriku untuk besok daripada berbagi dengan tetangga padahal mereka mencium aroma masakan istriku.
Apalagi saat Ramadhan seperti ini , sepertinya aku masih lebih bersemangat menunggu datangnya Idul Fitri dari pada berjuang mengendalikan nafsu dan belajar ”sedikit merasakan” kesulitan mereka yang oleh Allah di coba dengan kekurangan dan keterbatasan secara materi . Padahal pada saat engkau tidak memiliki sesuatu di rumah maka engkau jadikan hari itu sebagai hari puasa sunahmu.Dengan begitu tidak ada hari yang tidak bermanfaat bagimu , apapun kondisinya .
Bahkan semangat ramadhan yang engkau jalani dengan berbagai keadaan dan bahkan harus menghadapi musuh – musuhmu di medan perang , sepertinya belum menancap kuat di hatiku . Padahal sering kali masalah itu dibahas oleh beberapa ustadz pada saat mengisi kultum Tarawih untuk menguatkan niat shaum kaum muslimin. Aku masih senang dengan mengambil manfaat tidur waktu puasa adalah ibadah . Padahal aku juga tahu semakin berat tantangan puasa kita Insya Allah semakin besar nilainya di sisi Allah , karena untuk urusan puasa Allah sendiri yang akan menghitung dan memberikan pahala.
Sepuluh hari terakhir adalah hari yang engkau perjuangkan dengan sungguh – sungguh bersama para sahabat untuk I’tikaf dan menunggu datangnya Lailatul Qodar .Sementara aku dengan alasan siangnya masuk kerja sangat takut untuk sekedar menahan kantuk di sepuluh malam terakhir .Qiyamul lail yang aku kerjakan juga masih dalam hitungan ” sekedarnya ” , sementara engkau yang oleh Allah dijamin dengan rahmat dan ampunan bahkan surga pun masih melakukan qiyamul lail sampai bengkak kakimu. Subhanallah.
Jujur aku sangat malu kepadamu ya Rasulullah , sekian banyak kebaikkan yang sudah engkau contohkan kepada kami , tapi nggak tahu baru berapa jari yang habis untuk menghitung apa yang sudah aku lakukan untuk mengikuti sunahmu .Sering aku rindukan engkau , rindu dengan belaian dan bimbingan tanganmu yang oleh Allah dipenuhi dengan rahmat , bahkan setiap malam aku merindukan untuk bermimpi bertemu denganmu walaupun aku sangat menyadari apakah aku pantas berharap seperti itu .Aku tetap berharap kepada kemurahan Allah agar bisa dipertemukan denganmu . Ya Allah sampaikan sholawat , salam dan kerinduanku kepada rasulullah. Allahumma sholli ala Muhammad ….