Bismillah…..
Kemarin kami datang dari Koh (Pulau) Samui dalam rangka mengisi liburan Songkran (Tahun Baru Thailand). Perjalanan cukup jauh dengan jarak tempuh sekitar 670 km. Kami bertadabbur alam sekeluarga menggunakan kendaraan pribadi. Suamiku tercinta alhamdulillah diberikan kekuatan dan kesehatan mengendarai sendiri mobilnya.
Kami berangkat dari Bangkok mendekati pukul sembilan malam, namun di KM 35 kami teringat satu hal yang cukup penting yaitu dokumen perjalanan (sejenis STNK) tertinggal di rumah. Kami harus berbalik arah untuk mengambilnya, alhamdulillah selanjutnya perjalanan berlangsung dengan lancar.
Kami tiba di daerah Hua-hin pukul satu dini hari. Setelah empat jam menyetir, ditambah pagi dan sore harinya bekerja di kantor, suami terlihat lelah dan perlu beristirahat. Suami menerima dengan senang hati tawaran salah seorang koleganya di kantor siang tadi untuk memakai apartemen pribadinya di tepi pantai secara cuma-cuma. Kondisi malam hari yang sangat sepi ditambah perbedaan bahasa yang tidak kami pahami, cukup menyulitkan kami mencari apartemen yang dimaksud. Berkat pertolongan Yang Maha Penolong, tempat yang dituju akhirnya ditemukan juga, lega rasanya alhamdulillah.
Setelah sholat subuh dan menyiapkan sarapan pagi kami melanjutkan perjalanan. Kami makan di dalam mobil. Sepanjang perjalanan, aku kagum dengan kondisi jalan luar kota yang ada di Thailand, jalanan sangat lebar dengan minimal tiga ruas jalan di tiap-tiap sisi jalannya. Hampir semua jalan satu arah dan keadaannya sangat mulus tanpa lubang sehingga meminimalkan kecelakaan lalu lintas. Kondisi jalan yang baik ini membuat jarak 670 km dapat ditempuh dalam 10-11 jam. Di sisi lain aku sedih membandingkan kondisi jalan di negeri kami tercinta yang cenderung satu jalur, dua arah, sempit, semrawut dan kurang diperhatikan perawatannya sehingga kecelakaan lalu lintas banyak merenggut korban.
Kami tiba di daerah Dok San yaitu darmaga tempat penyeberangan ferry menuju pulau. Kami menunggu cukup lama sekitar empat jam, saat itu kami belum makan siang dan anak-anak terlihat lapar. Kami kesulitan menemukan restoran halal, kami mencari-cari sesuatu yang bisa kami makan, alhamdulillah perut kami akhirnya kenyang dengan setangkup roti, es krim dan mie seduh halal yg kami bawa dari Bangkok. Ferry yang dinanti-nanti muncul juga. Ferry ini terdiri dari tiga lantai yaitu ruang ber-AC, dek terbuka, dan dek tempat bermain anak. Dengan mantap kapal ini menyeberang membelah laut selama 1,5 jam menuju Koh Samui.
Kami tiba di hotel dua jam menjelang tengah malam. Anak-anak yang semula terlihat lelah, kembali bersemangat melihat keadaan hotel yang bersih dan nyaman. Kamar tidur yang lega dengan satu tempat tidur ukuran besar, tempat tidur anak dua tingkat, dan beberapa mainan anak (boneka, play station, dan lego). Kami yang lelah tertidur dengan pulas.
Fajar menyingsing, kami keluar kamar. Pesona merebak hati melihat keindahan alam ciptaan Sang Kholik yang sangat memukau. Pasir nan putih, ombak yang tenang, dan beningnya air laut. Kala siang biru langit mendominasi alam dan warna itu berganti menjadi semburat merah kala senja menyapa. Sungguh indah lukisan alam ciptaan-Mu ya Rabb.
Anak-anak riang gembira berenang di kolam renang yang tampak begitu selaras dengan interior taman sekitarnya. Kegiatan berenang terus berlanjut di pantai yang memukau. Kami mencoba berjalan menyusuri pantai. Namun sayangnya, indahnya pemandangan alam ini dirusak oleh penampilan sekelompok manusia yang mengenakan pakaian sangat minim.
Tanpa rasa malu tua-muda, kurus-gemuk, tinggi-pendek orang-orang asing berkulit putih ini mempertontonkan auratnya, berjemur….…begitulah alasan mereka. Yang lebih menyedihkan lagi, ada yg tanpa rasa malu beberapa kaum hawa membuka bagian dadanya. Astagfirulloh!!!!! Hati ini menjerit melihatnya. Seketika timbul perasaan apakah kami berada di tempat yang salah? Ataukah sebetulnya merekalah yang salah? Sungguh hal ini sangat mengganggu mata dan hatiku sebagai seorang wanita. Apakah “mereka” menganggap hal itu termasuk yang dinamakan sebagai persamaan gender?
ALLOH SWT berfirman :
“Dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan.” (QS. Ali Imran: 36)
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.” (QS. An-Nisaa: 34)
ALLOH menciptakan manusia dalam dua jenis yang berbeda yaitu laki-laki dan perempuan, jadi jelas tidak pernah akan sama sifat keduanya. Sebersit lara dihatiku menodai keindahan pelangi di Pulau Samui.
Tak terasa tiga malam sudah kami di pulau nan indah dan tenang. Esok hari kami harus pulang menuju Bangkok dipenuhi berjuta pertanyaan tentang kondisi Bangkok saat itu. Yah, Negeri Gajah Putih sedang dilanda konflik politik. Kami tidak menyangka dalam waktu cepat akan terjadi demonstrasi besar-besaran menentang pemerintahan sekarang. Pantauan dari televisi tersiar berita Bandara Internasional Suvarnabhumi berhasil diduduki para pendemo. Telepon genggamku terus berdering. Kerabat dan orang tua tak henti-henti menanyakan keadaan kami. Keadaannya sangat berbeda sebelum kami berangkat ke Koh Samui. Dapatkah kami tiba di rumah dengan selamat?
Pukul sepuluh malam kami memasuki Bangkok yang terlihat gelap mencekam. Jantungku bergedup kencang diiringi untaian do’a yang tak terputus. Anak-anak tertidur dengan lelap. Kami khawatir di tengah jalan dihadang oleh gerombolan manusia berpakaian merah. Gemerlap lampu kota yang biasanya gagah menyoroti jalan raya kini tampak hilang bersembunyi entah ke mana. Hanya 1-2 mobil yang berani melintasi jalanan yang lebar termasuk mobil kami ini karena keterpaksaan. Alhamdulillah, apa yang kami khawatirkan tidak terjadi. Jalanan sekitar daerah Pratunam yang biasanya macet terlihat sangat lengang sehingga mempercepat kami tiba di rumah. Segala puji bagi-MU Ya Rabb yang telah melindungi kami dari mara bahaya.
Semoga kami dapat mengambil hikmah dari rangkaian kejadian yang telah kami alami selama lima hari ini. Segala kegelisahan, kesenangan, keindahan, dan ketakutan yang bercampur baur dalam hati semoga dapat memperkaya hati ini dan meningkatkan rasa syukur kami kepada-Mu ya Rabb.
Wallohua’lam bishshowaab.
Mkd/bkk/15.04.09