Langit Punya Orang-Orang Terkenal


Diterjemahkan & dinukil oleh : Ust Fathuddin Ja’far

Ini salah satu kisah nyata terindah yang pernah saya baca tentang Haji.

Salah seorang Pangeran di Arab Saudi menceritakan :

“Aku berangkat haji tahun ini seperti tahun-tahun sebelumnya. Aku mencintai ibadah Haji sebagai suatu kewajiban dan aku juga mencintainya sebagai ‘perjalanan keimanan/spiritual’

Namun pada haji kali ini ada sesuatu yang berbeda dan terjadi yang mengguncang seluruh konsepku tentang kehidupan.

Pada malam Tarwiyah (malam ke 8 Zulhijjah), aku sudah berada di perkemahan Mina. Tentu saja, kemahku adalah salah satu kamah termewah di Mina.

Kendati demikian, Maha Suci Allah,
Aku merasa sesak napas dan tercekik sehingga merasa perlu berjalan di sekitar kemah dan aku keluar dan berjalan sendirian.

Aku pergi tanpa penjaga/ajudan dan hanya membawa telepon genggam.

Aku berjalan tanpa tujuan menuju daerah perbukitan di sana, dalam kegelapan di atas wilayah bebatuan yang cukup jauh.

Di sana aku menemukan seorang lelaki tua, kira-kira berumur tujuh puluh tahun atau lebih.

Dia duduk sendirian.
Ketika dia melihatku, dia berkata kepadaku : *Apakah kamu yang membawakanku daging?*

Aku tercengang dengan kata-katanya
dan aku berkata padanya :
*Apakah Anda menunggu seseorang mengantarkan daging kepada Anda, dan apakah Anda memesan daging dari restoran, misalnya?*

Dia memberitahuku dengan percaya diri.
*Sebaliknya, saya hanya memintanya dari Allah…Tuhan semua pemilik restoran.*

*Saya belum makan apa pun sejak sore dan saya telah meminta daging kepada Allah dan menunggu seseorang membawakannya untuk saya.*

Mendengar ungkapan tersebut, aku tertawa tak terkendali pada lelaki tua lapar yang menunggu daging di tengah malam di area yang sangat sepi.

Aku berkata dalam hati : Demi Allah! Aku akan mengabulkan permintaan si kakek tua ini.

Aku langsung menghubungi dan berbicara dengan salah satu pejabat di kemahku dan mengeshare lokasi tempat aku berada.

Aku memintanya sepiring besar/nampan berisi nasi dan daging terbaik. Dan memang benar salah seorang petugas/pegawaiku menghantarkannya kepadaku.

Saat itu juga aku letakkan nampan penuh nasi dan daging itu di depannya.

Diapun berterima kasih dan memuji Allah sambil berkata : *Alhamdulillah yaa Rabb…*

Dia makan dengan sangat bersemangat dan sepertinya dia lapar sekali.

Setelah dia selesai makan dia berkata : *Tuhanku! Engkau telah memenuhi kebutuhanku. Dengan daging, dan rasanya sangat lezat. Sekarang aku ingin minum secangkir teh mint (na’na’).*

Lalu dia berkata : *Saya tidak suka teh tanpa mint, Pak.*

Aku sangat terkejut dengan permohonannya. Apakah ada teh mint menunggu di tempat yang sudah dibersihkan itu?

Lantas dia menatapku dan berkata, “apakah aku ingin sisa makanannya.

Aku bilang : Tidak, tidak, terima kasih.

Lalu dia merapihkan sisa makanan itu dan memberikannya kepada sekelompok jamaah Haji pertama yang lewat di depan kami.

Aku pikir mereka itu berasal dari negeri Syam.

Dia berkata kepada mereka : *Ini adalah berkah dari Allah untuk kalian.*

Mereka berterima kasih padanya dan melanjutkan perjalanan mereka ke tempat tujuan.

Namun beberapa saat kemudian, seseorang kembali sambil memegang secangkir teh di tangannya.

Dia berkata kepadanya : Syekh! ini untukmu, dan aku harap kamu menerimanya dari kami sebagaimana kami menerima daging darimu.

Spontan Haji tua itu berkata: *Apakah ada mint di dalam teh ini?*
Pria itu berkata kepadanya :Tidak, tapi kami punya waktu sebentar. Aku akan membawakanmu mint.

Kata orang tua itu kepada mereka : *Bisakah Anda membawakan satu cangkir lagi untuk pria di sebelah saya ini? Ini adalah orang yang mengirimkan daging kepada Anda dan saya.*

Dan, demi Allah Yang Maha Esa, aku semakin tercengang..
Sangat terkejut sehingga aku tidak bisa berbicara sedikitpun dan mengambil secangkir teh itu dan meminumnya bersama sang kakek tua itu.

*Sumpah demi Allah*, aku belum pernah merasakan lezatnya teh seperti ini sebelumnya.

Setelah minum teh dalam keheningan, ketenangan dan ketentraman, Alhamdulillah, tiba-tiba dia meminta bantal kepada Allah untuk tidur di atasnya sambil berdoa :
*Ya Tuhanku, beri aku bantal. Engkau tahu aku tidak bisa tidur di atas batu tanpa bantal*.

Aku bersumpah demi Tuhan Yang Maha Esa…Aku bersumpah demi Tuhan Yang Maha Esa, tiba-tiba muncul rombongan peziarah datang dari Maroko. Aku mengenal mereka dari dialeg bahasa mereka.

Mereka duduk di sebelah kami dan membentangkan permadani dan meletakkan bantal di samping kami. Anehnya, mereka minta izin pada kami untuk melakukannya. Maka orang tua itu mengambilnya dan langsung tidur.

Dan aku mendengar dia berkata :
*Ya Tuhanku, udara panas sekali bahkan di malam hari ini. Kirimkan kami udara segar agar kami menghirupnya dan bisa tidur lelap.*

Aku bersumpah demi Tuhan Yang Maha Esa…Aku bersumpah demi Tuhan Yang Maha Esa. Tiba-tiba angin sepoi-sepoi bertiup.

Dan saat itu aku berkata dengan air mata berlinang :
Tuhan Allah itu Maha Besar, Tuhan itu Maha Besar.
Siapa kamu, Syekh?

lalu dia berkata kepadaku :
*Salah seorang hamba Allah.*

Ya Allah! Aku benar-benar ketakutan..
Saat aku mulai berlari pulang, aku hanya berhenti di kemah tempatku di Mina.

Di sana aku temui Syekh yang bersama kami di kemah dan menceritakan kepadanya apa yang terjadi dan yang aku lihat.

Lalu Beliau berkata kepadaku : *“Demi Allah, aku ingin sekali bertemu dengan pria itu.” Siapapun yang mengharapkan sesuatu, akan segera dikabulkan”*.

Saat itu juga aku dan Beliau (Salah seorang Syekh terkenal di Saudi dan sebagai saksi hidup dari apa yang aku sampaikan ini) pergi ke lokasi tempat si kakek tua itu istirahat tidur.

Kami menemukan bahwa pria itu telah terbangun dari tidurnya dan telah bergerak ke tempat lain.

Lalu aku berteriak memanggilnya : Haji! Kamu dimana?

*Dia memberitahuku bahwa fajar hampir berakhir. Saya mencari tempat di mana saya bisa berwudhu untuk sholat Subuh, sahutnya.*

Maka aku berkata kepadanya : Haji!
Apakah kamu tahu siapa aku? Siapa syekh yang bersamaku ini?

lalu dia berkata kepadaku :
*Ya, tentu saja aku mengenalmu. Anda adalah salah satu hamba Allah, seperti saya juga*.

Lalu kuberitahukan padanya namaku dan nama Syekh yang bersamaku.

Dia memberi tahu kami seakan tanpa minat sama sekali.

*Ya, maksud saya, hamba Allah…seperti saya, katanya lagi*.

Lalu aku menawarinya untuk menunaikan ibadah Haji bersama kami, namun dia menolak sambil berkata :
*Saya lebih suka menunaikan haji dengan cara saya sendiri*.

Lalu saya memberinya kartu nama dengan nomor telepon pribadiku sehingga jika dia membutuhkan sesuatu kapan saja, dia bisa menghubungiku.

Lalu Beliau berkata kepadaku dengan suara penuh keyakinan :

*Mengapa saya harus berbicara dengan Anda dan meminta sesuatu kepada Anda?*
*Sedangkan Anda adalah hamba miskin seperti saya*

*Jika saya membutuhkan sesuatu, saya akan memintanya kepada Allah, Tuhanmu juga.*

*Seandainya Dia menghendaki, Dia bisa menjadikan kebaikan datang kepadaku melalui tanganmu*

*Seandainya Dia menghendaki, niscaya Dia akan mendatangkan kebaikan kepadaku dari orang lain selain kamu*

Dengan penuh keyakinan, Beliau ingin melanjutkan perjalanannya sendirian.

Saat itu aku sampaikan sebuah harapanku padanya sambil berkata :

Mungkin jika berkenan mohon doakan saya Haji..

Lalu dia berkata kepadaku dengan nada percaya diri :
*Mengapa tidak kamu sendiri yang berdoa untuk dirimu sendiri?*

Saya berkata padanya, *“Tetapi doamu insya Allah terkabul.”* Lalu dia berkata lagi kepadaku :
*Teruslah berdoa, berusaha, dan mendekatkan diri kepada Allah hingga doamu pun terkabul*.

Lalu dia berdoa di depan kami : *Ya Rabb! Berkatilah aku*

Aku merenungkan kondisi hidupku yang serba ada dan mewah. Di dalam mobil yang membawaku ke masjid, seakan kakiku tidak mampu mengangkatku ke tempat ibadah, yaa Rabb. Sementara dia bergerak lambat karena usia dan kelemahannya mampu melakukan apa saja yang ia inginkan.

Aku dan Syekh terhormat yang bersamaku memandangnya.
Tiba-tiba sebuah mobil patroli jamaah Haji melihatnya dan berhenti untuknya serta ikut bersama mereka.

Syekh yang bersamaku menoleh ke arahku
dan dia memberitahuku :

*Yang Mulia! Pangeran dan kami adalah orang-orang terkenal di muka bumi. Tapi ada laki-laki/orang mulia yang terkenal di langit/syurga.

Sama seperti gaya hidup kita di dunia yang berbeda dari orang lain. Di syurga kita akhirat akan berbeda.

*Dan saya yakin kita telah bertemu dengan seorang pria terkenal di langit/syurga.*

*Kita paling hanya terkenal di muka bumi*

Yaa Allah! Angkatlah derajat kami dihadapanMu yaa Rabb!

Ya Allah, jadikanlah kami semua termasuk orang-orang yang Engkau kabulkan doanya, Yaa Rabbal Alamin.

#Share kisah nyata ini seluasnya, semoga menjadi ilmu yang bermanfaat.

Beri Komentar