Seusai kerja, sebelum pulang, saya kerap membuka media online lewat internet yang menyajikan berita-berita yang sedang hangat di masyarakat. Namun, dini hari itu, emosi saya serasa tersulut. Membaca salah satu berita internasional tentang Palestina membuat darah saya mendidih. Betapa tidak, dalam berita tersebut dipampang foto seorang balita yang tewas dengan tangan terputus karena serangan Israel. Bocah tersebut merupakan salah seorang korban di antara mayat-mayat orang dewasa yang menjadi kebiadaban Israel.
Sebagai muslim, tentu hati ini tidak sanggup menerima perlakuan brutal dan kejam bangsa Yahudi itu membantai saudara-saudara seiman di Palestina. Dunia Islam pun mengutuk keras tindakan di luar batas kemanusiaan Israel. Namun, tanpa membawa Islam pun, sudah tentu sebagai manusia, jiwa kita akan terketuk melihat darah anak-anak tak berdosa tumpah karena kekejaman Israel yang semakin menjadi-jadi.
Memang, tidak hanya saat itu saya melihat lewat situs berita luar negeri tentang korban-korban dari rakyat Palestina yang tewas akibat serangan militer Israel yang membabi-buta. Konflik di Timur Tengah memang membawa derita berkepanjangan, khususnya di bumi Palestina. Tapi, saya yakin, mereka tidak mati sia-sia. Darah mereka, para wanita dan anak-anak muslim Palestina tak berdosa itu adalah jihad.
Sejengkal tanah dan hak kemerdekaan mereka perjuangkan dari penjajahan Yahudi tersebut. Meski konsekuensinya harus dibayar dengan nyawa, hal itu tak menyurutkan semangat jihad melawan kaum zionis Israel. Tiap saat diliputi kemelut. Tiap hari nyawa orang-orang Palestina melayang karena melawan para serdadu Yahudi di wilayah-wilayah perbatasan.
***
Satu kisah menyedihkan dari pengalaman seorang wartawan asing, di jalur Gaza menjelang fajar dijaga ketat oleh tentara Israel. Panser-panser Yahudi dengan senjata lengkap tersebut seolah siap melahap dan menembak para pemuda Palestina yang nekat melintas atau melawan. Tidak ada lagi peace enforment ketika itu. Seorang wanita tiba-tiba muncul di kerumunan barisan serdadu zionis.
Dia kemudian berteriak ke arah para tentara tersebut seraya melantangkan takbir, ”Allahu akbar, Allahu akbar.” Di sela seruan wanita pemberani tersebut, dia sempat berkata, ”Rahimku ini akan terus melahirkan para pejuang untuk berjihad.” Tak lama kemudian, wanita itu rebah tersungkur ke tanah. Tubuhnya bersimbah darah setelah diberondong senapan otomatis milik tentara Israel. Innalillahi wa innailahi rajiuun. Seorang muslimah telah gugur sebagai syuhada.
Peristiwa itu menyulut kemarahan para pemuda pejuang muslim Palestina. Apa daya, kekuatan militer Israel jauh lebih baik daripada mereka. Namun, para kaum muslimin tersebut tidak gentar. Bersenjata batu dan sedikit senjata, mereka melakukan perlawanan ke arah tentara-tentara Yahudi. Tak pelak, korban-korban tewas pun banyak berjatuhan dari pihak Palestina.
Darah di mana-mana. Ini tanah kami! Darah muslimin tak akan jatuh dengan sia-sia. Ini bumi kami! Begitulah semangat para pemuda Palestina dalam melawan kekejaman Israel yang telah berpuluh-puluh tahun menyerobot tanah air mereka.
Si wartawan peliput tersebut akhirnya memutuskan untuk berhenti dari profesinya. Kali terakhir, pemandangan menyedihkan melihat seorang bocah laki-laki cacat karena kakinya putus akibat terkena serpihan ranjau di daerah konflik. Itu membuat hatinya miris. Dia tak menyangkal kekejaman Israel. Hingga anak-anak pun tak luput dari sasaran senjata para serdadu zionis tersebut. Masya Allah.
***
Kiranya, penghormatan dan doa teriring untuk perjuangan para saudara kami di Palestina. Darah para muslimah dan anak-anak tak berdosa itu tidak akan jatuh dengan sia-sia. Bahwa mati syahid lebih dipilih daripada tanah air diduduki oleh kaum Yahudi. Saudaraku di Palestina, percayalah bahwa perjuanganmu tak akan pernah sia-sia. Allah lebih tahu tentang jihad membela panji Islam yang kalian perjuangkan. Kami yang di sini selalu mengiringi doa akan harapan kedamaian di bumi Palestina yang menyimpan banyak sejarah para nabi.
Ini tanah kami! Ini bumi kami! Setelah keras menentang, diiringi teriakan takbir, pemuda-pemuda pemberani itu pun gugur diterjang timah panas serdadu Yahudi. Dan tidaklah tangisan para wanita yang kehilangan suami, anak, serta sanak saudaranya menjadi akhir dari perjuangan. Benar! Di rahim mereka, akan lahir syuhada-syuhada yang tak sudi bangsanya dijajah oleh Yahudi.
Mati sebagai syahid lebih disukai. La tahzan saudaraku! Jangan bersedih dan berhenti berjuang. Semoga Allah merahmati perjuanganmu. Dan tetapkan di hatimu bahwa Rasululullah pernah bersabda:”Sesungguhnya, besarnya pahala mengikuti pada besarnya cobaan. Susungguhnya, Allah apabila mencintai suatu kaum, pasti Dia menimpakan cobaan-Nya kepada mereka. Barang siapa yang ridha, dia akan mendapat keridhaan-Nya. Dan barang siapa yang marah, maka dia akan mendapat murka-Nya.”