Tiap kita punya pendapat sendiri tentang kebahagiaan. Walau pun semua berhasrat ingin bahagia, namun tak sedikit kita jumpai orang yang tidak bahagia. Padahal tiada kurang harta yang dimilikinya, tiada kurang penghormatan untuknya, dan tiada kurang jabatannya. Kecantikan bukan ukuran kebahagiaan. Hal itu ibarat bunga yang suatu saat layu. Bukan pula harta kekayaan. Ia ibarat hujan yang akan kering setelah datang sinar matahari. Bukan juga kekuatan. Ia ibarat pertandingan, ada saatnya menang, tapi ada juga saatnya kalah. Singkat kata dunia tak dapat membahagiakan kita.
Syahdan sebelum menciptakan manusia, Allah tugaskan dua malaikat untuk menempatkan sesuatu yang amat berharga yang kelak akan dicari seluruh manusia. Malaikat satu berkata, aku kan letakkan di dasar samudra, hingga hanya orang yang tangguhlah yang menemukannya. Malaikat satu lagi berkata, aku kan menyimpannya di puncak gunung hingga tak ada yang menemukan kecuali orang yang kuat tekadnya. Perselisihan itu pun tak berujung. Akhirnya Allah yang memutuskan, Aku kan taruh sesuatu itu di lubuk hati manusia yang paling dalam. Sesuatu apakah gerangan hingga Allah turun tangan. Tak lain itu adalah kebahagiaan.
Kebahagiaan tertanam dalam diri kita sendiri. Kita hanya perlu menemukannya. Ia sering kali tertimbun endapan rasa takut, dengki dan kecewa akibat hal-hal di luar diri kita. Karena itu harus kita singkirkan. Kita takut kehilangan sesuatu, padahal mau tidak mau, semua yang datang pasti kan pergi. Kita dengki melihat kenikmatan orang, padahal tidak kurang anugerah Allah pada kita. Kadang kita kecewa dengan kejadian diluar, padahal selalu ada hikmah yang indah di balik semua kejadian yang telah berlalu.
Kebahagiaan adalah ketulusan. Hanya dengan ketulusan kita bisa menemukan kebahagiaan. Tulus menerima segala apa yang Allah anugerahkan seraya mensyukurinya. Allah lebih mengetahui dari pada kita tentang apa yang kita butuhkan. Jangan lepaskan burung di tangan hanya karena mengharap burung yang terbang. Yakinlah apa Allah yang takdirkan untuk kita, itu baik buat kita.
Maka jangan remehkan apa-apa yang telah kita miliki.
Ketulusan akan menyingkirkan debu kedengkian, kekecewaan sekaligus kecemasan. Sebaliknya ketulusan membawa kita pada sikap ridha. Maka Allah pun akan meridhai kita. Rasul bersabda, “Sesungguhnya besarnya pahala bergantung besarnya ujian. Apabila Allah mencintai suatu kaum, maka Allah menguji mereka. Maka siapa yang ridha, maka Allah akan meridhainya, dan siapa yang murka, maka Allah akan memurkainya” (HR Tirmidzi).
Kebahagiaan ibarat air dalam botol. Botol dan air memang saling memerlukan. Namun hanya air yang dapat melepaskan dahaga. Maka siapa yang memiliki akal sehat akan memilih air, sedang orang yang sesat akan memilih botol, tanpa melihat apakah terdapat air didalamnya atau tidak. Itulah sebabnya, dahaganya tidak pernah terpuaskan, sebab ia tidak tahu apakah botol itu kosong atau berisi.