Saudaraku, akan datang tamu mulia menghampiri detik detik kehidupanmu, membawa serangkaian kabar gembira; setiap pahala amal ibadah dilipatgandakan, dosa-dosa diampuni, pintu pintu syurga dibuka sedang pintu-pintu neraka ditutup, syeitan dibelenggu, penghuni neraka dibebaskan, suatu ibadah dan qiyam menjadi pelebur dosa-dosa kita yang telah silam, ada satu malam dimana nilai ibadah pada malam itu melebihi nilai ibadah selama SRIBUB BULAN. Ramadhan, itulah tamu mulia yang mengetuk pintu rumahmu.
Betapa beruntungnya hamba Allah yang didatangi tamu mulia ini, betapa mulianya seorang hamba yang mampu menyambut tamu ini dengan mensucikan diri dan beri’tikad kuat untuk merubah diri, menyambutnya dengan tuturkata dan perilaku yang mulia, menyajikan baginya jamuan terindah dengan menghadirkan tilawah dan tadabbur Al-Quran, menghadiahkan harta dan sumbangan. Barang siapa yang demikian, maka jikala tamu Ramdhan keluar meninggalkannya, dia akan menjadi seorang muslim yang mulia di hadapan Allah, suci bagaikan seorang bayi yang terlahir dari perut ibunya.
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ (متّفق عليه)
Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan atas dasar ke-imanan dan ibadah (bukan rutinitas) dan mengharapkan ridha Allah, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (H.R. Bukhori dan Muslim)
شَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرٌ كَتَبَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ وَسَنَنْتُ لَكُمْ قِيَامَهُ, فَمَنْ صَامَهُ وَقَامَهُ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا خَرَجَ مِنْ ذُنُوْبِهِ كَيَوْمٍ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ (رواه ابن ماجه)
Bulan Ramadhan adalah bulan yang telah Allah wajibkan kepadamu berpuasa, dan Aku sunnahkan bagimu ibadah pada malam harinya. Maka barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dan beribadah (shalat tarawih) pada malam harinya karena keyakinan iman (bukan rutinitas harian) dan mengharapkan ridho Alla Ta’ala, keluarlah ia dari segala dosa-dosanya sebagaimana bayi yang baru lahir dari kandungan ibunya. (H.R. Ibnu Majjah, Hadist No. 1832, Bab Qiyam pada bulan Ramadhan)
Saudaraku, tamu Ramadhan kerap datang menghampirimu. Persiapkanlah dirimu untuk menyambutnya, kuatkanlah fisik dan kesehatanmu untuk bermunajat kepada Allah bersamanya. Hargailah ia, fahamilah nilainya. Demi Allah, betapa bernilainya kedatangan ia kepadamu, dimana belum tentu ia akan kembali menghampiri rumahmu pada kesempatan yang akan datang. Aku menyambutmu wahai Ramadhan..!
Rahmat Allah Menyelimuti Dunia.
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: “إِذَا دَخَلَ شَهْرُ رَمَضَانَ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ وَسُلْسِلَتْ الشَّيَاطِينُ ز (رواه البخلري)
Rasulullah SAW bersabda: Apabila datang bulan Ramadhan, pintu langit[1] dibuka, pintu jahannam ditutup dan syaitan dibelenggu. (HR. Bukhari)
Saudaraku, tidakkah kita merasakan “magnet kabaikan” itu saat ramadhan menghampiri kita? Hati yang kian lama keras, menjadi lembut saat Ramadhan. Lisan yang kian lama kering dengan ayat Al-Quran kembali basah pada bulan Ramadhan. Aktivitas duniawi yang kita lakukan selepas isya, sanggup kita kesampingkan dan menggantinya dengan qiyam. Lapar dan dahaga mampu kita menahannya diterik matahari dan beratnya tuntutan kerja. Seorang yang tidak dapat bangun diwaktu fajar akan bangun diwaktu fajar. Yang biasa tidak shalat berjamah, ia dapat shalat berjamaah. Bahkan siaran televisi yang konon merusak akhlak, pada bulan ramadhan ikut menyiarkan nilai-nilai Islam.
Rahmat Allah menyelimuti dunia, Demikianlah kalimat singkat yang bisa kita ibaratkan saat Ramadhan datang. Seorang ulama beranama Qadhi ‘Iyadh saat menafsirkan hadits di atas, beliau berkata: Hadits ini memiliki makna implisit yaitu Allah telah menurunkan keampunan yang besar dan ganjaran yang melimpah. Dibukanya pintu syurga boleh berarti bahwa Allah membuka hati manusia untuk taat kepadanya dan senantiasa melakukan amala shalih yang dapat mengiringnya ke pintu syurga. Ditutupnya pintu neraka juga boleh berarti bahwa Allah memalingkan hati, mata dan telinga hambanya dari hal-hal buruk yng dapat menghantarkannya ke neraka. Adapun dibelenggunya syaitan itu berarti bahwa Allah melemahkan kekautan syaitan untuk mengoda manusia[2]. Hanya tersisa syaitan-syaitan yang berwujud manusia.!
Betapa terbukanya kesempatan itu, betapa kuatnya “magnet kebaikan” itu, merugilah bagi hamba Allah yang didatangi tamu Ramdhan, ia masih bermalas-malasan, masih disibukkan dengan perdagangan, karir dan kerjaan. Rasulullah SAW menguatkan ikat pinggangnya di Ramadhan sebagai ibarat akan keseriusan beliau dalam menginfakkan dirinya untuk Allah, menafkahkan waktunya untuk I’tikaf dan beribadah kepada Allah.
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْر أَحْيَا اللَّيْلَ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ وَجَدَّ وشَدَّ الْمِئْزَرَ (رواه مسلم).
‘Aisya radiyallahu ‘anha berkata bahwa Rasulullah SAW, jika memasuki sepuluh malam terakhir, ia mendirikan malam-malamnya, membangunkan keluarganya, memperbanyak ibadah dan menguatkan tali pinggangnya[3](HR. Muslim)
Merugilah hamba Allah yang memasuki Ramadhan, hatinya masih keras untuk membaca Al-Quran, tangan berat hendak bersedekah dan member makan orang yang berpuasa, serta kaki pun kaku hendak melangkah shalat berjamaah. Lebih merugi jika ia meninggalkan puasa Ramadhan itu sendiri, na’uzubillah.!
Saudaraku, jika lepas rahmat Allah dari hari-harimu di bulan ramadhan ini, maka telah lepas dari genggammanmu berjuta-juta kebaikan.
قَدْجَاءَ كُمْ شَهْرٌ مُبَارَكٌ افْتَرَضَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فِيْهِ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَتُغْلَقُ فِيْهِ أَبْوَابُ الْجَحِيْمِ وَتُغَلُّ فِيْهِ الشَّيَاطِيْنُ فِيْهِ لَيْلَةُ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ. مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْحُرِمَ (رواه أحمد والنساءي والبيهقى).
Sungguh telah datang kepadamu bulan yang penuh berkah, dimana Allah telah mewajibkan kamu berpuasa, dan pada (bulan itu) dibukakan pintu-pintu Syurga, dan ditutup pintu-pintu Neraka dan dibelenggu syetan-syetan, dan juga ada satu malam yang nilai ibadahnya lebih baik dari seribu bulan, maka barang siapa yang tidak berhasil memperoleh kebaikannya, maka telah terlepas darinya kebaikan yang banyak[4]. (H.R. Ahmad, Nasai dan Baihaqi).
[1] Dalam riwayat Imam An-Nasai: dibuka pintu syurga. Kedua-duanya benar, bahwa saat Ramadhan tiba pintu langit dan Syurga dibuka.
[2] Ibnu Hajar, Fathul Bari, Juz 6, hal. 136.
[3] Meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah lebih dari hari biasanya.
[4] Sebagian ahli hadits mengatakan bahwa maksud dari “terlepas darinya kebaikan yang banyak” adalah ia tidak mendapatkan kebaikan di tahun itu. Namun kami lebih memilih pendapat yang pertama yang menyatakan bahwa “terlepas darinya kebaikan yang banyak”.