Jadi bagi seorang muslim, yakinlah krisis ekonomi itu adalah hal yang BIASA. Dia akan hadir di tengah tengah kita. Dia akan menjadi bahagian episode kehidupan kita, dia akan menjadi ujian agar kita bisa meloncat dan berlari lebih cepat dari sebelumnya, ujian itu bisa membuat kita terjatuh, gagal, lalu bangkit kembali. Dan kita yakin bahwa sifatnya ujian itu hanyalah sesaat waktu, tidak akan selamanya badai itu berlangsung, dia akan normal kembali, ingatlah malam pun PASTI selalu berganti dengan siang hari.
Individu muslim harus menyadari dalam menghadapi ujian ini bahwa permasalahan bukanlah terletak pada posisi lapang maupun sempit , tetapi dia harus mempersiapkan kesabaran di kala susah, dan banyak bersyukur di kala lapang, dan di setiap waktunya dalam kondisi apapun selalu ada usaha untuk peningkatan keimanan dan amal sebagai aktualisasi keyakinan aqidahnya. Dan dia merasa bahagia karena dia yakin ujian ini terjadi juga karena kehendak Allah SWT, dan dia yakin pula bahwa hanya Allah lah tempat dia berharap agar membebaskan dirinya dari permasalahan ujian ini.
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikanNYA kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri” (QS 57:22-23).
Begitulah Al Quran menjelaskan bagaimana seharusnya muslim bersikap, dan benarlah juga apa yang di sampaikan Umar bin Khattab, ‘’Demi allah, selama Aku masih menjadi muslim, aku tidak akan pernah peduli dengan keadaanku.’’