Yang Berjasa Yang (Tak) Terlupakan

Siang itu aku, suami, dan anak bungsuku bermaksud membeli sebuah bingkisan untuk kelahiran seorang bayi. Seminggu yang lalu temanku melahirkan anak ketiganya. Aku turut gembira dan dapat ikut merasakan kebahagiaannya karena setiap kali aku mendengar berita “seorang teman atau kerabat yang melahirkan” selalu saja terbayang kembali peristiwa-peristiwa membahagiakan sekaligus mengharukan yang pernah aku alami ketika satu per satu tiga permata hati kami hadir dalam hidup ini menambah indahnya pelangi di hatiku.

Proses penciptaan manusia merupakan kejadian yang sangat menakjubkan buatku. Teringat saat dokter kandungan berkata kepadaku pada awal-awal masa kehamilan melalui monitor USG (ultrasonography) “Janin ibu besarnya sama dengan sebutir nasi namun jantungnya sudah terbentuk dan berdetak dengan kuat”. Subhanalloh, Engkau memang Maha Pencipta yaa Rabb,  batinku berseru penuh rasa takjub.

“Dan sungguh Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Maha Suci ALLOH Pencipta yang paling baik. (QS Al-Mu’minuun (23) : 12-14).

Betapa pentingnya fungsi jantung, tanpa lelah ia terus memompa aliran darah hingga perlahan terbentuk satu per satu pada janinku, matanya, hidungnya, kaki-kakinya, jari-jarinya dan anggota tubuh yang lainnya sampai tibalah masanya bayiku harus berjuang menembus alam rahim menuju alam dunia yang penuh tantangan. Bayiku lahir dengan selamat dan sehat wal’afiat, alhamdulillahi rabbil ‘alamiin.

Layaknya orang yang telah berhasil berjuang, berbagai do’a dipanjatkan agar anak yang baru dilahirkan kelak menjadi anak yang sehat dan soleh/a pun berbagai hadiah diberikan sebagai ungkapan selamat atas keberhasilannya. Begitu juga waktu aku baru saja melahirkan (saat itu) anak ketiga berbagai ungkapan, do’a dan kado kami terima dengan hati gembira dari teman-teman, tetangga, kerabat, dan handai taulan menyambut kedatangan anggota baru dalam keluarga kami. Jadilah acara buka kado menjadi ajang yang sangat menyenangkan bagi dua anak laki-laki kami. Anak pertama dan kedua dengan semangat 45 menjadi sukarelawan membuka kado-kado istimewa untuk adik perempuannya tersayang.  Saling berebut menawarkan diri sambil tertawa ceria. Menggelikan sekaligus mengharukan.

Satu per satu bingkisan dibuka. Dari sekian banyak bingkisan, aku sangat terkesan dengan sebuah bingkisan sederhana tapi menurutku istimewa. Bingkisan itu kusebut istimewa bukan karena harganya yang mahal dan bukan pula karena ukurannya yang besar namun karena bingkisan itu tertuju untuk kami berdua (aku dan bayiku).

Sering kita mengucapkan selamat atas keberhasilan suatu prestasi. Sang juara atau sang bintang memang layak mendapat hadiah karena ia telah berjuang dan berhasil. Namun kadang kita lupa “siapa yang ada dibalik itu semua, siapa yang telah berjasa?” Ambillah contoh seorang petenis kelas dunia yang hebat tentu ia berhasil berkat jasa pelatihnya, seorang dokter yang handal ia menjadi orang yang ahli di bidangnya karena jasa gurunya, bahkan hadirnya seorang pemimpin yang amanah pun karena jasa orang-orang yang mempengaruhi hidupnya hingga ia menjadi seorang yang amanah. Ya, pasti ada orang yang telah berjasa dibalik kesuksesannya namun sayangnya kadang mereka yang berjasalah yang terlupakan.

Setelah sekian lama memilah dan menimbang, akhirnya aku memilih sebuah bingkisan yang indah untuk bayi cantik temanku itu. Namun saat mendekati kasir, hatiku menjadi bimbang. Aku ragu….sedikit berlari aku berbalik arah menuju ke bagian perlengkapan bayi dan meletakkan kembali bingkisan pertama yang aku pilih tadi di tempatnya semula. Kuganti bingkisan itu dengan yang lebih kecil ukurannya namun tak kalah cantiknya dan kulanjutkan langkahku menuju perlengkapan wanita. Mataku mencari-cari dan akhirnya tertuju pada sebuah pakaian tidur yang manis untuk seorang temanku yang juga tetanggaku yang baru saja melahirkan seorang bayi, dia seorang wanita di antara berjuta-juta wanita di dunia ini yang mempertaruhkan nyawanya demi kelahiran seorang kholifah (lagi) di muka bumi, dia salah satu dari orang-orang yang telah berjasa namun yang (tak) terlupakan.

Suamiku yang menunggu di dekat kasir, tersenyum lebar melihat aku kembali dengan membawa dua benda di tanganku. Tanpa ragu kami berjalan menuju kasir.

Wallohua’lam bishshowaab.

(mkd/bkk/18.11.2009)