Namun, Bani Israil punya banyak alasan. Mereka selalu merasa congkak dan merasa paling benar. “Kami sekali-kali tidak melanggar perjanjianmu dengan kemauan kami sendiri. Tetapi, kami disuruh membawa beban-beban dari perhiasan kaum itu (Mesir). Maka, kami telah melemparkannya dan demikian pula Samiri melemparkannya,” ujar mereka.
Mendengar hal itu, Musa pun bersegera menemui Samiri. Ia sangat marah kepada Samiri yang mengkhianati perintahnya dan justru menyesatkan kaumnya. “Apa yang mendorongmu berbuat demikian, hai Samiri?” tanya Musa bernada tinggi.
Dengan enteng Samiri hanya menjawab, “Aku mengetahui sesuatu yang mereka tidak mengetahuinya. Maka, aku ambil segenggam dari jejak rasul, lalu aku melemparkannya. Demikianlah nafsuku membujukku,” katanya.
Musa pun geram dan mengusir Samiri. Patung anak sapi tersebut pun segera diseret Musa menuju api yang menyala. Tinggallah Tuhan buatan Samiri itu berupa abu. Musa pun kemudian melemparkan abu itu ke laut. Sementara itu, Samiri meninggalkan rombongan. Ia kembali hidup menyendiri. Seperti yang dikatakan Musa, Samiri akan mendapatkan azab dunia dan akhirat.