Percakapan Nabi Idris dan Maaikat Izroil
Tak terasa sudah empat hari mereka bersama. Karena sudah akrab, Nabi Idris mulai curiga dengan gerak gerik sang tamu. Dengan rasa penasaran yang tinggi akhirnya Nabi Idris pun bertanya.
Nabi Idris: Ya Tuanku. Siapa sebenarnya Anda?
Malaikat Izroil: Maaf Ya Nabi Allah, Saya sebenarnya adalah Izroil.
Nabi Idris: Malaikat Izroil? Kau kah itu? Sang Pencabut Nyawa?
Malaikat Izroil: Benar, ya Idris.
Nabi Idris: Sudah empat hari Engkau bersama denganku. Apakah Engkau juga menunaikan tugasmu dalam mencabut nyawa makhluk-makhluk di dunia ini?
Malaikat Izroil: Wahai Idris, selama empat hari ini banyak sekali nyawa yang telah saya cabut. Roh makhluk-makhluk itu bagaikan hidangan di hadapanku, aku ambil mereka bagaikan seseorang sedang menyuap-nyuap makanan.
Nabi Idris: Wahai Malaikat Izroil. Lantas apa maksud kedatangan Engkau kemari? Adakah Engkau ingin mencabut nyawaku?
Malaikat Izroil: Tidak Idris. Saya datang memang untuk mengunjungimu, karena saya rindu dan Allah mengizinkan Saya.
Nabi Idris: Wahai Izroil. Saya punya satu permintaan dan tolong kabulkan. Tolong cabut nyawa Saya. Dan minta izin ke Allah untuk mengembalikan nyawa Saya.
Saya hanya ingin merasakan sakaratul maut yang banyak orang katakan sangat dahsyat.
Malaikat Izroil: Sesungguhnya saya tidaklah mencabut nyawa seseorang pun, melainkan hanya dengan izin Allah.
Malaikan Izroil Mencabut Nyawa Nabi Idris
Kemudian Allah mengabulkan permintaan Sang Nabi. Dan Malaikat Izroil pun mencabut nyawa Nabi Idris saat itu juga. Malaikat Izroil menangis melihat sahabatnya merasakan kesakitan.
Setelah mati, Allah menghidupkan kembali Nabi Idris.
Setelah hidup Nabi Idris menangis sejadi-jadinya. Dia tidak bisa membayangkan jika manusia-manusia lain mengalami sakaratul maut dengan kedahsyatan yang sama.
Nabi Idris tidak tega jika ada umatnya harus sengsara di ujung hidup dan mati. Sejak saat itu, Nabi Idris makin giat mengajak umatnya untuk senantiasa berbuat kebaikan dan jujur untuk hal-hal kebenaran.