Kisah dari Negeri Seberang

Saya mengenalnya lewat dunia maya, selama ini saya hanya tahu bahwa sahabat saya ini seorang mualaf, tapi tak pernah menanyakan apa yang membuatnya berkeinginan memeluk agama Islam. Yang saya tahu, Aishah, sebut saja namanya begitu, lewat tulisan-tulisan dalam blognya, sangat mengagumi Islam dan peduli dengan isu-isu seputar Islam dan umat Islam.

Jujur, saya senang membaca tulisan-tulisan Aishah yang sederhana, tapi dari kesederhanaan itulah saya bercermin dari Aishah, tentang kecintaannya pada Islam, ketaataannya menjalankan ibadah, kegelisahannya melihat kondisi umat Islam dan kekhawatirannya jika tidak bisa menjadi seorang muslimah dan hamba Allah yang baik. Bahkan, saya banyak belajar dari Aishah, yang meski seorang mualaf, ternyata wawasan dan pemahamannya tentang ajaran Islam sungguh luas, melebih saya yang sudah Muslim sejak lahir. Ah, malunya hati ini…

Dan pagi ini, ketika saya membuka blog Aishah, saya betul-betul tersentuh dengan tulisannya yang menceritakan bagaimana ikhwal ia memilih agama Islam. Aishah mulai tertarik mempelajari Islam justru ketika Islam dan umat Islam dihujat dan menjadi kambing hitam atas aksi terorisme serangan 11 September di Amerika Serikat. Pertanyaan "mengapa seseorang membunuh orang lain yang tak berdosa" mengganggu pikirannya. Aishah pun mulai membaca artikel-artikel tentang agama Islam, mempelajari al-Quran, hadist dan ia pun menemukan bahwa agama Islam adalah agama yang mengajarkan perdamaian, toleransi, saling menghormati dan sama sekali tidak mengajarkan kekerasan seperti yang ditudingkan negara-negara Barat selama ini.

Setelah sedikit-sedikit tahu tentang ajaran Islam, Aishah kembali teringat keinginannya selama ini untuk memeluk sebuah agama yang berasal dari Tuhan, oleh Tuhan dan untuk Tuhan semata. Aisha ingat kembali impiannya, untuk bisa selalu mengingat Tuhan, bersyukur dan beribadah pada Tuhan setiap hari, setiap waktu, dan bukan hanya dua atau tiga kali saja bahwa sekali seminggu saja setiap hari Minggu, seperti agamanya yang ia anut dulu. Aishah teringat kembali keinginannya untuk meyakini hanya satu Tuhan dan bukan satu tuhan yang terbagi menjadi tiga seperti doktrin ia terima selama ini. Semua keinginan dan impiannya itu, ternyata ia temukan dalam Islam.

Dalam blognya, Aishah menulis, setelah pengetahuannya tentang Islam makin dalam, ia pun mulai belajar salat bahkan ikut berpuasa di bulan Ramadhan. Tiga tahun lamanya Aishah menggali agama Islam dan semua pertanyaan dalam hatinya sudah terjawab oleh Islam, Aishah merasa bahwa saat itu yang ia inginkan hanyalah menjadi seorang Muslim. Aishah pun mantap mengucapkan dua kalimat syahadat dan memeluk agama Islam.

"Aku seperti seorang anak yang baru dilahirkan. Islam adalah ‘cahaya’ yang tiba-tiba saja menerangi hatiku. Selama bertahun-tahun aku begitu buta, suatu hari, Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang menyalakan cahaya ke mataku dan akupun terbangun dari ketidaksadaran dan dari kebutaan di mana saya terperangkap di dalamnya sejak lama, " tulis Aishah.

"Sejak hari itu dan sampai hari ini, aku tak akan menengok ke belakang lagi. Allah Maha Esa, tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad Saw adalah utusannya, " tulis Aishah mantap.

Bagi Aishah, tuntutan hidupnya kini adalah al-Quran, buku petunjuk untuk memperbaiki segala kerusakan di muka bumi, dan tak seorang Muslim pun yang bisa hidup tanpa tuntutan al-Quran.

Subhanallah Aishah, semoga Allah tetap menjagamu, keimananmu dan keIslamanmu. Cuma itu doa yang terucap di hati saya membaca kisah Aishah. Seorang sahabat nun jauh di sana, tapi terasa begitu dekat di hati ini.

Pojok kantor, 6 April 2008
[email protected]