eramuslim.com – Kisah Asiyah binti Muzahim dengan Firaun, dalam buku Ilmu Tauhid oleh Buya Yuhendri dan Ust Azwirman.
Berawal dari Firaun yang ditinggal mati oleh istrinya, ia merasa kesepian dan ingin mempunyai seorang istri lagi.
Firaun kemudian memerintahkan menterinya yang bernama Haman untuk melamar Asiyah, namun ditolak.
Penolakan Asiyah membuat Firaun marah dan mengutus tentara untuk menangkap orang tua Asiyah, mereka bahkan dikurung dan disiksa.
Firaun adalah seorang raja yang zalim, ia berpikir bahwa ia adalah penguasa dunia.
Sifatnya yang sombong itu tidak mampu mendapatkan hati Asiyah.
Asiyah kemudian dipaksa menikah dengannya padahal ia sudah menolaknya dengan tegas.
Ia bahkan berkata “Bagaimana aku sudi menikahi Firaun? Sedangkan ia terkenal sebagai raja yang ingkar kepada Allah.”
Mengutip buku Al-Quran dan Perempuan: Menuju Kesetaraan Gender dalam Penafsiran karya Zaitunah Subhan, berikut ini adalah beberapa hikmah dan juga sebab mengapa Asiyah kemudian ditakdirkan untuk menjadi istri Firaun:
Asiyah binti Muzahim adalah salah satu contoh yang bisa diteladani oleh orang-orang yang beriman.
Hubungan antara ia dan Firaun yang kafir, tidak menjadi mudarat bagi Asiyah sedikit pun, karena Asiyah memang memisahkan diri dengan suaminya dalam kekafiran dan amal perbuatannya.
Allah SWT bahkan berfirman dalam surat At Tahrim ayat 11:
Artinya: “Dan Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, istri Firaun, ketika dia berkata, “Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Firaun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim.”
Asiyah tidak mendapatkan mudarat karena hubungannya dengan Firaun, padahal sudah sangat jelas bahwa suaminya adalah orang paling kafir.
Asiyah bahkan memilih dibunuh daripada mendapatkan kemakmuran kerajaan, mengingat suaminya adalah seorang raja.
Apa yang dikisahkan dalam Al-Quran adalah sebuah makna bahwa Asiyah merupakan perempuan pejuang.
Ia hidup di bawah raja sekaligus suaminya yang zalim. Ia memberontak, melawannya, dan mempertahankan keyakinan apapun risiko yang harus ditanggung.
Saat Firaun mengetahui bahwa Asiyah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, ia membuat pasak-pasak untuk istrinya dan mengikat tangan dan kakinya, kemudian ia menyiksanya di bawah terik matahari.
Namun, penyiksaan tersebut tidak membuat Asiyah lari dan mengharap belas kasih.
Asiyah berdoa untuk keselamatannya dan memohon kepada Allah untuk dijauhkan dari kekufuran seperti yang dilakukan suaminya.
Rasulullah bahkan bersabda: “Cukup bagimu dari segenap perempuan di alam ini empat perempuan, yaitu Maryam putri Imran, Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad, dan Asiyah istri Firaun.” (HR Ahmad, Thabrani, Al-Thahawi, dan Al-Dhiya’)
Makna dari sabda Rasul tersebut adalah cukup bagimu untuk sampai pada martabat orang-orang yang sempurna dengan mencontoh perempuan tersebut, menyebut kebaikan mereka, meniru sifat zuhudnya terhadap kehidupan dunia, dan tertujunya hati mereka pada kehidupan yang kekal, yaitu di akhirat kelak.
Bayi laki-laki yang lahir pada zaman Firaun harus dibunuh.
Ibunda Nabi Musa sangat kebingungan saat itu karena Firaun sudah mengetahui bahwa ia melahirkan bayi laki-laki.
Ibunda Nabi Musa kemudian mendapat petunjuk dari Allah dalam surat Thaha ayat 39:
Artinya: “letakkanlah dia (Musa) di dalam peti, kemudian hanyutkanlah dia ke sungai (Nil), maka biarlah (arus) sungai itu membawanya ke tepi, dia akan diambil oleh (Firaun) musuh-Ku dan musuhnya. Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari-Ku; dan agar engkau diasuh di bawah pengawasan-Ku.”
Bayi nabi Musa yang dihanyutkan di sungai kemudian ditemukan oleh Asiyah.
Dalam buku 10 Wanita Ahli Surga oleh Dr. Musthafa Murad, dijelaskan bahwa Asiyah mampu menentang Firaun dan bala tentaranya dengan cara yang menakjubkan. Allah berfirman dalam surat Al-Qashash ayat 9:
Artinya: “Dan istri Firaun berkata, “(Dia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan dia bermanfaat kepada kita atau kita ambil dia menjadi anak,” sedang mereka tidak menyadari.”
Tangan takdir dan ucapan Asiyah meluluhkan hati Firaun. Ia kemudian diperbolehkan untuk merawat dan melindungi bayi kecil bernama Nabi Musa dengan cinta, yang kelak bayi dalam tangannya tersebutlah yang akan menghancurkan Firaun dan bala tentaranya.
Itulah kisah Asiyah binti Muzahim yang berjodoh dengan Firaun, semoga banyak di antara muslimah yang meneladani keteguhan iman dan sifatnya.
[Sumber: Pojoksatu]