Ya Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku (QS. Thoha 25-28).
Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan kecintaan untuk mendapatkan apa yang dicintai sebagai jalan; yang menciptakan ketaatan dan ketundukan kepada-Nya berdasarkan ketulusan cinta; sebagai bukti yang menggerakkan jiwa kepada berbagai bentuk kesempurnaan; sebagai sugesti untuk mencari dan mendapatkan cinta itu; yang telah menganugerahi alam atas dan alam bawah untuk mengeluarkan kesempurnaan-Nya dari kekuatan kepada perbuatan sebagai penghamparan, yang telah membangkitkan hasrat dan minat untuk meraih tujuannya sebagai pengkhususan bagi-Nya.
Mahasuci Allah yang telah melebihkan orang-orang yang mecintai-Nya, mencintai kitab dan rasulnya daripada seluruh pecinta. Dengan cinta dan untuk cintalah langit serta bumi dicintakan. Atas dasar cintalah semua makhluk diberi fitrahnya masing-masing. Karena cintalah seluruh planet bergerak pada garis edarnya. Dengan cintalah semua gerakan bisa mencapai tujuannya dan yang permulaan berhubungan dengan yang penghabisan. Dengan cintalah jiwa manusia merasa beruntung karena mendapatkan tuntutan dan harapannya, terhindar dari kebinasaan dan menjadikannnya sebagai jalan untuk menuju Rabb-nya. Hanya cintalah yang bisa diharapkan dan sekaligus sebagai sarana. Dengan cintalah manusia bisa memperoleh kehidupan yang layak dan mereguk kelezatan iman, karena ridha kepada Allah sebagai Rabb, Islam sebaga Agama dan Muhammad sebagai Rasul.
Setiap orang memiliki momen terpenting dalam hidupnya, begitu juga dengan ku, momen terpenting buatku akan terjadi beberapa hari lagi, sebuah momen yang jika Allah meridoi akan semakin mendekatkan kepada sang pencipta, menjadi penggenap kehidupan, menjadi peneman dunia-akhirat.
Ya Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku (QS. Thoha 25)
Aku teringat perkataan ustadz,
“Akhi, luruskan niat, sempurnakan ikhtiar, Allah telah mencatat semuanya dengan baik, tak bercelah, tak salah, ikuti saja skenario yang Allah berikan”,
“Iya ustadz”, sambil tunduk dan hormatku kepada ustadz
“Jangan biarkan setan mempermainkan perasaanmu, sungguh amat mudah bagi syetan untuk menghancurkan gunung dengan bongkahan batu, namun lebih mudah lagi untuk meluluhkan hati manusia yang telah dikuasai hawa nafsunya, minta kepada Allah perlindungan, sesungguhnya Allah adalah sebaik-baiknya pelindung, tak lupa, minta juga untuk melapangkan dadamu”, lanjut ustadz
“Syukron ustadz”, sambil pamitan aku peluk sang ustadz, hangat sungguh hangat
“dan mudahkanlah untukku urusanku” (QS. Thoha 26)
“Assalamu’alaykum”, sapa ustadz
“Wa’alaykumsalam”, subhanallah, jika setiap selasa-rabu aku menyaksikan ustadz dari televisi, hari ini aku disapa secara langsung, subhanallah, tidak ada kata pengganti selain itu, maha suci Allah, wajahnya penuh sinar, seakan balutan wudhu tidak pernah putus dari tubuhnya.
Selama ini aku berpikir, bahwa aku yang memiliki kantong mata yang paling besar karena jarang tidur, namun ternyata ada yang lebih besar dan lebih hitam, yaitu sang ustadz, namun yang mengherankan, besar kantong matanya membuat wajahnya semakin teduh, enak dipandang dan terlihat awet muda.
“Tong, kesini naik apa ?”, lanjut ustadz, mmm, firasat udah mulai gak enak nich
“Naik motor ustadz”, jawabku
“Mau naek mobil ?”, balas ustadz
“Gak mau ahh ustadz, Jakarta macet”, balas ku
“Bisa aja nt, dah ketahuan ya, mau ana tarik motornya”,
“Hehe”, sambil tersenyum lebar
Kemudian wajah ustadz agak serius dan berwasiat
“Ketika semua urusan terasa berat bagimu, ketika hati merasa condong untuk menunda, ketika hati merasa ragu untuk segera bertindak dalam kebaikan, ketika pikiran melarang berpikir cepat dalam mengambil keputusan, maka segeralah berdo’a seperti nabi musa, minta dimudahkan dalam segala urusan, mintalah kebaikan dunia dan akhirat, dan janganlah meminta untuk condong ke dunia saja”,
Kemudian ustadz melanjutkan,
“Ana pamit duluan akhi, semoga Allah memudahkan segala urusan antum dunia – akhirat”,
“Syukron ustadz”, sambil kepeluk tubuh mungilnya yang tidak kalah mungil denganku.
“dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku”, “dan mudahkanlah untukku urusanku” (QS. Thoha 27-28)
Do’a-do’a telah dipanjatkan, malam-malam penuh kehangatan cinta bersama Allah telah digenapkan untuk sebuah keputusan, berbagai nasihat ulama, ustadz dan teman setia telah menjadi pelengkapnya. Kepasrahan, tawakkal kepada Allah adalah penutup segala rangkaian.
“Ketika semua telah dilakukan, namun hasilnya tidak sesuai harapan, berarti Allah Sayang Antum”, lanjut sang ustadz dalam pertemuan di sentul bogor.
“Kok gitu ustadz ?”, balasku
“Karena Allah Maha Mengetahui, mengetahui yang tersembunyi dibalik hati, mengetahui perasaan yang terselimuti, mengetahui isi pikiran yang abstrak. Allah Maha Mengetahui tentang dirimu – duhai anak muda, sebab Allah yang menjadikanmu dari tidak berasal menjadi ada, sebab Allah yang menciptakanmu dari setetes air yang hina”, lanjut ustadz menerangkan
“Iya ustadz”, kami menanggapi dengan lemah perkataan ustadz
“Jika Allah menolong kamu, maka tidak ada yang dapat mengalahkanmu, tetapi jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapa yang dapat menolongmu setelah itu ? karena itu, hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal.” (QS. Ali-imron 160)
"Dan bersyukurlah ketika Allah mengabulkan segala do’a dan usaha, namun ketika impian, harapan, keinginan tidak sesuai, maka ingatlah firman Allah, ‘Dan janganlah kamu (merasa) lemah dan jangan pula bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang beriman." (QS. Ali-imron 139)
“Thoyyib segini dulu, ada pertanyaan akhi ?”, ustadz mengakhiri penyampaiannya.
“Dari ana cukup ustadz, mungkin yang lain mau bertanya silahkan”,
***
Kemudian teman-teman pun silih berganti bertanya, menanyakan tafsir ini-itu, bagaimana terjemahan hadist ini dan itu, namun aku tetap diam saja—memperhatikan, setelah selesai, ditutup dengan makan siang yang disajikan oleh tuan rumah, alhamdulillah.
Kami pun berpamitan satu sama lain, aku sengaja menterakhirkan diri untuk berpamitan, agar dapat lebih lama berpelukan dengan ustadz, dan benar saja, firasat orang mukmin, ketika berpamitan, ustadz mengatakan sesuatu yang membuatku kaget tak percaya,
“Allah Sayang Antum, Akhi”,
Setelah beberapa hari baru kuketahui bahwa ustadz terkadang memantau aktivitas online kami, hehe, jadi malu.
Semoga bermanfaat.
“Allah Sayang Aku, Allahuakbar !”