Meminta maaf dan mengalah merupakan hal yang sulit yang dilakukan oleh manusia, terlebih ketika kita meyakini bahwa yang kita lakukan adalah benar. Namun godaan untuk berkeras hati, merasa diri paling benar adalah suatu pilihan yang bisa kita ambil kalau kita mau. Walau tentu saja berlembut hati, merasa diri juga tidak suci dan penuh khilaf merupakan pilihan lain yang mungkin justru perlu diperhitungkan untuk menyelesaikan suatu masalah. Dan itu adalah pilihanku saat ini.
Ketika ku-klikmouse untuk mengirim email permohonan maaf dan pernyataan bersalah bisa kurasakan pertentangan dalam hati bahwa mungkinkah ini langkah yang bijak? Sudah benarkah keputusanku? Yakinkah ini jalan yang terbaik?
Dan pikiranku mulai menuntunku.. untuk yakin.. untuk belajar kuat.. untuk bisa ikhlas.. semata-mata demi yang terbaik bagi orang lain, dan tentu saja ujungnya adalah bagi pertumbuhan hatiku sendiri. Ikhlas itu tidak mudah, .. sangat sulit bahkan.. karna kita melawan ego kita sendiri ketika kita yakin yang kita lakukan tak ada niat buruk sama sekali.
Ketika beberapa hari kemudian kutemui bahwa keputusan mengirim email itu justru merupakan langkah yang dimanfaatkan lawan untuk meyakinkan publik bahwa dirinya hanyalah korban.. maka kembali otak dan hati ini berputar dan meragukan kembali keputusan yang telah diambil… sempat menyesali kenapa harus kukirim email itu.. karena malah semakin mempersulit langkahku.. malah jadi menyakiti hatiku..
Tapi alhamdulillah.. tak lama setelah keluh kesahku pada Allah, seorang kawan mengirim sms: “Allah tidak pernah tidur, Dia tahu apa yang terlihat dan terdengar walau samar.. Allah menilai manusia dari niatan dan apa yang tersembunyi di hatinya.. sementara manusia hanya tau dari apa yang dia lihat dan apa yang dia dengar saja padahal itu sangat rapuh”.
Pesan singkat itu kembali menguatkanku.. sms itu memberiku semangat baru untuk tetap teguh dengan apa yang telah kuputuskan dan kuyakini..
Subhanallah, ketenangan batin justru lebih terasa nikmatnya saat kesulitan bisa kita hadapi dengan ketulusan dan pasrah hanya kepada keputusan Allah. Segala penilaian manusia lain menjadi terasa tidak penting lagi manakala kita menyadari bahwa manusia lain juga seperti kita, terbatas ilmu, terbatas pengetahuan dan terbatas kemampuan. Semoga Allah selalu menjaga hati umat muslim. Amin
Bandung, 12 Februari 2007 Disela kesibukan kantor, kuingat diri-Mu.