Diterjemahkan oleh : Ust. Fathuddin Ja’far
Syekh Al-Azhar, Dr. Ahmed Al-Tayeb*
Pertanyaan (P) : Manakah yang lebih baik, membeli hewan kurban dan menyembelihnya, atau membagikan uangnya kepada fakir miskin?
Jawaban (J) :
Pertama-tama : Pertanyaan-pertanyaan yang akhir-akhir ini tersebar adalah seperti perkataan sebagian orang:
“Tinggalkan thawaf (mengelilingi Ka’bah) dan thawaflah sekitar orang miskin!
Ada pula yang mengatakan:
Menyedekahkan uang senilai harga kurban lebih baik dari pada membeli hewan dan menyembelihnya!
Ada pula yang mengatakan :
Satu suap makanan untuk orang lapar lebih baik dari pada membangun seribu masjid, dan pernyataan sejenisnya.
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan bombastis ini, kita smpaikan, sambil mencari pertolongan dari Allah :
➡️ Pertama : Kata-kata ini, disadari atau tidak, dimaksudkan agar umat Islam menjauhkan diri dari ibadah-ibadah lahiriah yang memunculkan syiar Islam yang membedakannya dengan ajaran (agama) lain.
Atau barangsiapa yang membuat pernyataan seperti itu, dia tidak memahami kebenaran agama ini (Islam), hukum-hukumnya yang bijaksana, dan urutan prioritasnya.
Orang miskin telah ada sepanjang masa; sejak zaman Nabi Muhammad SAW, hingga zaman kita, dan belum ada seorang pun (dari Sahabat dan para ulama berikutnya) yang mengucapkan kata-kata yang tidak bermutu seperti itu.
➡️ Kedua : Kebanyakan orang yang banyak menunaikan umrah, di antaranya Allah telah memberi rezeki yang lebih, mereka juga dikenal banyak beramal, termasuk infak di jalan Allah.
Tidak ada seorang pun yang senang dan sering menunaikan ibadah umrah (dan ibadah syiar lainnya), kecuali mereka yang hatinya penuh iman.
➡️ Ketiga : Mengapa yang diperbandingkan hanya antara umroh, kurban, rukun islam, dan pembangunan masjid dengan infak atau menolong orang miskin?
Mengapa tidak dikatakan :
*Jangan membeli daging dua kali seminggu, tetapi belilah sebulan sekali dan thawaflah sekitar orang miskin (berikan daging itu pada orang miskin)!*
Mengapa tidak dikatakan:
*Berhentilah merokok dan berikan uangnya kepada orang miskin!*
Mengapa tidak dikatakan: *Tinggalkan gedung pernikahan mewah dengan harga mahal dan thawaflah sekitar orang-orang miskin!*
Mengapa tidak dikatakan : *Tinggalkanlah tempat-tempat pelesiran dan piknik (yang menguras keuangan) dan pergi thawaf sekitar orang miskin!*
*Mengapa Anda menghabiskan uang untuk kemewahan, musik, film, serial TV, pertandingan, dan Internet? Kenapa uangnya tidak dibagikan kepada orang miskin?*
*Mengapa? Dan mengapa???*
Pertanyaan kami sekarang adalah: *Mengapa Anda tidak membiarkan kami menikmati ibadah-ibadah formal kami?*
*Mengapa kalian bandingkan antara dua ibadah yang keduanya sama-sama shaleh?*
*Seolah-olah kalian menginginkan agar umat ini meninggalkan berbagai ibadah dan fokus pada satu ibadah saja.*
Bisa saja pertanyaan-pertanyaan seperti di atas dirancang di malam hari oleh orang-orang yang berkomplot untuk menghancurkan agama ini (Islam), kemudian mereka lemparkan kepada umat Islam di siang hari. Kemudian pertanyaan-pertanyaan ini ditangkap oleh orang-orang yang naif di antara umat ini begitu saja dan orang-orang yang tertipu oleh penampilan dan keanggunan pernyataan dan ungkapan tersebut.
Mereka tidak memahami latarbelakang tersembunyi dari faktor-faktor perusak ajaran Islam yang kasat mata (lahiriah).
Terlebih lagi, kebanyakan dari mereka yang mengulang-ulang kalimat seperti itu boleh jadi belum pernah thawaf di sekitar Ka’bah dan juga thawaf (membantu) orang miskin.
Kesimpulan dari jawaban atas pertanyaan tersebut adalah :
*Berkurban itu lebih baik, maka peliharalah dan jangan menghiraukan seruan-seruan yang ingin menjauhkan kita dari ibadah formal umat Islam dan menghapusnya dari praktek kehidupan.
Jika Anda menyembelih hewan kurban dan Anda begitu peduli terhadap fakir miskin, maka bagikanlah seluruh atau sebagian besar daging kurban kepada fakir miskin.
Atau, silahkan Anda memberikan semua uang Anda kepada orang miskin dan yang membutuhkannya,dan biarkan kami berkurban.
Jika Anda dan pikiran Anda menolak untuk menjauhkan diri dari ibadah-ibadah syiar dan formal kami, maka lebih baik diam! Dan Allah adalah sebaik Penolong.
Allah berfirman :
*Bahwa dan siapa yang menjunjung tinggi syi’ar Allah, maka mereka itulah bukti hati yang paling bertaqwa* (Q.S. Al-Hajj : 32)