Ketika Asa Berbuah Nyata

Harapan, mimpi, atau – yang lebih iritnya – asa. Itulah hal yang mutlak dimiliki oleh siapa pun yang tidak mau dibilang orang paling miskin. Setidaknya menurut Bapak Menegpora kita. Rasanya memang aneh jika hidup tanpa punya impian. Terlepas dari impian jangka pendek atau jangka panjang, besar atau kecil, untuk diri sendiri atau orang lain, keluarga, bangsa, atau pun dunia. Tapi seberapa besar dampak impian atau asa terhadap kehidupan seseorang?

Teringat kisah Qarun dengan hartanya yang melimpah. Awalnya Qarun adalah seorang yang miskin, namun saleh dan rajin beribadah. Dia merupakan salah satu pengikut Nabi Musa. Suatu ketika Qarun meminta Nabi Musa untuk mendoakannya agar Allah memberikan harta yang berlimpah, dengan alasan agar dia dapat lebih khusyu beribadah. Singkat cerita, Qarun dianugerahi harta yang banyak dan berlimpah. Apa yang terjadi? Bukannya bertambah saleh dan rajin beribadah, Qarun malah sombong dan semakin menjauh dari Allah. Tidak mau Qarun mengeluarkan zakat, terhadap Nabi Musa pun sudah semakin menentang. Akhir cerita, Qarun lenyap ditelan bumi lengkap bersama hartanya yang berlimpah.

Di belahan bumi lain pada waktu yang berbeda, ada sepasang suami istri yang baru saja merajut indahnya pernikahan. Mereka berdua saling mencintai, seolah tak mau berpisah barang sedetik pun. Hari-hari dilalui bagai sepasang kekasih yang memadu cinta dengan kegembiraan, canda tawa, kemesraan, dan kehangatan. Obrolan serta perencanaan seputar anak tak pernah lepas menjadi buah bibir keduanya, yang semakin lama semakin menguatkan cinta diantara mereka. Mereka sangat mendambakan kehadiran buah hati mereka yang pertama, kedua, dan seterusnya.

Setiap hari sang suami selalu membopong sang istri di tangannya, membawanya dari kamar ke pintu depan rumah, mencium keningnya, sebelum akhirnya bertolak mencari nafkah. Menjelang senja sang istri selalu setia menanti kepulangan sang suami di ruang tamu, seolah sang suami sudah tak pulang berbulan-bulan. Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun. Tak terasa sudah 11 tahun mereka menikah. Kehidupan mereka telah berubah menjadi semakin mapan, dengan rumah dan mobil mewah. Sang suami sudah menjadi salah satu pengusaha sukses di negerinya. Sang istri memiliki butik yang dikenal sampai ke mancanegara. Hanya satu hal yang tak berubah. Penghuni rumah mereka tak kunjung bertambah.

Berbagai cara telah dilakukan demi terwujudnya keinginan memiliki anak. Namun tak ada satu pun yang membuahkan hasil. Sang suami mulai uring-uringan, tak jarang mengacuhkan sang istri. Dia menyalahkan istrinya yang tak mampu memberinya anak. Sebaliknya sang istri menuduh suaminya yang mandul. Kini hari-hari mereka dilalui dengan dingin. Pertengkaran demi pertengkaran menghiasi rumah mereka yang laksana istana. Tak ada lagi bopongan sang suami sebelum bekerja. Tak ada lagi sang istri yang menyambut kepulangan sang suami. Akhirnya, pernikahan mereka berujung di pengadilan agama dengan perceraian.

Lain cerita lagi, ada seorang pemuda tampan yang masih duduk di bangku kuliah. Pemuda ini sangat ingin memiliki sebuah mobil, seperti teman-temannya yang lain. Setiap hari dia hanya dapat memandang iri teman-temannya yang datang dan pergi ke kampus mengendarai mobil. Sedangkan dia, untuk mencapai kampusnya, harus rela berpindah dari satu kendaraan ke kendaraan yang lain. Berdesak-desakan di bus bersama penumpang yang lain. Berebut tempat di angkot, sampai kejar-kejaran dengan kereta. Namun keinginannya memiliki mobil ini tak pernah dijembatani dengan usaha untuk meraihnya, sekalipun dengan mengatakannya pada orang lain. Hanya dirinya dan Tuhan yang tahu.

Suatu malam, sang pemuda baru saja pulang ke rumahnya. Terkejut didapatinya sebuah mobil terparkir rapi di garasi rumahnya, tepat di samping mobil sedan milik ayahnya. Mobil itu cantik dan masih baru. Catnya masih mulus mengkilap. Jok mobilnya masih rapat terbungkus plastik. Masa berakhir plat nomornya masih 5 tahun dari sekarang. Segera si pemuda bergegas ke dalam rumah, mencari sosok ayahnya dan bertanya mobil siapa itu. Dengan seuntai senyum sang ayah menjawab, "Itu mobil untukmu, Nak..". Betapa senang pemuda tersebut. Begitu senangnya sampai malam itu tak dapat ia memejamkan mata, tak sabar menunggu hari esok untuk segera menjajal mobil barunya. Kini si pemuda telah menjalani hari-harinya bersama mobil barunya. Tak ada lagi berdesakan di bus, berebut angkot, atau pun kejar-kejaran dengan kereta.

Suatu ketika, Si pemuda pergi ke rumah temannya. Tak lupa ia membawa serta tunggangan barunya. Diparkirnya mobil di pinggir jalan, tepat di depan rumah temannya. Cukup lama si pemuda berada di rumah temannya, bersenda gurau sambil bermain game. Tak lama kemudian si pemuda pamit pulang. Alangkah terkejutnya ketika ia tak mendapati mobilnya berada di tempat di mana seharusnya mobilnya berada. Mobilnya hilang! Ada orang yang mengambilnya, dan pemuda itu tak tahu siapa, kapan, dan bagaimana orang itu mengambil mobilnya.

Begitulah, berbagai fenomena dapat terjadi yang semuanya bermula dari sebuah asa. Lalu apa yang sebaiknya kita lakukan ketika asa berbuah nyata, atau sebaliknya?

http://ginanjarck.web.id