Eramuslim.com – Yang paling terkesan adalah ketika kami meruqyah seseorang yang dengan izin Allah setelah sadar dari kesurupannya kemudian mendapat hidayah Allah untuk memeluk Islam, masuk menjadi golongan yang mencintai Nabi Muhammad.
Tapi umumnya, masyarakat kita, termasuk Anda para pembaca, mudah mengenali penderita kesurupan ini karena gejala umumnya bisa jelas diketahui ketika mereka berteriak-teriak keras tanpa aturan. Mereka, yang sedang berada ”di alam lain”, tidak sadar apa yang sedang terjadi dan tidak kenal siapa yang ada di sekitar. Ia berbicara, tapi sebenarnya bukan kehendaknya.
Orang kebanyakan menyebut penderita kesurupan sebagai ”gila sementara” yang terperangkap di tubuh orang waras. Orang Arab mengenalnya As-Sharu yang identik dengan menyusupnya bangsa jin ke tubuh manusia sehingga menganggu mekanisme tubuh dan menimbulkan ketimpangan akal. Istilah baratnya adalah possesion atau trance, sementara dunia kedokteran menyebutnya sebagai reaksi kejiwaan yang dinamakan reaksi desosiasi.
Dialog tentang ”hal ghoib” buat orang Indonesia ternyata selalu hal yang menarik. Dan anehnya, tema ini gampang dimulai tapi susah diakhiri, karena sepertinya masyarakat banyak terhibur dengan khayalan-khayalan mistis.
Maka tak heran malam itu di aula KBRI Berlin, entah bagaimana mulanya, pembahasan yang awalnya adalah ”Manajemen sholat khusyu’ menuju kejujuran individu dan masyarakat” kemudian beralih topik yang lebih ”panas”. Mungkin”tuntutan skenario” tarawih di bulan summer, karena rata-rata tiap harinya dimulai jam setengah sebelas malam. Kalau tidak, banyak ibu-ibu bikin acara arisan baru…
“Ibu-ibu percaya tuyul?“ tanya ustadz dari atas mimbar ceramah tarawih.
“Genderuwo?“
“Kuntilanak?“ Pak Ustadz memberondong pertanyaan.
Mendengar kata-kata kuntilanak, genderuwo dan tuyul seketika itu pula arisan kagetan ibu-ibu tutup dan suasana kembali hening. Jamaah sepertinya mulai antusias.
“Dalam Surat Al-Baqoroh ayat 3 Allah berfirman: Alladziina yu’minuuna bilghoibi.…“ ustadz terus menerangkan…
“Salah satu makna dari ayat ini adalah bahwa definisi GHOIB dan MAHLUK HALUS semua itu harus datang dari Allah. Di luar definisi dan sumber ini adalah kekeliruan“.
“Apa pernah Allah berfirman di Qur’an… yu’minuuna bil-kuntilanak? Bil-genderuwo? Bit-tuyul….?”
”Di antara setiap ibadah kita untuk Allah, selama itu pula syaitan akan selalu menggoda kita. Dan karena itu, cuma ada dua kemungkinan yang menimpa manusia. Bila manusia tidak ditunjuki oleh wahyu, ia berarti dimasuki oleh syaithan. ”.
Pembaca, tahukah Anda, sudah banyak sekali kata-kata peringatan yang masuk dua kuping telinga saya dari para mubaligh agar dada ini penuh rasa takut tergoda syaithan. Tapi baru kali ini saya sadar, apa buktinya bahwa saya betul-betul punya rasa takut itu?
Ustadz kemudian melanjutkan…
”Saya juga sering ditanya para jamaah begini: Ustadz, kalau kesurupan bahaya nggak? Bagaimana mengobatinya?” tanya ustadz. Kali ini sepertinya ustadz serius.
”Lalu saya jawab: Kesurupan itu sebenarnya bukan tugas para ustadz. Tugas mereka jauh lebih berat dari mengobati orang-orang kesurupan yang akhir-akhir ini sering banyak terjadi di Indonesia. Kerusakan moral masyarakat kita jauh perlu penanganan serius. Sementara jenis penyakit kesurupan ini paliiiing gampang penanganannya. Cukup segelas air dan dibacakan dengan Al-fatihah dan ayat kursi, lalu diminumkan, insya Allah segera sembuh. Ingat ibu-ibu, cuma SEGELAS AIR, sudah cukup.”
” Tapi ada kesurupan jenis lainnya yang paling banyak terjadi di Indonesia. Penderitanya sadar. Bisa jalan-jalan, bahkan hingga ke luar negeri. Bicaranya lancar bahkan meyakinkan. Di layar TV orang kesurupan model ini tidak pernah merasa minder, karena rata-rata mereka dianggap tokoh.”
”Makanan mereka bukan cuma nasi, sayur, daging, tapi bisa aspal, beton, hutan dan dana BLBI.”
Suara ustadz semakin mengeras. Saya tahu, pasti akan ada klimaks setelah ini. Dan betul saja…
”Mereka yang kesurupan, kiiiita semua yang menanggung akibatnya!!!” telunjuk pak ustadz pun kini mengacung, pertanda ini adalah masalah serius.
”BBM jadi mahal karena uang rakyat dikorupsi orang yang kesurupan…” retorika yang luar biasa, sementara telunjuk pak ustadz semakin tinggi…
” Nah, tahukah ibu-ibu dan bapak-bapak sekalian… ”
” Kemasukan syaithan model ini ibarat kesurupan STADIUM EMPAT!. Udah parah banget. Air seember juga nggak cukup…!!!”
Berlin, September