Eramuslim.com – Nabi Muhammmad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah manusia paling zuhud. Beliau mengajarkan kita tentang kesederhanaan yang membuat kita terharu dan menangis.
Di sebelah timur Masjid Nabawi Madinah, tampak sebuah bangunan kecil yang membuat kita takjub, terpesona karena kesederhanaannya.
Itulah tempat tinggal Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Rumah itu sangat kecil dengan hamparan tikar usang dan nyaris tanpa perabot.
Rumah Rasulullah sangat sederhana berikut perabotan yang dimiliki beliau. Bukan tak mampu hidup mewah, ketika para Raja dan Kisra memakai perabotan dari emas dan perak, beliau justru memakai barang-barang seadanya.
Soal tempat tidur, Ummul Mukminin ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha menggambarkan bahwa Rasulullah tidak tidur di tempat yang mewah.
“Sesungguhnya hamparan tempat tidur Rasulullah terdiri atas kulit binatang, sedang isinya adalah sabut kurma.” (HR At-Tirmidzi)
Hafshah saat ditanya: “Apa yang menjadi tempat tidur Rasulullah?” Ia menjawab: “Kain dari bulu yang kami lipat dua. Di atas itulah Rasulullah tidur. Pernah suatu malam aku berkata (dalam hati): sekiranya kain itu aku lipat menjadi empat lapis, tentu akan lebih empuk baginya. Maka kain itu kulipat empat lapis.”
Manakala waktu subuh, cerita Hafsah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan: “Apa yang engkau hamparkan sebagai tempat tidurku semalam?”Aku menjawab: “Itu adalah alas tidur yang biasanya Nabi pakai, hanya saja aku lipat empat. Aku kira akan lebih empuk.”
Rasulullah membalas: “Kembalikan kepada asalnya! Sungguh, disebabkan empuknya, aku terhalang dari sholat di malam hari.” (HR At-Tirmidzi)
Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu’anhuma: “Umar bin Khattab datang ketika beliau sedang tidur di atas tikar yang membuat bekas pada kulit beliau di bagian sisi. Sontak Umar pun berkata: “Wahai Nabi Allah! Andaikan engkau menggunakan permadani tentu lebih baik dari tikar ini”. Maka beliau pun bersabda: “Apalah urusanku terhadap dunia ini? Permisalan antara aku dengan dunia bagaikan seorang yang berkendaraan menempuh perjalanan di siang hari yang panas terik, lalu ia mencari teduhnya di bawah pohon beberapa saat di siang hari, kemudian ia istirahat di sana lalu meninggalkannya.” (HR At Tirmidzi, Al-Hakim dan Ibnu Majah)
Soal tempat minum, Zaid bin Tsabit bertutur: “Anas bin Malik pelayan Rasulullah pernah memperlihatkan kepadaku tempat minum Rasulullah yang terbuat dari kayu yang keras dan di patri dengan besi. Kemudian Anas berkata kepadaku: “Wahai Tsabit, inilah tempat minum Rasulullah. Dengan gelas kayu inilah Rasulullah minum air, perasan kurma, madu dan susu.” (HR at-Tirmidzi)