Segala puji hanya untuk Allah Ta’ala, semoga shalawat dan salam Allah limpahkan kepada Muhammad s.a.w. beserta keluarga, sahabat dan pengikutnya yang tetap setia menjadikan beliau sebagai suri teladan, amiin y.r.a. Sebagai muslim yang awam, untuk kesekian-kalinya penulis menyaksikan perbedaan Hari Raya Idul Adha di bumi Allah yang bernama Indonesia ini. Namun tahun ini bagi penulis merupakan tahun yang spesial, Kenapa tahun ini begitu spesial? Ada apa gerangan dengan tahun ini? Padahal masih banyak orang-orang yang pro-kontra dengan jatuhnya Hari Raya Idul Adha Sabtu atau Minggu. Belum lagi ada yang berbicara masalah metoda rukyat, hisab dan lain sebagainya, membuat surat keputusan dari Jamaah A, B, C dan lain sebagainya, tak sedikit kawan yang bertanya kepada penulis akan ikut hari apakah penulis dalam merayakan Hari Raya Akbar ini.
Sungguh ilmu penulis belumlah setinggi ustad-ustad yang tenar atau yang ada saat ini, yang mempunyai banyak waktu membaca dan mengajarkan berbagai kitab dari ulama-ulama yang mumpuni dalam ilmu kalam. Namun ketika penulis ingat sebuah ayat Al Quran yang berbunyi :
وَمَا كَانَ ٱلنَّاسُ إِلَّآ أُمَّةً وَٰحِدَةً فَٱخْتَلَفُوا۟ ۚ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِن رَّبِّكَ لَقُضِىَ بَيْنَهُمْ فِيمَا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ (١٩)
Manusia dahulunya hanyalah satu umat, kemudian mereka berselisih. Kalau tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu dahulu, pastilah telah diberi keputusan di antara mereka, tentang apa yang mereka perselisihkan itu. (QS. Yunus 10:19)
Begitu indahnya firman Allah Ta’ala diatas, betapa lemahnya makhluk yang bernama manusia, mereka akan selalu berselisih (berbeda pendapat), dan perselisihan tersebut sudah ditetapkan dengan ketetapan Allah Ta’ala yang muthlak (tidak bisa dihindari), dari hari ke hari, lalu dari bulan ke bulan, dan dari tahun ke tahun. Allah s.w.t. telah menetapkan perbedaannya sampai Allah Ta’ala mencabut ketetapannya kembali. Setelah penulis membaca ayat diatas, penulis hanya bisa berkata dalam hati sami’naa wa a’thonaa (kami dengar dan kami taat), laa haula wala quwwata illaa billah, (tak punya kekuatan kita (mempersatukan perbedaan ini) kecuali atas izin Allah). wahai Allah ikhlaskan hati kami dengan perbedaan yang telah Engkau tetapkan, Allahu a’la kulli syai’in qodiir (Allah maha kuasa atas segala sesuatu). Sehingga pada saat itu pula dalam hati kecil penulis tidak ada lagi cita-cita mempersatukan persepsi, pendapat, atau apapun, agar semua muslim di Indonesia dapat memulai hari raya, maupun puasa secara bersama, kita (setiap diri manusia) dengan izin Allah pasti berbeda pemahaman tentang itu sesuai ketetapannya.
Pertanyaan dalam hati kecil berbisik, kenapa perbedaan ini Allah tetapkan demikian? Padahal Allah Maha Berkehendak, lagi-lagi Al Quran menjawab dengan lembut-nya, yaitu :
وَأَنزَلْنَآ إِلَيْكَ ٱلْكِتَٰبَ بِٱلْحَقِّ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ ٱلْكِتَٰبِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ ۖ فَٱحْكُم بَيْنَهُم بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَآءَهُمْ عَمَّا جَآءَكَ مِنَ ٱلْحَقِّ ۚ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا ۚ وَلَوْ شَآءَ ٱللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَٰحِدَةً وَلَٰكِن لِّيَبْلُوَكُمْ فِى مَآ ءَاتَىٰكُمْ ۖ فَٱسْتَبِقُوا۟ ٱلْخَيْرَٰتِ ۚ إِلَى ٱللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ (٤٨)
Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu, (QS. Al Maidah 5:48)
Maka dengan kalimat yang lembut Al Quran menjawab pertanyaan hati kecil itu, dimulai dengan kata “walau syaa” sekiranya “allahu laja’alakum ummatan waahidah,” Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (tidak ada perbedaan/perselisihan), dilanjutkan “walaakin liyabluwakum fii maa aataakum,” tetapi Allah hendak menguji kamu (dengan perbedaan itu) terhadap pemberian-Nya (nikmat yg diberikan) kepadamu, diakhiri dengan kata-kata, “faastabiquul khairoot.” maka belomba-lombalah berbuat kebaikan. Dari ayat diatas dapat diresapi bahwa perbedaan yang ada adalah ujian untuk manusia, agar berlomba-lomba dalam kebaikan. Konteks ayat diatas dengan perbedaan Idul Adha 1435 H sekarang, dimana berbeda dalam menentukan Hari Raya Idul Adha 10 Dzulhijah 1435 H (tgl. 4 atau 5 okt 2014) berdasarkan dalil yang sama dari Al Quran dan Hadits serta pendapat ulama. Tidak menjadi masalah bagi Allah hal itu, karena perbedaan itu memang telah ditetapkan-Nya dan akan dikabarkan kemudian (yaumil akhir), tapi pesan Allah kepada manusia jangan lupa untuk berbuat kebaikan, agar ujian dari Allah tersebut dapat dilalui dengan baik pula.
Perbedaan memang menjadi pemicu ketidaknyaman sejak jaman Nabi Adam a.s. hingga kini, berbeda dalam penafsiran tidaklah mengapa, karena hal itu sudah menjadi ketetapan Allah. Yang patut kita waspadai adalah akibat dari perbedaan tersebut, janganlah karena perbedaan itu, membuat kita saling menjelekan, atau saling menyalahkan, apalagi sampai saling membenci. Jangan, jangan seperti itu, karena hal ini akan menjadi celah bagi syaithan untuk masuk ke dalam hati manusia. Jika syaithan telah merasuk ke dalam hati, maka yang terjadi adalah merasa paling benar, merasa paling baik, ujub, riya dan sombong. Sebagaimana telah disebutkan dalam Al Quran ketika iblis merasa lebih baik dari Adam.
قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ ۖ قَالَ أَنَا۠ خَيْرٌ مِّنْهُ خَلَقْتَنِى مِن نَّارٍ وَخَلَقْتَهُۥ مِن طِينٍ ﴿١٢﴾
Allah berfirman: “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?” Menjawab iblis “Saya lebih baik daripadanya; Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah”. (QS. Al Araaf 7:12)
Wahai saudara-saudaraku se-iman dan se-Islam.
Kita adalah umat yang terbaik, dengan agama pilihan Allah. Janganlah kita terpancing oleh bujuk rayu syaithan, sebagaimana nabi berwasiat bahwa syaithan itu mengalir seperti darah dalam diri manusia. Sedangkan syaithan adalah musuh yang nyata bagi manusia, dan dia selalu mengintai dari tempat yang tidak bisa kita lihat begitulah Al Quran mengingatkan.
Wahai saudara-saudaraku
Pemahamanku tentang ilmu kalam belumlah banyak, tapi bukankah didalam Al Quran Allah berpesan janganlah kalian memperolok-olokan suatu kaum, boleh jadi kaum yang diperolok-olokan itu lebih baik dari yang memperolok-olokannya. Maka untuk perbedaan Idul Adha ini, jangan kau katakan kepada yang berbeda dengan kita “Aku benar dan engkau salah” tapi katakanlah ” Engkau benar dan mungkin aku salah, semoga Allah Ta’ala mengampuniku dengan ampunan-Nya yang luas, Dia-lah yang akan menjelaskan perbedaan ini di yaumil akhir nanti, adapun niat yang tersembunyi dalam hatimu, aku serahkan kepada Allah sajalah karena Dia-lah yang maha mengetahui segala isi hati.”
Wahai saudara-saudaraku
Idul Adha adalah bukti kemenangan pertarungan manusia dengan syaithan, yang didahului oleh bapak para nabi, Nabiullah Ibrahim as. dilanjutkan oleh nabi-nabi berikutnya, kemudian disempurnakan oleh rasul akhir jaman Muhammad saw. Moment kemenangan yang hakiki ini diperoleh oleh manusia dengan pengorbanan yang besar. Kemenangan ini adalah kemenangan Islam, dimana kemenangan itu diejawantahkan ke dalam hati manusia. Manusia-manusia Islam yang menang adalah manusia yang di dalam hatinya membuang sifat-sifat syaitan dan hanya mengisi hatinya dengan Allahu Ahad, Laa ilaha ilallahu, Allahu ash-shomad, lam yalid wa lam yuulad, wa lam yakul lahukufuan ahad, selain Allah tempatnya tidak di hati. Tempat harta hanya di tangan, tempat istri dan anak hanya di mata yang menjadi penyejuk. Sehingga statement logis dari isi hati diatas, muslim yang menang akan berkata “Allahu ahad di dadaku, laa ilaha ilallah” Hanya Allah yg Maha Esa di dadaku, tidak ada Tuhan selain Allah. Andaikata semua hati kaum muslimin sudah terisi dengan kalimat diatas, maka secara otomatis Islam menghadapi apapun dan dimanapun ia akan menang. Insya Allah, orang-orang seperti ini tidak akan tertipu oleh kemegahan dunia, ataupun terpancing oleh bujuk rayu syaithan.
Wahai saudara-saudaraku
Orang-orang Islam seperti diatas jumlahnya hanya sedikit, mereka orang yang sangat bebas dari apapun, dan mereka hanya mengikat dirinya kepada Allah, sebab semua yang dia lakukan hanya semata-mata untuk Allah yang ahad, keyakinannya menembus sulbi, mengalir ke dalam darahnya dan syaithan pun akan pergi, tak ada rasa takut sedikitpun walaupun orang-orang kafir, orang-orang musyrik ataupun orang-orang munafik tidak menyukainya. Dia lebih mencintai kematian dalam ikatan ini, dari pada kehidupan dunia yang dinikmatnya sekarang ini. Maka berlomba-lombalah engkau dalam meraihnya wahai saudara-saudaraku!! Dengan membaca Al Quran dan As sunnah, serta memahami arti terjemahannya, jangan lupa untuk meresapi maknanya. Sehingga semua makna Al Quran dan As sunnah tersebut mengalir dalam darah kita, orang tua kita, pasangan kita, anak dan keturunan kita serta para kerabat. Dan disitulah letak manisnya iman dan indahnya Islam, kematian pun akan disambut dengan senyuman, karena hakikat kematiannya dipahami sebagai pulang kampung kepada Allahu ahad.
Akhir kata penulis berserah diri kepada Allah Ta’ala, sekali lagi penulis bukanlah orang yg ahli dalam ilmu kalam maupun hadits sekedar saling mengingatkan sesama hamba Allah yang dhaif. Penulis hanyalah orang awam yang masih terus belajar memahami dan meresapi Islam seperti orang kebanyakan melalui Quran dan Sunnah serta terjemahannya. Andaikata ada perbedaan pendapat, maka marilah kita mencontoh Abu Bakar dan Umar ra. ketika mengirim pasukan Usamah yang sudah dipersiapkan rasulullah saw. sebelum beliau wafat. Kepada Allah jua-lah penulis berlindung, agar dijauhkan dari segala godaan dan tipu daya syaitan yg terkutuk serta kemegahan dunia yang fana ini.Andaikata pembaca melihat tulisan diatas melenceng dari Al Quran dan Sunnah maka tolong luruskanlah. Semoga rahmat Allah diturunkan untuk kita semua, ketika ruh lepas dari raganya, ketika jasad masuk ke dalam tanah, dan ketika ruh serta jasad dipertemukan kembali dan para nabi serta mailaikat menjadi saksi di yaumil akhir nanti.
Wahai Allah, pemilik cahaya diatas cahaya, saksikanlah pada Idul Adha 1435 H ini walau kami berbeda, kemenangan umat Islam akan kami kumandang bersama di bumi Allah ini. Kami akan tanamkan didalam hati kami “Allahu Ahad didadaku, Laa ilaha ilallah”, tidak ada yang dapat mengendalikan kami, kecuali ikatan ilaahiyah kepada Allah. Khilafah Nubuwah akan terbentuk dengan sendirinya dari jiwa-jiwa muslim yang ikhlas seperti diatas. Khilafah akan berdiri kembali, ketika tiap jiwa-jiwa muslim hatinya telah di isi Allahu Ahad yang sudah diresapi hingga ke sulbi. Amiin. Wallahu’alam bish-shawab.