Seperti biasa kalau tidak ada kegiatan aku menghabiskan waktu dengan menonton acara TV, setelah bosan denga gonta ganti chanel, kebetulan kemarin hari sabtu pagi aku melihat salah satu rancangan TV swasta dengan host salah satu selebriti ibu kota tentang penyaluran dana sosial dari para pemirsa yang digunakan untuk mereka yang sangat membutuhkan.
Dari segmen awal hingga akhir aku terenyuh menyaksikan salah satu anak dari keluarga yang kurang mampu tersebut mengalami sakit, padahal anak itu kulihat begitu cantik, begitu polos tapi apa daya dengan penyakitnya dia tidak bisa ikut menikmati masa bermain dengan teman-teman sebayanya, sedangkan keadaan orang tua mereka sangat tidak cukup mampu untuk membawanya berobat, bahkan untuk makanpun mereka belum tahu menu apa yang akan mereka santap siang ini.
Tanpa kusadari kelopak mataku terasa basah oleh air mata, ternyata jauh dari pengetahuanku masih banyak saudaraku yang terpojok di sudut kejamnya kehidupan dengan semua kesulitan hidup, ternyata masih banyak saudaraku dengan hidupnya jauh dari cukup, mereka berjuang untuk mencari rupiah untuk makan, berobat anak yang sakit, keperluan membeli minyak tanah untuk memasak walaupun sudah bukan rahasia lagi minyak tanah menjadi barang yang langka di bumi pengekspor minyak dunia ini, atau biaya kontrakan rumah yang sebentar lagi jatuh tempo atau para isteri yang harus menjadi kepala rumah tangga karena suami yang di PHK, meninggal atau sudah uzur.
Mungkin masih banyak lagi yang belum ku ketahui karena kepedulianku yang amat sangat kurang pada mereka. Banyak di antara mereka yang pasrah, bahkan tidak sedikit pula ada yang nekat mengambil jalan pintas karena merasa jalan lain sudah merasa buntu, dan akhirnya lebih tersudut lagi dalam jeratan hukum yang tidak jauh beda kejamnya dengan kenyataan hidup mereka di luar sana, ah…….terasa ada perih di hati kecilku.
Dari tayangan tadi ternyata menggoreskan luka kecil pada nuraniku yang selama ini terlena dengan fasilitas hidup yang serba ada, bahkan lebih dari cukup, sehingga aku tidak sempat memikirkan nasib mereka bahkan boleh dikatakan lupa, padahal pada running teks di layar TV tersebut begitu banyak hamba Allah yang peduli mereka, kenapa namaku tidak terpampang di situ walaupun dengan inisial NN?
Kenapa aku tidak termasuk orang yang menafkahkan rizqinya di jalan Allah, kenapa aku lebih suka menghabiskan uang dengan makanan dari resto cepat saji atau menghabiskan akhir pekan dengan pergi ke tempat rekreasi bersama keluarga.
Padahal Allah sering menegurku dengan surah Al-Kautsar ayat 1-2, "Sesungguhnya Allah telah memberimu karunia yang banyak, dirikanlah sholat karena Tuhanmu dan berkorbanlah”. Aku yakin kata “banyak” di situ adalah versi Allah yang artinya sepintar apapun aku, sehebat apapun aku atau secanggih apapun tekhnologi yang kugunakan pasti tidak akan mampu menghitung karunia Allah tersebut.
Ayat ini semakin membuat aku malu pada Allah, pada mereka yang kusaksikan di layar tv tadi, apalagi jika sholat mereka jauh lebih baik dari aku, sujud mereka jauh lebih lama dari aku, atau sholat malam mereka jauh lebih hebat dari aku maka lengkaplah sudah kealpaanku.
Ya Rabb……… jika kemudahan yang Kau berikan padaku membuat aku lalai dari mengingat-Mu sadarkan aku. Ya Rabb………jadikan hatiku lebih peka lagi untuk merasakan kesusahan makhluk-Mu yang lain. Ya Rabb…jangan biarkan aku menjadi kufur atas nikmat-Mu aku takut ya Rabb..azab-Mu jauh lebih perih dari penderitaan mereka…………. Innalillaahi wainna ilaihi roji’un……………