Kampanye Hemat Tanpa Diumpat

“Takai Takashi san koraremashita,” ujar Yamamato san, salah seorang perawat berbicara setengah berbisik. Sontak semua melihat ke arah seorang pria berusia 40-an yang memasuki ruangan di salah satu klinik gigi sederhana di kota Okayama.
Dia tersenyum pada semua orang yang ada di ruangan ini.”Ohayou gozaimasu, “sapanya ramah membalas sapaan perawat.

Takai Takashi san? Aku mencoba mengingat dimana aku pernah melihat wajahnya. Aha! Aku ingat, dia itu kan……

***

Aku sering melihatnya berdiri melambaikan tangan dengan atribut partai demokrat Jepang di pertigaan jalan kampus Tsushima. Walaupun hanya sendirian, aktivitas melambai-lambai tangan itupun menarik perhatian orang. Termasuk aku yang sering lewat disana. Awalnya aku berpikir, apa untungnya kampanye seperti itu. Tapi aku salah duga. Dengan aktivitas sederhanya itu, banyak orang semakin mengingatnya sebagai caleg.

Dalam kesempatan lain, dia juga terlihat berorasi di depan stasiun Okayama. Takai Takashi san berorasi, mencoba menarik minat pejalan kaki atau kendaraan yang lalu lalang melewati mereka. Jangan berpikir ada pengerahan massa pendukung. Hanya terlihat dua mobil sedan dengan lambang partai demokrat Jepang di salah satu sisinya. Sebagai alat pengeras suara digunakan satu buah megaphone toa. Ya, hanya satu buah toa. Pengeras suara yang super keras, jelas memerlukan biaya yang tidak sedikit dan hanya akan menganggu kenyaman orang-orang disekitar lokasi.

Stafnya yang menemanipun hanya beberapa orang. Mereka pun ikut sibuk melambaikan tangan. Orang yang lalu lalang disitu ada yang cuek, ada juga yang sekedar melambai padanya. Tapi Takai Takashi san tidak peduli, dia terus berbicara tentang program kerja.. Usahanya tak sia-sia. Saat ia berbicara tentang program perbaikan pensiun, beberapa orang lansia berhenti dan meminggirkan sepeda. Pasti menarik programnya pikirku, terbukti beberapa orang lansia disitu terlihat manggut-manggut senang.

Terkadang mereka berkeliling melakukan kampanye dengan mobil yang dilengkapi pengeras suara. Aturan saat berkeliling jelas, hanya diperbolehkan dua mobil berderet saat kampanye. Tentunya untuk menjaga kenyaman penggunaan jalan dan mencegah kemacetan. Negri ini memang sangat menghargai waktu. Tindakan apapun yang dilakukan, jangan sampai menganggu waktu atau aktivitas orang lain.

Dalam berkampanye, dilarang memasang iklan caleg atau parpol. Tak ada adu kekuatan dalam bentuk iklan. Parpol tidak perlu memutar otak untuk mengeluarkan iklan ratusan juta untuk suatu iklan. Kalaupun ada media promosi, hanya berupa poster resmi yang dicetak dalam ukuran yang sama. Tempat pemasangannya telah ditentukan. Tak boleh menempel poster di tiang listrik atau sarana umum yang bukan peruntukkannya. Tak ada sarana promosi berupa spanduk yang melintang kesana kemari di badan jalan. Dalam poster itu, tak pernah ada gambar tambahan lain seperti artis atau tokoh masyarakat.

Kampanye dalam bentuk hiburanpun dilarang keras. Disamping boros, hal itu akan melupakan esensi utama berkampanye. Bukan berarti orang Jepang tak suka hiburan. Tapi mencampurkan pendidikan politik dan hiburan, adalah pembodohan bagi masyarakat. Kampanye sepatutnya betul-betul diarahkan untuk pemaparan program kerja, agar masyarakat tahu bagaimana gerangan caleg yang akan dipilihnya.

Lengkap sudah julukan negri yang hemat bagi negara Jepang. Negri dengan tingkat income perkapita nomor dua di dunia ini memang patut diacungi jempol dalam berhemat. Kampanyepun tertib, tak menganggu privasi orang dan tidak pernah menyebabkan kemacetan. Tidak ada orang yang haknya terlanggar karena ada kampanye, sehingga kampanye tidak akan diumpat orang.

Keterangan:
Koraremashita=sudah datang
Ohayou gozaimasu=selamat pagi

Okayama, 4 Rabiul Awwal 1430 H
[email protected]