Hanan, yang berumur 10 tahun, tampak muram sekembali dari bermain dengan teman-temannya di sore hari.
Di rumah, orangtuanya pun merasa khawatir, karena raut wajahnya tidak seperti biasanya.
"Nan, Kamu capek ya, Nak?" kata Ibu.
"Enggak kok Bu…!"
"Masak anak sholeh lesu gituh? Harusnya ceria dong!" ujar Ayah.
"Mmmhh…. Ayah!… Apa jadi Koki itu cita-cita yang gak tinggi yah?"
"Memangnya kamu nanti gede mau jadi Koki?"
Hanan terdiam tambah muram.
"Jadi Koki juga bagus kok, Nak! Sama tingginya dengan cita-cita yang lain. Apalagi jadi Koki yang sholeh. Yang selalu masak masakan yang halal, baik dan enak..!" kata Ibu sambil mengelus bahu Hanan.
"Tadi Pak Agus di sebelah nanya… Kalo udah gede Hanan mau jadi apa?. Terus Hanan bilang mau jadi Koki… Terus Pak Agus dan teman-teman tertawa… Kata Pak Agus kalau cita-cita harusnya yang tinggian lagi…! Kok jadi koki?.Itu gak sukses namanya!"
"Hanan… Sukses itu ukurannya bukan hasilnya… Tapi profesional melakukan pekerjaan tersebut!" kata Ayah.
"Profesional…?"
"Ih, Ayah neh! Mana ngerti dia apa itu profesional!"
"Mmmmh… Gimana yah bahasa mudahnya?. Gini Nak…! Kalau kamu menjadi Koki dengan sungguh-sungguh dan dengan usaha yang baik… Justru sama tingginya dengan cita-cita yang lain… Dan bahkan mengalahkan semuanya kalo kamu sholeh…"
"Iya Nak, Ayah dan Ibu tidak nuntut kamu harus jadi apa… Ayah dan Ibu pasti mendukung kamu apapun itu… Yang penting bagi kami, kamu jadi anak yang sholeh… Itu saja yang menjadi perhatian Ayah dan Ibu…"
"Iya Nan, Kamu sukses dunia dan sukses akhirat, itu syukur alhamdulillah… Tapi kalaupun di dunia tidak sukses, yang penting kamu sukses akhiratnya! Itu saja Ayah dan Ibu sudah bersyukur sekali dan bangga dengan diri kamu!"
Hanan mengangguk.
"Kamu ngerti, Nan? Apa yang tadi Ayah bilang?" tanya ibu.
"Dikit-dikit…"
"Tuh khan Ayah, pake bahasa yang mudah dikit dong!"
"Nngggg!" Ayah menjadi kebingungan.
"Gak apa-apa kok, Bu! Mungkin maksudnya yang penting Hanan jadi anak yang sholeh khan? Terus harus bersungguh-sungguh!"
"Subhanallaah!!! Sudah sholeh, anak ibu cerdas juga yah! Kayak Ibunya! Hehehe…" ujar Ibu sambil melirik ke Ayah.
Ayah pun hanya bisa "memble."