Masalah cinta adalah masalah agung yang mendera setiap kalbu dan berkembang dalam setiap jiwa akan insan yang hidup dan berharap. Cinta mampu membuat gurun bersabar dalam kegersangan asal langit tak tersakiti hatinya. Begitulah yang terjadi, berapa banyak manusia yang rela tersakiti asalkan sang tercinta mampu melenggang dalam nafas yang terburai damai, berurai kehidupan dan harum misik yang bertebaran. Kalaulah bukan karena cinta, tak mungkin Khubaib ibn Arts rela dipukul mata pedang, kalaulah bukan karena cinta, tak mungkin juga Salman Al Farisi rela bersafar menuju hijaz hingga dijual sebagai seorang budak. Cinta mampu membuat yang terang menjadi buram, yang hitam menjadi putih, dan yang hidup menjadi mati. Berapa banyak pemenang dimedan laga jatuh bertekuk lutut hanya karena panah yang terlepas dari mata menuju hati. Sesungguhnya setiap sungai memiliki hilir dan setiap laut memiliki muara, namun sungai cinta tak berhilir dan laut cinta tak bermuara.
Peliknya masalah cinta membuat kebanyakan manusia terlepas dari roda-roda kodrati kehidupan yang ditetapkan Allah Sang pencipta alam. Cinta terhadap sosok manusia membuat mereka melupakan hal asasi yang mengakibatkan diciptakannya bumi dan tujuh lapis langitnya. Inilah akar masalahnya, betapa banyak ummat Muhammad yang kemudian buta akan hakikat hidup dan kehidupan. Tak apalah apabila yang dicinta dari kalangan para nabi, shahabat, maupun orang-orang sholih yang istiqomah dalam manhaj yang lurus dan sesuai titah Sang Maha Mulia. Karena sudah seharusnya cinta yang murni memang untuk Rabb yang Maha Esa, sedang kerak-kerak cinta yang tersisa untuk para pecinta dan peniti jalannya. Namun, apa yang terjadi jika yang dicinta adalah para penentang? Dari kalangan penyembah salib dan penyembah api majusi, dari mereka yang menghinakan Allah Sang Penguasa Alam, bahkan karena perkataan merekalah hampir-hampir langit menggelegak dan pecah karena marahnya,
وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَٰنُ وَلَدًا [١٩:٨٨]لَّقَدْ جِئْتُمْ شَيْئًا إِدًّا [١٩:٨٩]تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنشَقُّ الْأَرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا [١٩:٩٠]أَن دَعَوْا لِلرَّحْمَٰنِ وَلَدًا [١٩:٩١]
19: 88. Dan mereka berkata: “Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) seorang anak.” 89. Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar 90. hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh 91. karena mereka menda’wakan bahwa Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak
Lihatlah disana sini, mungkin yang salah mencinta itu dari saudarimu, mungkin pula ia dari saudaramu atau bahkan ia adalah dirimu sendiri. Cinta yang salah itu bisa menjadikan seorang pencintanya rela berpeluh menempuh jarak yang jauh, mengerahkan segala harta dan jiwanya untuk hal-hal yang mustahil, membakar diri mengarungi gurun demi meraih matahari, demi meraih bola mata yang ia cinta.
Sifat cinta mampu menimbulkan gejolak hati yang sangat dalam, melebihi dalamnya samudra di laut yang terjauh maupun dalamnya jurang yang paling dalam. Hal-hal ini telah terjadi berulangkali, berputar dalam rekam sejarah. Lihatlah bagaimana jauhnya perbedaan cinta seorang hamba Allah Yang Maha Tinggi dengan cinta hamba syaithan yang maha rendah,
وَمِنَ النَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ اللَّهِ أَندَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ ۖ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِّلَّهِ ۗ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُوا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا وَأَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ [٢:١٦٥]
2: 165. Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal)
Wahai orang yang berakal, hendak kemanakah kau akan langkahkan kakimu? Hendak kemanakah kau condongkan hatimu? Sesungguhnya cinta bagaikan potongan-potongan ruh yang terpisah. Masing-masing potongan saling mencari potongan lain, meski pada akhirnya tidak selalu bertemu pada tempat yang seharusnya. Namun pada akhirnya dia akan bertemu pada tempat yang lain, tempat yang tidak akan pernah mereka duga. Hanya saja, cinta yang salah akan melahirkan derita sebagaimana cinta yang benar melahirkan kebahagiaan.
Dari Abdullah bin Masud r.a, ia berkata:
Seorang lelaki datang kepada Rasulullah saw dan berkata: Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu tentang seseorang yang mencintai suatu kaum namun dia belum dapat bertemu dengan mereka? Rasulullah saw menjawab: Seseorang akan bersama orang yang dicintainya (HR. Muslim/1520)
Sungguh menakjubkan jika cinta itu jujur keluar dari dalam hati. Kau telah melihat betapa banyak manusia yang terlalaikan dan tergadaikan cintanya kepada seorang pemaksiat atau pengingkar. Mereka melabuhkan cintanya pada para penyanyi hina, para pemusik yang dilaknati Allah, para artis yang mengajarkan membuka aurat, maupun para pemain yang membuat lalai diri mereka dari hal yang penting. Mereka menjadikan setiap mereka sebagai teladan. Mereka ikuti kebiasaan mereka, tingkah laku mereka, dan sifat-sifat mereka sampai ketika Al Haq datang untuk menjemput nyawanya, mereka menolak serta berat untuk berpisah dengan dunia. Betapa mengerikan apa yang terjadi, kemudian mereka di kumpulkan pada hari dimana seluruh manusia tertunduk dalam penyesalan. Ia kemudian digiring menuju api yang menyala-nyala, tempat para cinta mereka mangaduh dan menggigit jarinya. Tempat para cinta mereka dibelenggu dalam kepungan api jahanam, akibat perbuatan fasad yang mereka lakukan di atas bumi.
Adapun orang beriman, mereka berusaha meniti jalan orang-orang yang mereka cinta dalam menumpahkan segala kerinduan kepada Rabb Yang Maha Mencinta. Hati mereka lalai dari hal-hal remeh berkaitan dengan seonggok sampah dunia. Hati mereka terlanjur sibuk dipenuhi kerinduan akan surga yang telah dijadikan sebagai tempat tinggal para manusia terbaik yang ia cintai.
وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَٰئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِم مِّنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ ۚ وَحَسُنَ أُولَٰئِكَ رَفِيقًا [٤:٦٩]
4: 69. Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.
Alangkah indahnya akhir kedudukan orang yang benar cintanya. Nafas mereka tak terhembus sedetikpun dalam kesia-siaan, hati mereka selamat dari hal-hal yang mengerikan, nikmat telah ditetapkan atasnya. Memang mereka adalah manusia yang jasadnya berjalan di atas bumi, namun jiwanya telah tinggi tergantung di atas langit.
Kupeluk dia dan setelah itu jiwa terus merindu
Adakah kedekatan setelah pelukan?
Kupenuhi mulut dengan air agar hilang dahagaku
Namun setiap teguk hanya menambah rasa haus
Wahai engkau yang jiwaku selalu bergelora
Sampai saatnya dua jiwa kita bersatu (1)
Ketahuilah, perhatikan siapa yang hatimu tercurah kepadanya, basuhlah hatimu dengan embun kejujuran karena dinginnya mampu menyegarkan jiwa yang gersang kering kerontang. Perhatikanlah sebelum terlambat, takutlah kepada Dia yang maha membolak-balikkan isi hati, sungguh cinta yang benar akan mengumpulkan seseorang dalam kebaikan.
Dari Anas bin Malik ra.:
Bahwa seorang Arab badui bertanya kepada Rasulullah saw: Kapankah kiamat itu tiba? Rasulullah saw. bersabda: Apa yang telah kamu persiapkan untuk menghadapinya? Lelaki itu menjawab: Cinta Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah saw. bersabda: Kamu akan bersama orang yang kamu cintai (HR. Muslim/1519)
Sungguh, di akhirat nanti kau akan dikumpulkan bersama dengan siapa yang kau cintai selama ini
Depok, 10 Maret 2013Afandi Satya .K
[1] Syair karya Ibn Al Rumi dalam Abu Hilal Al Askari, Diwan Al Ma’ani (Mesir, 1352)