Ditengah pongahnya Barat yang tak mau mengakui kesalahannya. Dan senantiasa merongrong kehormatan dari Nabi sholallahu ‘alayh wasallam. Tak menjadikan kaum muslimin lelah dan bosan dalam membela namanya. Mereka kaum muslimin sedari dulu sampai hari akhir nanti akan selalu mencintai Nabi mereka. Menjadikan Beliau sesuatu yang lebih dari diri mereka sendiri. Berikut adalah kalam-kalam cinta yang pernah terlontar dari mereka yang menemaninya selama hidupnya.
Inilah pemimpin kami kaum muslimin Abu Bakr Ash Shiddiq rodhiyallahu ‘anhu. Seorang manusia agung setelah Rasul kami Sholallahu ‘alayh wasallam. Beliau rodhiyallahu ‘anhu adalah pemimpin para shiddiqin. Serta teladan bagi kalangan mutashoddiqin. Dengarkanlah kalam Ash Shiddiiq berbicara tentang kekasihnya sholallahu ‘alayh wasallam tatkala orang-orang mendustainya ketika peristiwa al Isro wal Mi’roj.
فقالوا: هل لك في صاحبك ؟ يزعم أنه أسري به في الليل إلى بيت المقدس،
قال: أو قال ذلك ؟ قالوا: نعم، قال: لئن كان قال ذلك لقد صدق، قالوا:
وتصدقه أنه ذهب الليلة إلى بيت المقدس، وجاء قبل أن يصبح ؟ قال: نعم، إني
لأصدقه بما هو أبعد من ذلك: أصدقه بخبر السماء في غدوة أو روحة
mereka bertanya ” Apakah kau tahu tentang sahabatmu (Muhammad Sholallahu ‘alay wasallam)? Dia mengaku bahwa ia telah diperjalankan di waktu malam ke Baytul Maqdis”. Berkata Ash Shiddiiq ” apakah ia berkata seperti itu??. Seandaikan ia berkata demikian maka itu benar adanya”. Mereka berkata “Kau percaya bahwa ia pergi dimalam hari ke Baytul Maqdis dan kembali sebelum waktu Shubuh??.” Jawab Abu Bakr dengan penuh keyakinan dan keimanan yang kuat “Sesungguhnya aku mempercayainya bahkan melebihi dari itu semua. Aku mempercayai kabar langit diwaktu petang ataupun pagi.” (HR Bayhaqiy)
Berikut adalah pahlawan kami terkasih ‘Umar ibn Al Khoththob Rodhiyallahu ‘anhu kepada kekasihnya Sholallahu ‘alayh wasallam. Beliau Al Faruq sang pembeda haq dan bathil. Beliau Imam para Mujtahidin. Di dalam dadanya terpatri iman serta ilmu yang tak pernah puas manusia mereguk darinya. Dengarkan wahai manusia kalam dari lisan yang mulia kepada sosok yang sangat mulia.
و لما قال عمر للنبي صلى الله عليه وسلم : أنت أحب إلي من كل شيء إلا من نفسي فقال : ”
لا يا عمر حتى أكون أحب إليك من نفسك ” فقال عمر : والله
أنت الآن أحب إلي من نفسي ، قال : ” الآن يا عمر ” .
Dan ketika ‘Umar berbicara kepada Nabi Sholallahu ‘alayh wasallam. Berkata ia “Engkau wahai Rasul lebih kucintai dari seluruh apapun (yang ada didunia ini) kecuali diriku sendiri”. Berkata al Mushtofa “Tidak wahai ‘Umar sampai aku lebih kau cintai daripada dirimu sendiri”. Berkata ‘Umar tanpa buang waktu “Demi Allah, engkau lebih kucintai daripada diriku sendiri”. Berkata Rasul sholallahu ‘alayh wasallam “sekarang (telah sempurna keimananmu) wahai ‘Umar.
Inilah dia salah seorang sahabat yang mulia. Beliau bernama Abu Tholhah rodhiyallahu ‘anhu. Sang perisai hidup Rosul sholallahu ‘alayh wasallam dikala perang Uhud. Yang tak pernah bergerak satu hasta pun walau musuh-musuh berdatangan dengan buasnya. Inilah kalam yang sarat pengorbanan akan seseorang terhadap yang dikasihinya. Beliau rodhiyallahu ‘anhu rela mengorbankan dirinya demi Rosul sholallahu ‘alayh wasallam. Sebagaimana yang dikisahkan Al Imam Al Bukhory dalam Shohih-nya. Berkata ia :
يا نبي الله بأبي أنت و أمي لا تشرف يصيبك سهم من سهام القوم نحري دون نحرك
“Wahai Nabiyullah, demi ayah dan ibuku janganlah engkau melongokan kepalamu. Karena engkau akan terkena panah yang mereka lepaskan. Biarlah kugunakan tubuhku untuk melindungimu”.
Tak tertinggal sahabat mulia yang lainnya. Dialah Miqdad ibn Amr sang penunggang kuda terbaik di tengah kaumnya. Sang pengobar semangat kaum muslimin di palagan Badr. Yang dengan kalamnya membakar semangat para sahabat serta menenangkan al Habiib sholallahu ‘alayh wasallam. Berikut kita simak kalam dari salah satu kstaria Quroysy pada masanya.
يا رسول الله امض لما أراك الله فنحن معك , و الله لا نقول لك كما قالت بنو إسرائيل
لموسى, اذهب أنت وربك فقاتلا إنا هاهنا قاعدون. ولكن اذهب أنت وربك فقاتلا إنا معكما
مقاتلون , فو الذي بعثك بالحق لو سرت بنا
إلى برك الغماد لجالدنا معك من دونه حتى تبلغه و لنقاتلن عن يمينك و عن
يسارك و بين يديك و من خلفك حتى يفتح الله لك
“Wahai Rasulullah laksanakan apa yang dititahkan oleh Allah kepadamu dan kami akan selalu bersamamu. Demi Allah kami tidak akan berkata sebagaimana perkataan Bani Isroil kepada Musa [ Pergilah kamu bersama Tuhanmu dan berperanglah sedang kami akan duduk menunggu disini ]. Akan tetapi kami akan mengatakan padamu [ Pergilah bersama Tuhanmu dan berperanglah, sesungguhnya kami akan berperang bersama dirimu dan Tuhanmu ]. Demi Dzat yang mengutus Engkau dengan kebenaran yang nyata, seandainya Engkau membawa kami melewati lautan lumpur. Kami akan senantiasa bersabar hingga mencapai tujuan. Dan kami sungguh akan berperang di sisi kanan, kiri, depan serta belakangmu sampai Allah memberikan kemenangan untukmu.”
Gayung pun bersambut. Maka majulah salah seorang prajurit yang gagah berani untuk menyambut kalam dari sahabat Miqdad ibn ‘Amr. Beliau adalah Sa’ad ibn Mu’adz pemimpin kaum Anshor. Yang dengan darahnya beliau rodhiyallahu ‘anhu telah mengukir sejarah yang gemilang dalam kemajuan Islam.
يا رسول الله لقد آمنا بك وصدقناك وشهدنا أن ما جئت به هو الحق ,
وأعطيناك على ذلك عهودنا ومواثيقنا , فامض يا رسول الله لما أردت فنحن معك , والذي عثك
بالحق , لو استعرضت هذا البحر فخضته لخضناه معك ما تخلف منا رجل واحد وما نكره أن تلقى
بنا عدونا غدا , إنا لصبر في الحرب صدق في اللقاء و لعل الله يريك منا ما تقر عينك فسر
على بركة الله
Wahai Rasulullah!! Kami telah beriman kepadamu kami percaya dan telah kami saksikan bahwa kebenaran bersamamu. Kami telah berikan janji serta ikrar kami kepadamu. Maka laksanakan wahai Rasulullah apa-apa yang Engkau inginkan maka kami senantiasa bersamamu. Demi Dzat yang mengutusmu membawa kebenaran. Seandainya Engkau menghadapkan kami disebuah lautan. Lalu Engkau menceburkan diri kedalamnya maka kami pasti akan ikut bersamamu. Tidak ada satu pun yang akan mundur dari hal itu. Dan kami tidak berkeberatan untuk menghadapi musuh pada esok hari. Sungguh kami telah sabar dan teguh dalam menghadapi perjuangan. Semoga Allah akan memperlihatkan apa-apa dari kami yang menyenangkanmu. Maka mari kita berangkat dengan berkah Allah Ta’ala.
Terekam pula dalam sejarah seorang yang terkenal akan ketangguhannya. Beliau adalah sahabat yang mulia Khubayb ibn ‘Adiy. Terlontar dari lisannya yang penuh dzikir akan kecintaannya yang teramat sangat kepada Baginda Nabi Sholallahu ‘alayh wasallam. Ketika itu beliau akan menjalankan proses eksekusi mati yang dilaksanakan kaum kuffar Quroysy.
Ditanyakan kepadanya oleh Abu Sufyan (kala Abu Sufyan belum menjadi seorang muslim) “sudikah Engkau Muhammad menggantikan posisimu dan Engkau sehat wal afiat bersama keluargamu?”. Dengan sisa tenaga yang ada beliau menjawab dengan nada emosi karna kecintaannya kepada Al Musthofa sholallahu ‘alayh wasallam. Inilah sebuah kalam yang dapat meluluhkan hati siapapun yang membacanya.
و الله ما أحب أني في أهلي وولدي , معي عافية الدنيا و نعيمها , و يصاب رسول الله بشوكة
“Demi Allah tidak sudi aku bersama anak istriku selamat menikmati dunia sedangkan Rasulullah terkena musibah walau tertusuk duri”
Tak tertinggal kaum hawa pun begitu mencintai Rasul sholallahu ‘alayh wasallam. Dialah Shofiyyah bintu Huyyay salah seorang Ummul Mukminiin. Beliau rodhiyallahu ‘anha seorang yang beruntung. Bersuamikan nabi (Muhammad sholallahu ‘alayh wasallam) berayah nabi (Harun alayh as salam) dan juga mempunyai paman Nabi (Musa ‘alayh as salam).
Ketika itu menjelang kembalinya Rasul sholallahu ‘alayh wasallam ke Rofi’qul A’la. Beliau sholallahu ‘alayh wasallam juga merasakan sakit ketika ajal hendak menjemput. Melihat hal itu sang Istri Sholihah tersebut tampak tak kuasa. Ia pun mengungkapkan perasaan yang dialaminya ke suami tercinta.
“Demi Allah, ya Nabi, aku ingin apa yang engkau derita juga menjadi deritaku.”
Dan inilah cerminan cinta dari seorang perempuan mukminah kepada Rasulullah sholallahu ‘alayh wasallam. Pertempuran di Jabal Uhud telah usai. Maka beberapa orang dari prajurit muslim hendak berbela sungkawa kepada perempuan mukminah tersebut atas gugurnya suami, ayah dan saudara dari perempuan tersebut.
Dia bertanya kepada para prajurit yang datang kepadanya “Bagaimana keadaan Rasulullah??”. Dan mereka menjawab “Alhamdulillah beliau dalam keadaan yang anda inginkan”. Maka tampaklah Rasulullah sholallahu ‘alayh wasallam dan mendekatlah ia kepadanya sambil berkata.
كل مصيبة بعدك أمرها يهون
“Segala musibah selain yang menimpa diri anda, maka musibah itu tak ada apa-apanya”
Begitulah mereka mencintai Nabinya. Terlontar dari lisan mereka ucapan yang indah sarat akan hikmah. Ucapan yang sama sekali tak dibuat-buat. Terlontar begitu saja dan apa adanya dikarenakan tulusnya cinta serta besarnya kasih mereka kepada Nabinya.( Dinar Zul Akbar)