Setahun sudah berlalu saat masa lajangku berakhir di depan penghulu, pernikahan yang di tunggu pun alhamdulillah berjalan dengan lancar. Saat ini di tengah-tengah kami telah hadir seorang Anak perempuan, aku sangat bersyukur Allah telah memberikan kepercayaan untuk menitipkan keturunan yang menjadi dambaan setiap pasangan suami isteri. Entah itu pasangan baru atau pun lama, keturunan (baca: anak) teuntunya menjadi satu hal yang sangat diinginkan.
Aku patut bersyukur akan kehadiran anak kami, sebab tidak sedikit pasangan suami isteri yang menikah harus menunggu sampai bertahun-tahun, atau bahkan sama sekali tidak dikarunia keturuanan. Kehadiran si buah hati, membawa nuansa tersendiri dalam kehidupan ini. Kehadirannya bisa menghilangkan rasa lelah saat baru pulang dari aktifitas. Seakan mempunyai kekuatan magnetis, kehadirannya senantiasa membuat hati selalu ingat saat jauh darinya, bahkan senantiasa terbayang dalam mata wajahnya yang masih merah.
Aku sadar, bahwa kehadiran anak kami tentu hanya titipan dari Allah yang harus kami jaga. Dan tettunya ini bukanlah hal yang mudah, mengingat kondisi zaman saat ini yang sudah dipoles dengan kekuatan kapitalis. Setiap saat, kita dihadapkan pada warna-warni kehidupan yang menyeret kita untuk ikut terlibat dalam sebuah konspirasi, bahkan tak jarang menyeret setiap individu muslim untuk melupakan siapa dirinya.
Kondisi ini lah yang tentunya harus aku sadari sebagai acuan atau referensi bagiku dan isteriku dalam mendidik dan membesarkan anak kami. Mungkin tidak banyak individu muslim yang sadar akan hal ini, sehingga mereka cenderung membiarkan anak-anak mereka ikut terlibat dalam dunia gemerlap made in kapitalis. Malah yang lebih ironis lagi, bukan hanya anak-anak, akan tetapi orang tua dari anak-anak itu sendiri yang sengaja mengarahkan anak-anaknya untuk terlibat dalam dunia kapitalis.
Sungguh hal seperti ini sangat sulit untuk dihindari oleh setiap individu muslim, kecuali mereka yang sadar akan kondisi zaman. Aku berharap mudah-mudahan aku bisa menjaga isteri dan anakku agar mereka tidak terjebak kondisi saat ini. Sebab bagaimanapun mereka adalah tanggung jawab ku untuk mengarahkannya. Jika salah langkah dalam mengarahkan, maka kelak bagaimana beratnya aku mempertanggungjawabkan di hadapan-Nya.
Tepat setahun di usia pernikahan kami, aku tak bisa memberikan apa-apa kepada isteri dan anakku. Yang bisa kuberikan hanyalah doa mudah-mudahan isteri dan anakku tumbuh menjadi orang-orang sholehah yang bisa memberikan keteduhan saat orang kepanasan, yang bisa memberikan penerangan saat orang sedang kegelapan, yang bisa memberikan air kehidupan saat orang sedang kehausan.
Aku juga sadar bahwa setahun dalam usia pernikahan ini, aku belum bisa memberikan sesuatu yang berarti bagi isteri ku. Aku mohon maaf jika selama setahun menjadi suami banyak khilaf dan alfa, sehingga membuat isteriku terluka dan tergores hatinya. Mudah-mudahan setahun ke depan aku bisa memperbaiki apa yang kurang dan kesalahan-kesalahan ku selama setahun ke belakang.
Mudah-mudahan Anda sebagai suami tidak menjadi seperti diriku, yang terlalu banyak kekurangan dan kealfaan dalam mengayomi dan menjaga isteri dalam hidup ini. Dan aku berharap siapapun Anda bisa menjadikan kondisi zaman ini sebagai cermin dan bekal dalam mendidik dan menjaga isteri dan anak-anak Anda.
Wallahu’alam
Bandung, 10 April 2007 (8:18 PM)
rah_miraj@yahoo. Com
0819-3121-5966