Sebentar lagi Bangsa Indonesia akan menggelar perhelatan akbar 5 tahunan di tahun 2009. Panitia pun dibentuk untuk pemilihan calon presiden dan wakil presiden. Para Capres dan Cawapres telah mulai unjuk gigi. Pamflet-pamflet dan selebaran telah banyak disebarkan. Tim suksespun telah bergerak melakukan kampanye di berbagai tempat. Setiap tim menjagokan calon mereka. Dan segenap upaya mereka kerahkan agar calon mereka terpilih di dalam pemilu. Janji-janji mulai diobral, bahkan terkadang terkesan muluk-muluk. Ya, demi sebuah kemenangan, sering kali segala upaya akan dilakukan.
Presiden demisioner pun harus menyiapkan Laporan Pertanggung Jawaban semasa ia bertugas. Beberapa waktu lagi ia akan lengser. Dengan penuh rasa bahagia, ikhlas atau agak terpaksa kursi jabatan harus ia tinggalkan, karena presiden terpilih akan naik tahta dan mengambil alih kursi kepresidenan.
Terpilihnya sang presiden tak lepas dari beberapa faktor dan peran berbagai pihak. Faktor dari dalam diri presiden itu sendiri berupa figurnya, prestasi, aktifitas dan interaksi sosial, kecerdasan dan tingkat keilmuwannya. Begitu juga peran tim sukses yang bekerja siang-malam tanpa kenal henti dan lelah mengorbankan waktu, pikiran, tenaga dan biaya untuk terpilihnya sang presiden yang mereka jagokan. Kepada tim sukses presiden akan memberikan penghargaan lebih besar ketimbang yang memilihnya di pemilu.
Karena tim sukse telah bekerja keras untuk terpilihnya dirinya. Bisa jadi sang presiden akan memberi mereka upah atau memberi jabatan penting dalam pemerintahannya. Seperti, diangkat jadi menteri, menjadi penasehat atau menjadi orang terdekat presiden.
Tim sukses adalah mereka yang lebih banyak bersorak, berkampanye dan mengajak orang lain untuk memilih calon mereka.
Segala carapun mereka tempuh, bahkan terkadang menghalalkan cara yang jelas salah. Segala sarana mereka gunakan, apakah itu berupa media tulis dan elektonik. Ketika presiden telah terpilih, sang presiden akan memanggil tim sukses dan mengumpulkan mereka untuk memberikan imbalan setiap orang. Setiap kepala akan diukur sesuai dengan kerjanya. Yang kerjanya bagus dan lebih besar porsi waktu, pikiran dan tenaga serta biaya, presiden akan memberi imbalan yang sesuai, dan begitu seterusnya.
Dalam hal dakwah kepada jalan Allah swt, juru dakwah diibaratkan dengan juru kampanye atau tim sukses dalam pemilu. Orang yang telah memilih Allah swt sebagai Tuhannya dengan hati yang ikhlas, jujur dan tanpa ada paksaan akan Allah swt berikan pahala atas keimanan dan amal solehnya. Dan ia seperti orang yang memilih seorang calon untuk menjadi presiden. Sedangkan orang yang bergerak, berkampanye di tengah manusia yang belum mengenal Allah swt agar mereka menyembah Allah swt, agar patuh pada perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya sudah barang tentu Allah swt akan memberikan padanya pahala yang lebih besar dan banyak. Semakin banyak waktu yang telah ia habiskan, pikiran, tenaga dan biaya di jalan Allah swt untuk menyeru manusia agar memilih Allah swt menjadi Tuhan mereka dan meninggalkan segala bentuk penyembahan terhadap dunia, harta, kekuasaan, uang, setan dan hawa nafsu, tentunya Allah swt akan memberikan pahala yang lebih besar, sesuai dengan kadar dan porsi pengorbanan yang telah ia lakukan di jalan Allah swt.
Terlepas dari adanya imbalan jasa, baik itu sudah dijanjikan sebelumnya oleh calon presiden, atau itu hanya inisiatif sekelompok orang yang mendukung terpilihnya sang presiden, mereka pasti akan tetap mendapatkan penghargaan dari sang presiden. Karena bagaimanapun juga, terpilihnya sang presiden tak lepas dari usaha dan jerih payah mereka.
Diantara mereka ada yang melakukan dengan penuh ikhlas, tanpa mengharap imbalan jasa dan upah. Mereka melakukan karena rasa cinta dan punya harapan besar pada sang presiden pilihan mereka. Karena mereka punya keyakinan dan rasa optimis bahwa presiden yang akan mereka pilih bisa mensejahterakan kehidupan mereka, memberi keadilan, melakukan perbaikan dan memberi rasa aman. Sebagian yang lain, memang karena mengharapkan adanya imbalan materi.
Ketika terdapat 4 pasang capres dan wapres, 3 pasang dari mereka adalah orang-orang yang tidak punya maksud dan tujuan yang baik. Maka dengan diketahuinya hal itu, tim sukses akan bekerja lebih besar, mereka tidak akan kenal lelah. Mereka tidak mau dipimpin oleh orang-orang yang tidak beres. Mereka tidak rela bila mereka dan rakyat dipimpin oleh orang-orang yang kelak akan menjadikan mereka dan rakyat susah dan melarat.
Dalam kehidupan yang kita jalani, setiap hari setan, hawa nafsu, dunia, kekuasaan dan lainnya berkampanye, bersorak di tengah kehidupan, "Pilihlah saya, ikutilah saya, anda akan hidup bahagia dan aman." Orang-orang yang tidak tahu atau tertipu akan mudah untuk ikut dan memilih seruan itu. Sedangkan mereka yang sadar dan tahu, tidak akan mau memilih panggilan-panggilan setan dan hawa nafsu.
Pada intinya, setiap muslim perlu bergerak dan berdakwah kesetiap individu agar tidak ada yang salah pilih dalam menentukan siapa yang akan menuntun jalan hidup mereka. Tugas seorang mukmin tidak hanya memilih Allah swt sebagai Tuhannya, kemudian ia sibuk beribadah sendiri, sedangkan orang lain masih banyak bergelimpangan dalam dosa, maksiat dan kelalaian.
Mari kita berkampanye [baca : berdakwah] lewat tulisan, lisan, sikap, agar orang-orang yang masih jauh dari Allah swt, memilih Allah swt sebagai Tuhan mereka. Dan kita harus yakin, sebagaimana yang Allah swt janjikan bahwa Allah swt akan memberi kita pahala yang lebih besar di akhirat kelak.
Sesungguhnya golongan manusia yang paling mulia di sisi Allah swt adalah para rasul dan nabi. Mereka adalah manusia pilihan Allah swt untuk mengemban misi dan tugas dakwah. Dengan demikian, tugas dakwah adalah tugas yang sangat mulia, yang Allah swt berikan pada manusia mulia. Maka kita, sebagai ummatun da`iyah patut bersyukur bisa berdakwah dan ikut bergabung dengan kafilah dakwah.
Dan kita harus yakin, bahwa apa yang kita lakukan bukanlah perkara yang hina dan rendah. Walau banyak manusia tidak suka dan menentang, itu bukan urusan kita. Tugas kita hanya menyampaikan dengan penuh hikmah dan pengajaran yang baik, tapi petunjuk itu urusan Allah swt.
Kalau untuk meraih keuntungan dunia yang hanya sesaat seseorang mau bersusah payah, berkorban waktu dan segala yang dimilikinya agar ia bisa mendapatkan jabatan penting, kekuasaan, uang dan kesenangan dunia, maka untuk urusan akhirat seorang mukmin tentu harus lebih giat, kerja keras dan tinggi pengorbanannya.
Semoga bisa menjadi renungan kita bersama. Maaf kalau ada yang kurang berkenan. Mohon saran dan masukannya. Terima kasih.
Salam dari Kairo,
[email protected]