Sekali lagi kupandangi penampilanku yang baru, perasaan senang, bangga, sesal muncul satu persatu dilubuk hati ini. Entahlah…semua tampak lebih sempurna. Memang, jilbab bukanlah hal baru dalam hidupku, tapi kenyataan hari ini telah membuka mataku bahwa inilah sebenarnya busana muslimah sejati. Jilbab yang lebar menutup dada, baju longgar hingga paduan rok yang longgar pula mampu menjadikan seorang mahluk yang bernama perempuan lebih bermartabat dan menawan tanpa harus pamer kemolekan tubuhnya. Sekali lagi aku kagum dengan diriku, “kenapa ngga’ dari dulu-dulu ya kamu kayak gini?” pertanyaan itu kulontarkan pada bayanganku dicermin. Dengan tekat yang bulat dan niat yang kuat seolah aku ingin mengatakan pada semua, bahwa mulai hari ini aku ingin menjadi muslimah yang senantiasa menjaga dirinya.
Hari ini teman-teman mengadakan acara makan bersama, akupun hadir dalam acara itu, karena aku adalah bagian dari gank mereka. Meski di antara kami hanya aku dan seorang temenku yang menggunakan jilbab. Namun jilbab itu tak ubahnya hanya kain penutup kepala bukan penutup aurat. Layaknya remaja muslim kebanyakan yang suka mengikuti tren jilbab terbaru.
Kenangan semasa disekolah menengah memang sulit untuk dilupakan. Begitu indah. Tapi bagiku itu tidak berlangsung lama karna jika aku terkenang masa itu hanya membuat aku merasa tersudut sebagai muslimah remaja yang bersekolah di madrasah, namun tak mengerti apa makna dari jilbab itu sendiri. Malu rasanya mengenang masa-masa itu, di mana aku dan teman-teman pria bebas bermain bersama tanpa ada batas. Padahal kami sudah baligh dan sudah sepatutnya menjaga diri dari melakukan hal-hal yang sia-sia.
Tidak hanya itu, setelah aku lulus madrasah. Serta merta kedua orang tuaku berniat memasukkan aku kepesantren. Tidak lain hanyalah mereka ingin agar aku tidak bergaul bebas dan dapat menambah pengetahuanku tentang agama Islam. Agama yang sudah kuanut dari kecil. Tapi lagi-lagi aku masih suka bergaul dengan teman-teman pria di banding bergaul dengan teman-teman wanita disaat-saat liburan pesantren. Lagi-lagi aku masih suka memasang jilbab dengan melilitkannya di leherku. Namun meskipun begitu aku telah istiqomah dalam memakai jilbab.
Alhamdulillah. Allah telah memberikanku teman hidup (suami) yang selalu mengingatkan aku untuk memakai jilbab yang benar-benar menutup aurat. Sejak itulah aku mulai sadar akan fungsi jilbab yang sebenarnya, yakni penutup aurat bukan sekedar penutup kepala. Kini aku sering membuka kembali buku-buku atau apapun yang berkaitan dengan indahnya menjalani kehidupan yang Islami.
Saat inilah aku dapat merasakan ternyata menggunakan pakaian yang sesuai syariat itu sangat nyaman dan menyenangkan, bahkan sangat risih ketika melihat gadis-gadis remaja yang memakai jilbab tapi pakaian mereka ketat dan mengundang syahwat. Wahai teman-teman muslimah mari kita senantiasa menjadikan jilbab sebagai penutup diri sekaligus penutup hati untuk menuju keridloan Illahi Robbi.