Bismillahirrahmanirrahim…. Well, tulisan ini merupakan progress dari tagged yang dilakukan oleh saudariku “Nuril” FK UI.. Note ini lah yang akhirnya memulai jari-jemari ini menari di atas laptop.
“Ima Maria”, yup, that’s my OFFICIAL name. Yang artinya akte kelahiranku jelas tulisannya “IMA MARIA”. Nah, lho, cerita jilbab koq jadi ngomongin nama??? Yeah, that’s my BIG deal all the time T_T…
“Maria..” “Maria..” “Maria..” “Ima..” “Maria..” “Maria..” “K’ma..” “K’ma..” “Ima..” “Maria..” “Maria..” “Ima..” “K’ma..”
Jajaran kata di atas yang mengandung bagian dari namaku, merupakan cara panggil orang rumah atas diriku. Mmmm bisa dibilang lumayan rada g konsisten juga orang rumah manggil namaku, kecuali ayah.
Ayah 99% selalu memanggil namaku dengan : “Maria”. Manggil “Ima” hanya untuk kasus tertentu. Well, memang ayah nggak cukup nyaman manggil aku “Ima” (mmm ternyata ada history-nya nih, but off the record :D)
Kalo mama : kadang “Ima”, kadang “Maria”. Mama hobi ngikut arus, sapa yang jadi orang ketiga, itulah yang jadi patokan. Maksudnya, kalo pas bertiga sama ayah, mama manggil “Maria”. Tapi kalo pas ada tetangga ato kakak, jadi “Ima”. Ketika ngomong berdua juga variatif, bisa “Ima” bisa “Maria”. Bonus hobi mama modifikasi namaku dari “Maria” jadi “Marintul”. Hyyyaaaaaaaa jadi totally kagak elit bangets! Hikzzz.. T_T (malah ayah kadang suka ikut2 lagi..)
Kakakku : g jauh berbeda dengan mama…. Kondisional bin ngikut arus…
Kedua adekku : “K’ma” (baca: kak Ma)
Coba hitung, berapa persen kata “Maria” keluar dibandingkan kata “Ima”? Cantik!!! Emang “Maria” yang mendominasi ternyata…
Hingga SD aku tidak pernah bermasalah atau mengeluh tentang nama. Beranjak SMP (kebetulan belum berjilbab), hampir SEMUA orang yang kutemui mengira aku non islam (noni). Mereka selalu berkata : “ooo kamu islam? Kirain kr**t*n. Abis muka kamu tuh muka-muka kr**t*n. Namamu lho, MARIA!” (Kayak udah kehantem batu berapa ton aja tuh dengernya!). Hmmm ketika SMP bisa dibilang diriku jahil banget. Semua yang “aneh-aneh” udah dilakoni , gaya prewoman luar biasa (lawannya preman.red). Kala itu, program masjid (kebetulan masjid kompleks, jadi mau g mau HARUS mau) membuatku “terjebak” ngaji di masjid deket rumah, sekali lagi : ”TERJEBAK”. Ya, bayangkan prewoman ngaji (bukan baca Al Qur’an thok) di masjid, dengerin kajian, ceramah, dah kayak setan kebakaran! (eh, setan dah api ding, g bisa kebakar dong, yak :D ).
Ada “penolakan” dari dalam diri, menentang kebenaran yang disampaikan. Setiap isi kajiannya koq serasa membunuhku yak? Keknya semua isi materi sengaja ditodong ke aku? Ya, maklum anak SMP, kadar lebay masih tinggi, padahal itu kajian untuk semua yang hadir. Siklus yang sama terus berlanjut hingga akhir SMP, masuk kuping kanan keluar kuping kiri.
Masa SMP : aku memang sewot dengan nama “Maria” yang bikin semua orang ngira noni, malah tampang mendukung lagi! Tetapi hanya sekedar sewot…
Beranjak SMA…Hmmm “setan” tadi yang dibakar ketika SMP ternyata lumayan sedikit ngepek. Membawa makhluk Allah yang bernama Ima Maria, punya inisiatif ngaji ke masjid sendiri. Ya, walopun ada latar belakang buat dapetin tanda tangan murobbi yang bakal disetor untuk nilai agama Islam di sekolah, paling tidak langkah kaki menuju masjid jauh lebih ikhlas dan ringan ketimbang masa SMP.
Masa SMA, banyak teman2 yang bener2 BARU, masuk ke sekolahku. Maklum, sekolah di hutan, sekali lagi, sekolah pun “sekolah kompleks” yang artinya temen dari TK, SD, SMP, sampe SMA, ya orangnya itu2 aja!!!!! Gilee hutan mana sok elit gitu, apa2 “kompleks”?? Bertemu teman baru bener2 anugerah banget, tapi…. ada yang ng-jleb. Ketika membahas acara rohis, seorang teman baru nyeletuk : “Ima Maria, kamu Islam?????” JLEB JLEB JLEB!!!! Uuuuuugggggghhhhhhhhh sakkkiiiiitttttt jennndrrraaaallll…. Dari nama inilah aku jadi sangat termotivasi. Aku Maria, aku seorang muslim, aku Maria, aku sholat koq, ngaji, puasa, aku Maria, emang ini nama aku yang request??? Aku Maria, jangan samakan aku dengan nasrani hanya karena aku Maria!
Hingga di suatu hari ku mengaji…. Hadist “horor” kudapatkan….
“Ditikam seseorang dari kalian dikepalanya dengan jarum dari besi, itu lebih baik dari pada menyentuh seorang wanita yang tidak halal baginya.” [HR. ath-Thabrani].
“Lebih baik memegang bara api yang panas dari pada menyentuh wanita yang bukan mahram.”
dalam hati : summmmppppaaaaahhhhhh dah berapa cowok yang tak jabat?????
Dan pertemuan selanjutnya pun….(silahkan buka Al-Ahzab:59, An-Nur:31) Plak plak plak! Ketampar bolak balik dah!
Alhamdulillah, kelas 2 SMA mulai berhijab. Baik ayah maupun mama “meng-amin-kan” permintaan ini. Sedihnya, menyempurnakan hijab tak semudah ketika “di-amin-kan” untuk memakainya…
Gosip Islam teroris (sialan banget!!!) semakin bikin penyempurnaan hijab kagak strategis blassss!
Apa ada yang ngalamin kasus sama? Panjangan dikit dibilang “sesat”, bonus tetangga kiri kanan kasak-kusuk… Fiuuhhh….. Fastaqim!!!
Subhanallah, nikmat berhijab itu LUAR BIASA! Seperti kata ukhti Nuril : "ga ada alasan untuk menunda memakai jilbab atau tidak memakai jilbab… Selain karena WAJIB, manfaatnya juga insya Allah banyak kok.. ^^ Allah tidak akan memerintahkan kita untuk melakukan sesuatu yang tidak bermanfaat, karena Dia tahu apa yang terbaik untuk kita.."
Terlebih, dunia kampus jauh berbeda dengan dunia sekolah. Dinamika yang tinggi, "heterogenitas" kampus yang tinggi pula, tentunya paparan informasi menerpa seluruh sisi diri. Kalo g pintar2 milih, bisa jadi ajang "bunuh diri"! Lalu siapa yang akan menjadi filtermu? Jawabnya : Hijabmu…
Berlatarbelakangkan nama….
Aku Maria, aku seorang muslim, aku berhijab. Biar mereka berkata apa… Aku bangga dengan nama "Maria" :)
Pun hingga sekarang…. Pertanyaan itu senantiasa ada… “Maria? Koq make jilbab? Kamu mu’alaf?”
Hyyyyyaaaaaaaa tetep yaaaaaaaaaaaa…………………..
"Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita sholehah .”
— hayo, cewek2 pasti suka perhiasan deh ;) —
So? Tunggu apa lagi? Berjilbab yuk!!! ^^
Buat ayah mama … k’ma g ngeluh sama nama “Maria” lagi koq… :) Istri Rasulullah ada koq yang namanya Maria ^^