Jilbab Anakku

"Tunggu, Bi. Aku ambil kudung (jilbab) dulu." teriak anaku dari kejauhan ketika saya ajak jalan jalan pagi di sekitar komplek perumahan. Secepat kilat si keci ini lari ke kamar tidurnya dan tidak kurang dari 3 menit sudah berada di luar pagar rumah lengkap dengan busana muslimahnya (orang bilang kalau perempuan pakai baju panjang dengan berjilbab disebut pakai baju muslimah). Ya, Sagira, anak sulung kami yang masih berumur 5 tahun. Akhirnya dengan ditemani oleh Saghira kami jalan jalan pagi di sekitar komplek karena hari libur.

Meskipun masih berumur 5 tahun, tetapi Saghira tidak pernah lepas jilbab ketika berada di luar rumah, walaupun di halaman rumah. Dan sepanjang pengamatan saya, memakai jilbab ketika berada di luar rumah sudah menyatu dengan kepribadiannya. Memakai jilbab di luar rumah sama kedudukannya dengan memakai baju atau rok. Wajib..

Bahkan dalam kondisi kondisi tertentu yang pada umumnya anak anak tidak mau pakai jilbab, tetapi tidak dengan anak sulung kami. Pada saat hujan hujanan pun, dia tetap memakai jilbab. Tidak peduli kawan kawannya yang main bersama ada yang tidak pakai baju bahkan, tetapi Saghira tetap istiqomah menutup aurat nya. Ketika bermain dengan kawan kawanya juga seperti itu, walaupun ada kawanya yang biasanya memakai jilbab tetapi saat main kotor kotoran jilbab nya di lepas. Walaupun kadang Saghira protes kepada kami, kok mereka boleh tidak memakai jilbab oleh Abi Uminya sedang dia tidak. Dengan sabar kami memberikan pengertian kepada nya tentang hal ini. Dan dia bisa menerima penjelasan kami. Subhanallah, kagum kami melihat keistiqomahannya.

Kesitiqohannya dalam hal ini bukan melalui proses yang kun fayakun lho. Umi nya yang emang memakai jilbab memang sejak awal mencontohkan untuk memakai jilbab ketika sedang keluar rumah. Bahkan proses nya sejak masih bayi sudah dipakaikan jilbab ketika keluar rumah, sehingga sejak umur 2 tahun pun sudah tahu perlengkapan apa yang harus ia kenakan ketika akan bepergian.

Inilah mungkin bentuk teladan dari orang tua kepada anak akan dengan mudah di contoh karena apa yang diomongkan sama dengan apa yang dilakukan. Kedua, karena proses pembelajaran dilakukan sejak awal atau kecil. Katanya, mengajari anak kecil ibarat melukis di batu, sulit akan tetapi lama bertahan. Dan anak kecil belum banyak polusi dalam dirinya sehingga mudah menerima masukan dari luar.

Anakku, mudah mudahan engkau tetap istiqomah dalam menutup aurat sampai akhir hayat, sehingga menjadi anak sholehah. Doa kami senantiasa kami panjatkan selalu dalam sholat.

Ariyanto