Ia adalah sosok sahabat yang ditakdirkan miskin, tidak dikenal, yatim piatu dan berhijrah dengan kondisi ekonomi yang mengenaskan. Dia bekerja sebagai pembantu Basrah binti Ghazwan. Gajinya adalah sepiring nasi untuk mengisi perut yang kosong. Selain itu, dia juga masuk Islam agak terakhir, yakni tahun ke 7 Hijriah atau terpaut 20 tahun dari orang orang pertama yang masuk islam. Shabat ini hanya hidup empat tahun bersama Rasul SAW.
Coba bayangkan, kira kira apa yang bisa dilakukan si miskin ini untuk mencari tempat terhormat di dunia, akhirat, di hati umat Islam dan di sisi Allah?
Sahabat yang masih baru dan miskin ini berusaha mencari bidang yang dirinya bisa berharga bagi agama. Tapi dia telah tertinggal jauh, dia tidak mungkin menandingi kualitas umat Islam pertama yang begitu sabar membela agama Allah dalam menghadapi musuh Islam. Dia juga tidak bisa menandingi mereka yang sudah banyak berjihad di jalan Allah. Yang semakin membuatnya bingung, dia tidak memiliki harta, keturunan terhormat atau kepandaian berkuda.
Siapa gerangan sahabat yang sangat mengenaskan tersebut ? Dialah Abu Hurairah. Ya Abu Hurairah yang tetap tidak mau menyerah menghadapi semua kekurangan tersebut. Lalu apa yang dia lakukan? Apa apa yang dia bisa lakukan dalam menghadapi semua kekurangan tersebut? Abu Hurairah sadar kalau agama membutuhkan orang yang merawat dan menjaga. Karena Al Quran sudah banyak yang berinisistif menghapalnya, maka dia berinisiatif untuk menghapal hadis hadis Rasulullah.
Abu Hurairah memang memiliki ingatan baja, sebatas mendengar, dia sudah mampu menghapal. Apalagi dia tidak disibukkan oleh perdagangan atau pertanian. Karena itu, Abu Hurairah selalu menemani Rasul layaknya bayang bayang Rasul sendiri. Dia hanya berpisah dengan Rasul ketika Rasul bersama isterinya atau memenuhi kebutuhan pribadi. Apa hasilnya? Dalam waktu yang singkat, dia mampu menghapal banyak sekali hadis Nabi SAW. Bahkan dia berkata,”Tidak seorang pun yang hapalan hadisnya lebih banyak dariku kecuali Abdullah bin Amr bin Ash. Dia bisa menulis, sedang aku tidak bisa.” Imam Syafii juga pernah berkata,” Abu Hurairah adalah perawi hadis yang paling hapal di zamannya.”
Contoh sahabat ini, adalah mereka yang merasa tidak mampu melakukan sesuatu lalu beralih melakukan perbuatan lain, mereka adalah orang orang yang tidak menemukan jalan, lalu mencari jalan lain yang sesuai dengan kemampuan pribadi.
Seseorang mungkin sekali menginginkan sesuatu namun tidak mampu mewujudkannya. Akan tetapi, kalau orang itu mau merenung dan berfikir, pasti akan memperoleh jalan keluar dan mewujudkan apa yang dia harapkan. Yang penting, anda harus berpedoman bahwa, “ Jika tidak mampu melakukan sesuatu, tinggalkan saja, kerjakanlah yang anda bisa!”
– DR Khalid Umar Abdurrahman Ad Disuqi-