Wajahnya yang bulat nampak lucu, tersenyum dan tertawa lebar sambil mengeluarkan kata-kata yang sulit sekali di tangkap maknanya. Kaki-kakinya yang montok tertatih-tatih menyeret langkah demi langkah. Baru satu-dua langkah, terduduk. Lalu dengan sigap berdiri lagi, terjatuh lagi! Berulang-ulang! Berpuluh kali! Tak terlihat ada kepenatan atau bayangan rasa bosan di matanya yang hitam bersinar, padahal apa yang dicobanya selalu saja gagal.
Itulah Azka, putri kecil saya yang manis. Kalimat syukur kami pada Allah SWT tak putus-putus terucap ketika akhirnya saya dapat melahirkannya secara normal setahun yang lalu. Moment yang sangat mengharukan sekaligus membahagiakan, karena akhirnya saya diberikan Allah kemudahan setelah sebelumnya divonis oleh dokter harus melahirkan dengan secio, seperti kelahiran anak sulung kami, Alif.
Belakangan ini, intensitas belajar berjalannya sangatlah tinggi. Apa-apa maunya berdiri, berjalan. Walau langkah yang dimilikinya kadang tak sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Azka selalu membuat langkah besar-besar, padahal untuk menopang tubuhnya saja, kakinya yang walaupun montok, belum terlalu kuat adanya. Tapi si Azka cuek! Mungkin karena ia melihat akan selalu ada orang yang setia menemaninya meniti langkah. Yang selalu berada di samping dirinya, berusaha menyelamatkannya ketika goyah dan akan jatuh. Terlihat sangat optimis ia melalui garis yang telah ditetapkan olehNya.
Melihat Azka belajar berjalan, sungguh membuat saya bercermin. Membayangkan diri saya yang kadang dengan banyaknya masalah yang menghimpit, membuat semangat jadi lemah. Beberapa kali merasa sudah pada titik jenuh berusaha. Lalu stuck dan hanya sibuk menghitung jumlah penderitaan yang dirasa. Hingga bagai tertutup mata dan telinga, untuk dapat sekedar menyadari bahwa masih banyak orang lain yang lebih ‘menderita’ di luar sana. Pun ketika saya tahu ada orang-orang tercinta yang akan selalu setia mendampingi.
Padahal Rasululloh telah bersabda;
“ Tidak ada yang menimpa seorang muslim dari kepenatan, sakit yang berkesinambungan, kebimbangan, kesedihan, penderitaan, kesusahan, sampai duri yang ia tertusuk karenanya, kecuali dengan itu Allah hapus dosa-dosanya…” (HR Bukhori)
Optimisme buah hati saya dalam meniti langkahnya, membuat saya semakin merasa kuat untuk terus mencoba hal-hal yang saya anggap sulit dan tak mungkin dapat terlewati sebelumnya. Tetap tegar dan tak lupa untuk selalu tersenyum. Terima kasih, cinta! Jatuh-bangunmu, telah membuka inspirasi baru di dalam hati ummi.
* Selamat ulang tahun untuk ananda tersayang; Azka Nur Izzati.
http://yunnytouresia.multiply.com