Ketika pernikahan dilandasi dengan rasa iman pada Alloh,maka akan mudah kita menjembatani warna-warna yang hadir dalam pernikahan tersebut yang berasal dari berbagai perbedaan yang terdapat dalam diri suami maupun istri. Dari perbedaan sifat, kesukaan, selera makan serta kebiasaan-kebiasaan yang dimiliki sejak dahulu kala bukan menjadi alasan bagi seorang untuk berpaling dari pasangannya.
Ketika makan siang bersama atau kumpul santai atau adapula yang sengaja curhat dari hati kehati, yang sedikitnya menyinggung tentang kekurangan atau perbedaan yang ada dengan pasangan hidupnya.
Ada yang jengkel karena pasangannya yang suka lupa meletakkan barang atau sembarangan menaruh barang, pasangan yang kurang romantis,pasangan yang kurang perhatian, cepat marah, kurang menghargai sampai pasangan yang suka akan suatu makanan dan sebaliknya pasangannya membenci makanan tersebut.
Gara-gara makanan ini,si istri kadang menjadi ilfil (gimana ngga,katanya…sebab dia paling ga suka dengan jengkol,sementara suaminya suka dengan jengkol,apalagi kalo disemur…wah..wah :))
Untuk masalah-masalah kecilpun akhirnya karena tidak dikelola dengan baik menjadi alasan untuk membuat suasana yang kurang nyaman.Apalagi kalau tidak dibiasakan budaya keterbukaan ketika ada masalah,hanya dipendam,dipendam dan dipendam.Yang akhirnya membuat situasi rumahtangga kita tidak seperti yang digambarkan Alloh SWT tentang hakekat pernikahan sebenarnya
" Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya,Dia menciptakan untukmu istri dari jenismu sendiri supaya kamu tenteram bersamanya dan Dia menjadikan cinta dan kasihsayang di antara kamu" (QS 30:21)
Perbedaan-perbedaan yang ada selama tidak menyangkut aqidah dan hal-hal yang jelas halal dan haromnya, hendaknya justru membuat suatu rumah tangga menjadi ajang untuk saling menularkan kebaikan-kebaikan yang ada dalam diri suami maupun istri yang akhirnya mampu mewujudkan generasi yang lebih baik dari orangtuanya yang memiliki kumpulan nilai-nilai positif yang dimiliki oleh ibu dan ayahnya.
Bila istri seorang yang rapih,cermat sementara suami sebaliknya,inilah ajang istri untuk menularkan kelebihannya ini kepada suami tentunya dengan cara yang hikmah dan sabar. Sebaliknya bila suami seorang yang sabar,sementara istrinya seorang yang kurang sabar,inilah saatnya untuk menularkan sifat sabarnya tanpa berputus asa dan terburu-buru mengharapkan segera ada perubahan dalam diri istrinya.
Kita harus mencoba memahami bahwa kebiasaan atau sifat yang mungkin kurang pas yang dimiliki oleh pasangan kita berawal dari pola pengasuhan yang diterima ditambah pengaruh lingkungan sekitarnya sehingga hal tersebut menjadi suatu karakter atau kebiasaan . Sehingga ketika kita menuntut terjadinya perubahan secara cepat pada diri pasangan kita, hal tersebut mungkin akan sulit,karena semua membutuhkan proses yang berbeda-beda.
Ditengah minimnya usaha kita untuk saling mengishlahkan,masuklah bisikan syaiton yang menghembuskan ke dalam dada kita untuk berpaling dari pasangan yang telah Alloh karuniakan pada diri kita. Kita biarkan hati ini mengembara mencari sosok yang memiliki kesamaan dengan diri kita,yang akhirnya semakin menancap eksistensi kekurangan pasangan kita tersebut. Kadang dalam keberpalingan tersebut kita korbankan waktu dan hak anak kita untuk mendapatkan perhatian karena ‘kesibukan’kita.
Keharusnya kita sadari bahwa "rumput tetangga akan kelihatan lebih hijau",dimana mungkin kita merasa tetangga,teman beruntung karena pasangan hidupnya tidak seperti pasangan hidup kita yang menjengkelkan,tidak menyenangkan,tidak perhatian,egois,keras kepala dan lain sebagainya,padahal sesungguhnya itu hanya tampak sebatas lahiriah saja. Seandainya mereka tinggal bersama dengan kita,mengalami masalah yang sama,berinteraksi secara intensif,tentunya hal-hal yang semula terlihat indah dan hijau akan terlihat bahwa dia tidak lebih baik dari pasangan kita.
Ketika perasaan saya terbawa melihat kekurangan suami saya atau kambuhnya hal-hal yang kurang baik yang telah kita sepakati untuk diubah, maka saya mencoba untuk melihat segudang kebaikan suami saya kepada saya,anak-anak,keluarga besar saya serta kebaikannya kepada para ikhwah yang kerap ditolongnya apabila mereka kesulitan. Dan sayapun menyadarkan diri saya bahwa sayapun memiliki banyak kekurangan.
Walaupun kadang bisikan syaiton mengajak pada diri untuk mengagumi sosok yang ‘sepertinya’mampu memuaskan dahaga keinginan ‘ yang selama ini tidak kita dapati pada pasangan kita, luruskanlah kembali hati dan perasaan kita bahwa ‘pasangan kita adalah pasangan yang terbaik,terhebat,terindah’yang telah Alloh karuniakan pada diri kita untuk menjadi suami/istri dan ayah/ibu bagi anak-anak kita. Semoga bersatunya kita di dunia akan bersatu pula di JannahNYA.
Robbanaa hablanaa minazwaajinaa wadzurriyyatinaa qurrotaa’yun waj’alnaa lil muttaqiina imaaman
Ya Robb,anugrahilah kami pasangan dan keturunan kami sebagai penyenang hati dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa