Jangan Langkahi Otoritas Tuhan

Sebagai mahluk terbaik, manusia telah berhasil mengubah wajah dunia. Fitur kehidupan berhasil didisain dengan berbagai kemudahan yang memukau.  Manusia zaman ini seakan-akan tidak lagi memiliki kendala mobilitas. Seolah jarak tempuh berhasil diperpendek. Jarak waktu berhasil dipersingkat. Jarak pandang dan jarak dengar berhasil disederhanakan. Manusia sekarang seperti ”siluman”. Detik ini ia nongkrong di bumi Indonesia, tetapi dalam beberapa jam saja, ia sudah asik nyantai di belahan negara lain.

Manusia berhasil merevolusi hidupnya dari waktu ke waktu tanpa henti. Sesuatu yang tadinya mustahil, menjadi hal yang nyata terjadi. Sesuatu yang dulunya sama sekali tak terpikirkan, sekarang menjadi realitas kebiasaan hidupnya.

Di satu sisi, hampir semua kita merasakan manisnya buah teknologi rekayasa manusia tersebut. Tetapi di balik semua kemajuan yang telah digenggam, ada banyak hal yang menggelisahkan nurani manusia beriman. Manusia mulai berani bermain-main hampir di luar wilayah otoritasnya. Dengan kasat mata, kemajuan teknologi dijadikan alat propaganda yang sangat epektif bagi sebuah nilai, sikap dan perilaku yang dapat mengubah mindset orang dalam hitungan detik menuju kekafiran.

Lihatlah penomena tingginya intensitas acara sulap di media enterteinment. Sekarang, para pesulap bukanlah dominasi orang tua. Tetapi anak kecil yang ngomongnya saja belum jalas sudah pandai memainkan trik-trik ilmu magis. Terlepas dari bisa dijelaskan secara logika atau tidak, tetapi pada sisi tertentu sulap bisa menghadirkan “kemustahilan” yang dalam ranah keyakinan sangat sensitif. Maka sisi rawannya adalah ketakjuban pemirsa yang berlebihan kepada seorang pesulap yang mengantarkannya pada kekeliruan sikap dan penilaian terhadapnya. Terutama bagi masyarakat pemirsa yang pemahaman dan intensitas penghayatan agama yang minim.

Teknologi juga memperkenalkan ramalan elektronik jarak jauh. Kalau dahulu orang mendatangi dukun atau peramal yang tinggal di pelosok, sekarang setiap orang dituntun hanya dengan memencet tombol dan mengirim pesan pada nomor yang disediakan. Maka transaksi layanan kosultasi tentang masa depan, karir, jodoh, rizki dan peruntungan dapat terjadi dalam hitungan detik, massif dan terkesan modern. Entah, apakah para penyelia jasa tersebut sadar atau tidak, bahwa mereka telah ”menginjak” wilyah Tuhan. Mereka telah menumpulkan iman pemirsa dengan senjata teknologi.

Yang paling spektakuler, manusia dengan teknologinya berani memastikan bahwa tahun 2012 nanti akan terjadi kiamat dunia. Ini jauh melampaui sekedar persoalan jodoh, rizki, masa depan dan peruntungan yang tidak sekedar menginjak wilayah Tuhan, tetapi telah berani ”merebut” otoritas Tuhan.

Manusia memang memiliki sisi keunggulan sebagai mahluk Tuhan, tetapi manusia tetaplah manusia. Andaikan ada manusia yang diizinkan Tuhan tahu dengan pasti kapan kiamat terjadi, maka yang paling pantas tahu adalah Muhammad shallallaahu ’alaihi wa sallam. Nyatanya, manusia paling mulia itu; Imam para anbiya dan mursalin itu pun tidak mengetahui kapan kiamat akan terjadi. Oleh sebab itu, seorang muslim tidak sepatutnya gamang dalam menyikapi segala penomena kemajuan teknologi. Juga tidak sepatutnya jatuh dalam praduga yang hanya berdasar asumsi dan perkiraan semu. Jika seorang muslim masih menggantungkan nasib kepada dukun, masih larut dalam ketakjuban kepada kharisma seorang tokoh, atau seolah putus asa dengan prediksi kiamat yang jelas-jelas menjadi hak Yang Maha Kuasa, maka apa bedanya dengan orang-orang kafir yang tidak memiliki pegangan itu? 

Jika disejajarkan dengan sesama mahluk, makhluk mana yang bisa mengungguli manusia? Tapi jika diperhadapkan dengan Sang Khalik, manusia bukanlah apa-apa. Manusia hanyalah setitik air di lautan jika dibandingkan dengan ilmu dan kekuasan Tuhan.

Manusia memang sanggup menguasai daratan, lautan dan antariksa. Tapi sampai detik ini, manusia tetap tak kuasa menolak bencana.

Dengan teknologinya, manusia mampu merekayasa yang keriput menjadi kencang atau yang buruk menjadi cantik. Tapi hingga kini tak ada satupun dari mereka yang dapat mengobati penyakit tua dan kematian.

Rekayasa genetika manusia memang mencengangkan. Ia dapat menentukan gen mana yang bagus, sehat, unggul, cerdas dan kemudian dipilihnya. Tetapi hingga kini, manusia tetap tak sanggup meniupkan ”ruh” kehidupan bagi proyek raksasanya itu. Buktinya, ”Dollly” si Domba rekayasa itu tak mampu ditolongnya dari kematian di usia yang sangat singkat.

Sadarlah wahai manusia. Kembalilah wahai manusia beriman. Jika teknologi memudahkan hidupmu, maka agama menyelamatkan hidupmu. Jika persaingan hidup menakutkanmu, maka iman menentramkan hatimu. Jika kemajuan tidak mengenal belas kasih, maka Islam mengajarkanmu kedamaian. Dan jika sain mengajarkanmu bebas nilai, maka ihsan mengingatkanmu akan kehadiran Tuhan. So, jangan langkahi otoritas Tuhan.

 

Depok, Oktober 2009,

     Di tepi menjelang Dzuhur.

Hayya ’alas sholaah, hayya ’alal falaah.

[email protected]