Eramuslim.com – Ka’ab al-Ahbar mengatakan, setelah Nabi Nuh berusia lanjut dan mendekati ajalnya, dia mengundang anak cucunya. Dia memohon kepada Allah agar mengabulkan doanya. Dia naik ke puncak gunung.
Berikutnya Nabi Nuh AS mengundang Yafits. Anak ketiga ini juga tidak menyambut panggilannya. Akhirnya, Nabi Nuh mengutuknya di dalam doanya, “Ya Allah, jadikanlah keturunan Yafits sebagai makhluk yang terjelek.” Keturunannya adalah Ya’juj dan Ma’juj serta orang-orang Turki.
Yafits pergi ke sebuah negeri yang ada di bagian timur. Di sana, dia kawin dan memiliki 5 anak laki-laki, yaitu Jauhar, Batras, Mayasyikh, Sannaf, dan Saqwil. Keturunan Jauhar adalah orang-orang Shaqalibah dan Romawi.
Sedangkan keturunan Batras adalah orang-orang Turki. Keturunan Mayasyikh orang-orang ‘Ajam. Keturunan Sannaf adalah Ya’juj dan Ma’juj. Dan keturunan Saqwil adalah orang-orang Arman (suku yang mendiami negeri Armenia).
Tentang Ya’juj dan Ma’juj, dalam Al-Quran Surah al-Kahfi ayat 94 diyatakan, keduanya adalah kaum yang suka berbuat kerusakan di muka bumi. Ya’juj dan Ma’juj merupakan dua istilah yang selalu disebut bersamaan.
Kedua istilah tersebut dapat ditemukan dalam Alquran, hadis, dan juga kitab-kitab suci terdahulu.
Sampai hari ini, suku bangsa yang disebut Ya’juj dan Ma’juj masih menimbulkan perdebatan. Ada yang menyebut mereka sebagai bangsa Tartar, Mongol, Cina, dan sebagainya.
Ada pula yang menganggap Ya’juj dan Ma’juj sebagai nenek moyang bangsa Turki. Namun demikian, identitas mereka sesungguhnya hanya Allah SWT yang tahu.
Ibnu Katsir menerangkan, Ya’juj dan Ma’juj adalah keturunan Adam AS. Silsilah mereka dikatakan berasal dari keturunan Yafits bin Nuh AS. Dalam Al-Quran dikisahkan, Ya’juj dan Ma’juj diisolasi oleh tembok atau benteng logam yang dibangun Zulkarnain.
Meski mereka masih berasal dari jenis manusia, Ya’juj dan Ma’juj mempunyai ciri khas yang membuat mereka tampak berbeda dari manusia pada umumnya.